Kalian pasti kenal Maell Lee kan? Seorang konten kreator yang suka sekali bilang “gak ada otaaak kauu” ini bisa dibilang termasuk dari sedikit konten kreator yang punya ciri khas di setiap video yang dia upload. Dalam konten yang dibuat olehnya, bang Mael Lee ini sering berkolaborasi dengan motor kesayangannya yang dinamai kodrat. Motor pretelan yang sering disiksa oleh si Maell Lee dengan adegan yang gak ada otaak.
Perihal si kodrat ini, sebenarnya secara khusus sudah ditulis ketangguhannya oleh Mas Haris Firmansyah dengan judul “Rahasia Si Kodrat: Motor Suzuki Smash Antinuklir Punya Mael Lee yang Bukan Kaleng-Kaleng“. Di tulisan tersebut, sudah dijelaskan panjang lebar, bagaimana si kodrat ini meskipun diciptakan pada zaman bahula, tapi kecanggihannya dan ketangguhannya yang begitu halu membuatnya mampu bertahan hingga saat ini.
Secara pribadi, saya punya pengalaman tersendiri dengan motor Suzuki Smash ini. Bisa dibilang Smash ini motor pertama yang menemani hari-hari ABG labil semasa SMA. Saya membeli motor ini di akhir tahun 2012. Kalau saya pikir ulang, saya kok heran, apa sebenarnya yang membuat saya memilih motor ini. Alih-alih membeli motor yang lebih modern seperti motor matic yang waktu itu (sampai sekarang sih) sedang booming-bomingnya, saya malah milih Smash. Tapi yang jelas bukan karena saya penggemar boyband Smash, yah.
Semasa memadu kisah romantis selama SMA dulu, saya tidak menyangkal bahwa Smash ini salah satu motor bandel. Bandel dalam artian mesinnya tangguh, serta irit karena sesuai dengan uang saku saya waktu itu. Namun di sisi lain, saya juga tidak memungkiri, di balik kebandelannya, ada juga beberapa kekurangan dari motor ini dan berakibat pada momen apes dan ngenes yang membersamai. Momen apes itu seringnya hadir tanpa tanda-tanda dan kula nuwun.
Masih bersemayam di pikiran, saat awal memiliki motor ini. Saya dibilang pengemudi grobak oleh teman saya. Alasannya karena motor ini super duper lemot, kurang maco kalau dibuat ngebut. Persis seperti grobak yang jalannya sangat pelan. Entahlah ini karena efek perawatan pemilik terdahulu yang salah, atau memang mesinnya lemot sejak dari pabriknya.
Akibatnya, karena lemot di jalanan, banyak teman-teman wanita yang menolak ketika saya tawari tumpangan. Sungguh, ini serius. Ketika dinaiki sendiri saja sudah lemot, ditambah beban satu orang lagi di belakang, yang ada malah makin loyo. Apalagi kalau sedang musim angin dan hujan. Rasa-rasanya motor ini susah sekali maju. Pasalnya sayap bagian depannya yang cukup lebar membuat Smash ini seperti punya prisai angin, sehingga lajunya pun terkesan ngeden karena tertahan oleh angin.
Semua itu juga diperparah dengan suara ngedennya dan getaran yang muncul ketika mencapai kecepatan 70 km. Baut-bautnya berbunyi kresek-kresek serasa mau lepas, seakan-akan motor ini berteriak “tolong ojo banter-banter, tolong, aku wes sepuuh”. Dampak dari getaran itu membuat tubuh ini menggigil kayak abis naik traktor. Memang, sejatinya motor ini bukan untuk kebut-kebutan, motor ini didesain khusus bagi kaum selow dan bukan untuk anak ABG.
Kengenesan tidak berhenti sampai di situ, masalah yang sering saya alami secara mendadak adalah perihal kelistrikan. Yakin betul deh, motor ini jarang sekali punya masalah seputar mesin, tapi perihal kelistrikan, kesannya kayak penyakit bawaan dari sononya.
Pernah ketika saya dalam perjalanan menuju latihan renang, laju motor ini tiba-tiba sendat-sendat, terasa seperti gasnya tertahan gitu. Saya kira ada masalah besar di mesinnya, entah berkaitan dengan pistonnya atau karburatornya. Ternyata, ketika dikroscek di bengkel, masalahnya adalah seputar kelistrikan.
Saya lupa namanya apa (pokonya bukan aki), tapi yang jelas kata mas montirnya, benda kelistrikan milik Smash itu gak awet, alias cepat sowak. Dan karena benda kelistrikan itu kebetulan tidak ada saat itu, Smash kesayangan saya itu pun diminta opname di Bangkel untuk beberapa hari, sampai benda kotak kecil itu ditemukan. Hasilnya, saya pun pulang dan gak jadi latihan renang. Padahal, latihan renang masa SMA merupakan momen penting untuk cuci mata.
Masalah kelistrikan lainnya adalah perihal letak dari aki motor ini. Mungkin karena Suzuki terburu-buru saat pembuatannya atau apa, penempatan aki dari motor ini tanpa dilengkapi penutup seperti motor bebek lainnya. Sehingga rentan sekali konslet saat terkena air hujan. Kabel-kabel yang terhubung pun terkesan semrawut. Hal ini pun membuat seringnya tikus-tikus iseng menggigit hingga putus kabel-kabel aki itu. Dan motor Smash ini pun ngadaat, alias nggak jalan. Dan saya pun harus telat berangkat ke sekolah.
Persoalan kelangkaan onderdil motor ini juga turut melengkapi kengenesan saya sebagai pemilik motor ini. Karena motor jaman baheula, dan kalah pamor dengan motor bebek lain (bahkan kalah pamor dengan motor grand astrea), membuat bengkel-bengkel jarang ngestock onderdil dari motor ini.
Atribut body yang dimiliki motor Smash ini pun sangat ringkih. Bisa dibilang kek kerupuk, cepat pecah dan patah. Body bagian belakang yang mengunci lampu pun sering bikin mangkel. Soalnya kalau tidak ditambah dengan ikatan tali klep, saya hakul yakin, lampu belakang Smash ini bakalan copot, dan gondal-gandul saat motor melaju.
Kengenesan yang paling parah adalah julukan yang disematkan pada motor ini. Selain gerobak, om-om saya bilang motor ini motor tukang sayur dan ikan. Bahkan, ibu saya ketika pertama kali melihat motor Smash ini, dia malah marah-marah dan bilang kenapa motor sawah seperti ini dibeli. Dan tentu saja saya hanya diam dan cengar-cengir, wong alasan saya memilih membeli motor Smash ini saja saya tidak tahu. Tiba-tiba pilih Smash aja.
Tapi semua kengenesan itu, bukan berarti saya menjustifikasi bahwa Smash ini sepenuhnya motor yang bikin apes. Motor Smash ini seperti yang sudah saya ceritakan di awal, sangat bandel mesinnya, hampir 4 tahun saya bersama motor ini, hanya satu kali motor ini kena masalah mesin, itu pun karena saya teledor karena lupa ganti oli selama 6 bulan. Smash ini juga sangat irit. Ketika bensin diisi full, dengan estimasi perjalanan/hari 50 kilomteran, bisa buat 6-7 hari-an. Meskipun pada akhirnya motor ini dijual oleh ibu saya dengan dalih motor sawah dan tidak nyaman ketika dikendarai.
BACA JUGA Suka Duka Pakai Honda Revo: Sering Dikira Debt Collector dan tulisan Muhamad Iqbal Haqiqi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.