Tanggal 29 Mei lalu saya melihat nama Mikasa ada di kolom trending Twitter. “Ada apa nih?” pikir saya. Ternyata orang-orang sedang ramai membincangkan trailer Attack on Titan yang sudah di-publish.
Semakin malam ternyata perbincangan makin rame. Dan akhirnya, di malam harinya, pada tanggal yang sama, #AttackOnTitan trending nomor satu. Sepengetahuan saya, perbincangan tentang anime atau manga yang paling sering masuk kolom trending Twitter adalah One Piece. Attack on Titan, bisa trending, terasa “Wow jebul iso trending to.”
Saya tahu anime Attack on Titan baru di masa pandemi Covid-19 ini. Karena gabut. Mau nonton drakor, telanjur suka ngece penonton drakor. Gengsi dong! Membaca sama nulis, sudah dilakukan, tapi tetap aja ada titik bosannya. Mau nongkrong dan ngopi-ngopi sama teman, nggak mungkin. Melanggar protokol penanganan Covid-19. Akhirnya kepikiran, kayaknya asyik deh nyari-nyari anime yang belum pernah ditonton.
Saya riset dulu. Tidak asal-asalan cari anime. Tidak seperti para lelaki generasi Z yang asal-asalan cari gebetan. Asal gampang diajak pergi, eh langsung tancap. Saya mencari info di YouTube, kira-kira anime apa yang recommended untuk ditonton. Saya mengeklik sebuah channel yang punya konten membuat peringkat-peringkat anime terbaik menurut si pemilik channel. Di channel itu, pemilik channel menempatkan Attack on Titan sebagai anime terbaik, nomor 1.
Mulailah saya berselancar mencari itu anime. Layanan wifi yang belum lama saya pasang dan koneksinya cukup cepat itu (ih sombong amat sih) memudahkan saya mendapatkan anime tersebut.
Pertama nonton, rasanya sih biasa-biasa saja. Seperti melihat cerita-cerita pendahuluan di anime-anime pada umumnya. Adrenalin mulai meningkat, keseruan begitu terasa ketika cerita memunculkan misteri-misterinya. Misalnya, siapa sih raksasa-raksasa itu? Bagaimana raksasa-raksasa itu bisa muncul? Kok bisa di dalam tembok ada raksasanya? Plot-plot twist yang menyertainya pun membuat semakin terasa seru.
Akhir season pertama alih-alih membuat pertanyaan yang muncul terjawab, malah menyisakan rasa penasaran. Lanjut ke season kedua. Rasa penasaran setengah terjawab. Namun, tetap saja tidak terungkap semua. Malah semakin terasa nggandul, kalau kata orang Jawa. Misteri jadi terasa begitu besar.
Di season tiga, pertanyaan-pertanyaan seperti siapa sebenarnya raksasa-raksasa itu, siapa ayahnya Eren Jeager, bagaimana sejarah tembok-tembok, terjawab semua. Namun, masih terasa ada goal yang belum tercapai. Apa yang akan terjadi setelah semuanya terjawab? Jawabannya ada di final season yang baru tayang pada Oktober nanti (semoga tidak mundur gegara corona).
Intinya, alur cerita anime ini asyik. Misteri, plot twist, konspirasi politik menjadi kesatuan yang membuat Attack on Titan bisa dikategorikan anime terbaik.
Memang tokoh utamanya, Eren Jeager, terlihat agak menyebalkan. Tidak kuat, payah, dan kelihatan bacot doang. Ia juga terkesan mengandalkan keberuntungan dan rasa belas kasihan dari teman-temannya supaya bisa selamat dari serangan musuh. Namun, saya kira itu justru menjadi penguat ceritanya. Ciamiknya, Attack on Titan bukan mengandalkan satu karakter yang menonjol saja.
Di One Piece, walaupun karakter selain Luffy juga keren-keren, tetapi tetap saja Luffy dijadikan pusat perhatian. Apalagi sering menjadi tokoh kunci kemenangan-kemenangan Bajak Laut Topi Jerami karena Luffylah yang biasanya mengalahkan musuh kuat, seperti Doflamingo dan Katakuri.
Apalagi di Dragon Ball seri apa pun. Tak pelak lagi, Goku adalah pusat tata suryanya. Siapa sih tokoh yang bisa begitu akrab dengan Zeno Sama, tuhan seluruh alam semesta dalam Dunia Dragon Ball selain Goku, yang pada Super Dragon Ball Heroes privilese itu sampai membuat Goku mendapatkan kekuatan setara dewa?
One Punch Man? Tidak perlu ditanyakan. Di setiap seasonnya penonton hanya menunggu aksi Saitama yang berkemampuan OP (overpower) beserta kekocakannya yang ditunjukkan dengan satu pukulan, kepala botak, dan ekspresi datar itu. Apalagi Saitama, si tokoh utama itu sendiri memang begitu jarang muncul.
Di Kimetsu No Yaiba, Tanjiro Kamado, tokoh utama yang begitu pengayom, baik, apalagi masih remaja kok sudah sedewasa itu sikapnya, tentu menjadi pusat perhatian juga.
Dalam anime Attack on Titan kemampuan tempur terhebat dimiliki Kapten Levi (yang oleh orang Jepang dibaca Rivai). Namun, campuran antara kemampuan tempur dan paras cantik serta kebucinan Mikasa pada Eren juga tak kalah apik untuk dijadikan pusat perhatian. Di sisi lain, kecerdasan Armin dan ketegasan komandan Erwin juga patut untuk diperhitungkan. Kalau Eren si tokoh utama, hanya keberuntungan dan aura membuat Mikasa klepek-klepek yang bisa dianggap menonjol.
Di luar cerita dan tokoh-tokohnya, soundtrack, dan grafiknya juga patut untuk diperhitungkan. Berani deh ditandingin sama One Piece. Apalagi sama Boruto yang cerita di animenya zonk banget itu.
Attack on Titan itu, kalau meminjam istilah para filsuf Jawa, pantas disebut sebagai anime yang jangkep. Kalau meminjam frasa dari para juri Indonesia Idol ya disebut “paket komplit”.
Satu lagi yang patut kita puji, keberanian pengarangnya membuat ceritanya berakhir. Buktinya ada di final season. Mengakhiri cerita yang kadung digandrungi itu sulit lho. Antara takut mengecewakan penggemar, takut tidak punya ide cerita baru untuk karya baru yang lebih oke, atau takut kehilangan sumber pundi-pundi uang. Emangnya berani tuh Oda Sensei mengakhiri cerita One Piece?
BACA JUGA Anime Menyelamatkan Saya dari Hasutan “Bakal Drakor Pada Waktunya” dan tulisan Dani Ismantoko lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.