Pesta demokrasi 2019 telah usai. Jadi tak perlu diperbincangkan lagi. Ibu-ibu pencari kutu yang suka gosip dan menjelekan tetangga, juga stop ya. Kalau tidak stop, maka Mahkamah Konstitusi (MK) akan menampung kalian. Dan kalian akan menjadi tikus-tikus nakal yang bikin kepala MK jadi pusing. Dan kalau sudah pusing, resikonya adalah MK akan menolak semua permohonan kalian. Mau tahu lebih dalam bagaimana keputusan MK itu, tanyakan saja pada Pak Prabowo.
Kakak dong, tak usah risau berkelebihan jika cinta kalian ditepuk sebelah tangan oleh Pak Prabowo. Kan masih ada aku yang setia menemani kalian. Walau kita bersua hanya melalui tulisan. Tapi itulah indahnya menulis. Sahabat makin banyak. Yang jauh akan semakin dekat. Tapi kalau kita tengok Pilpres 2019 ini. Kita akan merasakan keterasingan sosial. Sahabat jadi lawan. Lawan jadi sahabat. Ucapan selamat dari Prabowo-Sandi untuk Jokowi-Ma’ruf pun kian jauh.
Entah kapan ucapan sayang itu datang. Sebagai masyarakat, saya nunggu aja dengan penuh kesetiaan. Sambil nunggu, yuk mari kita teguk shopi Flores dong, Pak Prabowo. Mungkin bisa menolong Bapak untuk segera mengucapkan selamat pada Jokowi-Ma’ruf. Biar seluruh masyarakat Indonesia bangga padamu.
Kalau sampai pelantikan, Jokowi-Ma’ruf sebagai presiden RI, Bapak tak sudi memberikan ucapannya, maka Bapak bukanlah seorang politikus yang memiliki jiwa ksatria. Dan Bapak tak jauh beda dengan Ahmad Dhani yang hingga detik ini tak sudi memotong kemaluanya itu. Padahal antara Bapak dan Ahmad Dhani sungguh jauh berbeda. Bapak seorang politikus sedangkan Ahmad Dhani adalah artis yang salah masuk kandang. Mungkin karena suaranya tak laku lagi di pasaran kale. Ah, itu urusan dia.
Lalu yang membuat hatiku sungguh amat sedih adalah mengenai pidatonya Bapak itu lho. Kelihatanya, Bapak belum menerima keputusan MK secara tulus. Ini terbukti dari pernyataan Bapak yang begitu manis menghiasi bibir Bapak. Padahal keputusan MK itu bersifat final dan mengikat. Namun begitu, Bapak masih dengan berani untuk bernyanyi ria bahwa masih terus berupaya untuk mencari celah hukum lain dan konstitusional yang kiranya dapat digunakan. Wao, lelucon apa lagi ni. Emangnya ada hukum lain lagi di atas MK.
Begini ya, Bapak. Bukan maksud saya menggurui. Tapi sebagai masyarakat kecil, saya merasa sangat dirugikan kalau situasi bangsa kacau balau terus. Energi yang seharusnya digunakan membangun bangsa ini menjadi terkuras, lantaran mengurus sesuatu yang lucu. Urus sidang di MK saja, negara sudah mengeluarkan begitu banyak duit. Apalagi kalau pemilu ulang. Ohh uang negara keluar lagi. Rakyat makin miskin. Para pejabat makin kaya di atas penderitaan rakyat.
Oleh karena itu, segeralah legowo ya, Bapak. Dalam demorasi kan Bapak tahu. Ada yang menang dan ada yang kalah. Dan sebagai politisi sekelas Bapak seharusnya sudah matang. Dan tak perlu lagi omong antek asing segala. Di mata saya terkesan amat lebay.
Jadi mumpung Tuhan masih memberikan saya dan Bapak napas hidup ini, nikmatilah hidup ini dengan penuh kemerdekaan. Dan hanya dengan semangat ksatria, Bapak akan menikmati kemerdekaan itu. Bapak kan sering sakit. Jadi tolong sayangi dirimu dengan segera berpikir positif tentang keunggulan orang lain. Jangan terlalu dipengaruhi oleh nafsu akan jabatan dan kuasa.
Bapak mesti menyadari bahwa melayani sesama tak harus miliki kuasa dan jabatan. Itulah sebabnya, Tuhan menciptakan kita untuk saling melengkapi dan melayani satu sama lain. Seharusnya Bapak bangga bahwa Bapak adalah salah satu fundator bangsa saat ini. Dan akan dikenang oleh para generasi bangsa ini.
Untuk itu, syukurilah apa yang sudah Tuhan berikan kepada Bapak. Sejak kecil hingga saat ini. Dan saya amat yakin Bapak sudah memberi banyak hal terhadap kemajuan NKRI. Pokoknya amat banyak. Saking banyaknya, aku pun tak mampu menyebutkanya satu persatu.
Lagian, Bapak adalah orang baik dan sebagai figur publik. Itu artinya segeralah beri ucapan pada Bapak Jokowi-Ma’ruf. Hanya dengan sepotong kalimat itu, Bapak akan menjadi merdeka baik bagi diri maupun di mata masyarakat Indonesia. Jadi orang baik saja tetap mengalami luka. Apalagi?
Untuk itu mari bersama rakyat, kita dukung dengan cara kita masing-masing agar Jokowi-Ma’ruf dapat menahkodai bangsa ini, tetap dalam bingkai Pancasila dan UUD 1945.