Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Cara Anak Kompleks Mengadakan Pesta Mercon selama Ramadan

Reyhan Kedar oleh Reyhan Kedar
27 April 2020
A A
petasan mercon ramadan rindu cara main anak kompleks beli dilarang mojok

petasan mercon ramadan rindu cara main anak kompleks beli dilarang mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Bagi saya, selain kemuliaan dan keutamaannya, Bulan Ramadan menjadi spesial dan menyenangkan karena tiga hal: bidadari-bidadari kompleks yang seakan terisolir dengan dunia luar akhirnya melangkah dengan anggun menuju masjid untuk Tarawih, Safari Ramadan yang menyuguhkan siraman rohani sekaligus buka bersama, serta bunyi petasan atau mercon tiap malam sehabis tarawih.

Seperti yang diduga, pandemi corona bikin Ramadan tahun ini terasa sunyi. Masyarakat diimbau buat melakukan segala aktivitas dari rumah, termasuk beribadah. Walaupun tetap ada beberapa masjid yang mengadakan salat Tarawih—salah satunya di kompleks saya—jamaah yang hadir tidak banyak. Safari Ramadan ditiadakan, bidadari-bidadari kompleks kembali berdiam di rumah, begitu juga anak-anak kecil, yang berarti tidak ada yang menyalakan mercon setiap malam sehabis tarawih.

Sebetulnya saya bisa saja beli mercon sendiri, nyumet sendiri, dan menikmati sendiri. Masalahnya, abang-abang penjualnya pada nggak jualan. Kalaupun tetap jualan dan saya sudah beli, rasanya absurd kalau seorang mahasiswa masih mainan ini, kalah sama anak-anak zaman sekarang yang bisa tiap saat lihat mercon lewat YouTube. Absurditas yang dulu nggak saya rasakan ketika masih kecil yang tiap mau beli barang ini selalu patungan dua ribu perak.

Ya, cuma urusan mercon anak-anak kecil bisa jadi sangat sistematis dan terstruktur. Satu anak jadi bendahara yang biasanya sekaligus jadi eksekutor tukang beli, driver sepeda onthel untuk memboncengi si eksekutor, dan terakhir donatur. Saya? Lebih sering jadi donatur dan biasanya selalu kasih lima ribu perak karena ada kebanggaan hakiki ketika bisa ngasih donasi lebih dari yang lain, hahaha.

Saking rutinnya mainan petasan, saya hafal setiap petasan yang pasti dibeli sama eksekutor. Yang wajib ‘ain adalah mercon kretek yang sehabis dinyalakan selalu dilempar ke atas sehingga ketika meledak keliatan mirip bom napalm. Lalu ada mercon ular atau yang biasa disebut mercon tahi yang selalu dinyalakan terakhir sebagai penutup parade permainana ini. Terakhir dan yang paling paripurna, mercon roket eceran. Kadang kalau uang yang terkumpul kebetulan lagi banyak, mercon tembak dan mercon roket misil juga masuk kantong plastik karena dua mercon itu paling mahal.

Biasanya peledak ini dimainkan untuk kalangan sendiri saja. Tapi nggak jarang anak-anak kompleks sebelah ikut main juga. Karena lapangan yang ada cuma satu, saya dan anak-anak kompleks mau nggak mau harus mempertahankan lapangan yang memang jadi wilayah kekuasaan kami. Caranya? sparring. Peraturannya sederhana: saling lempar mercon kretek, kalau salah satu pihak sudah kehabisan maka pihak tersebut dianggap kalah dan harus angkat kaki dari lapangan. Dan selama itu, kamilah yang selalu menang.

Sepuluh malam terakhir adalah puncak parade petasan. Di waktu-waktu itu uang jajan yang kami terima biasanya lebih banyak sehingga bisa beli mercon tembak dan mercon roket misil lebih banyak. Nggak jarang orang tua kami juga ikutan, meskipun paling banter cuma main kembang api tapi tetap seru. Itu adalah salah satu momen kami bisa dekat dengan orang tua setelah mereka seharian bekerja.

Memang ada peraturan tertulis yang membatasi bahkan melarang penggunaan mainan ini. Tapi yang namanya mercon masih aja lestari walaupun zaman berganti-ganti dan peraturan sudah direvisi, seakan ada payung hukum tak tertulis yang kekuatannya melampaui peraturan tertulis itu sendiri. Dan abang-abang penjual mendasarkan prinsip mereka pada payung hukum jenis ini. Sungguh mulia keputusan mereka. Pahlawan sepanjang generasi yang paham bahwa mercon bukan hanya menyenangkan hati anak-anak kecil, melainkan juga sebagai teman bernostalgia bagi mereka yang telah beranjak dari masa kecilnya.

Baca Juga:

Warak Ngendog, Mainan “Aneh” di Pasar Malam Semarang yang Ternyata Punya Filosofi Mendalam

Preman Pensiun 9 Sebaik-baiknya Sinetron Ramadan, Bikin Saya Nonton TV Lagi 

Tahun ini mercon libur dulu. Seluruh bumi tengah fokus untuk lepas dari pandemi. Sejujurnya saya rindu suara keras nan mengagetkan dari mainan ini ketika saya baru saja menggali jalan menuju alam mimpi, bikin kesal tapi ujung-ujungnya saya senyum-senyum sendiri mengingat saya pernah mengganggu tidur orang di Bulan Ramadan lewat cara yang sama. Harapan saya jelas, tahun depan kita bisa menghidupkan lagi suasana Ramadan, dan yang paling spesial bisa menyaksikan kembali indahnya irama dan pemandangan petasan tiap malamnya.

Aaamiiin….

BACA JUGA Mari Beraksi dengan Mercon Busi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 April 2020 oleh

Tags: MerconRamadanwabah corona
Reyhan Kedar

Reyhan Kedar

Asli Bangka Belitung, tinggal di Sidoarjo, kuliah di Solo. Pengin jadi penyiar radio~

ArtikelTerkait

Cerita tentang Desa yang Tidak Memiliki Lapangan Sepak Bola terminal mojok.co

Tiga Kebahagiaan Seorang Fans Liverpool

8 Mei 2019
Rekomendasi 11 Takjil Khas Cirebon yang Wajib Dicicipi di Bulan Ramadan

Rekomendasi 11 Takjil Khas Cirebon yang Wajib Dicicipi di Bulan Ramadan

26 Maret 2023
Es Akuarium, Menu Buka Puasa Penyelamat para Pencari Takjil yang Kebingungan

Es Akuarium, Menu Buka Puasa Penyelamat para Pencari Takjil yang Kebingungan

13 Maret 2024
Derita Penjahit Kebanjiran Order Menjelang Lebaran hingga Nggak Punya Waktu Libur Mojok.co

Derita Penjahit Kebanjiran Pesanan Menjelang Lebaran hingga Nggak Punya Waktu Libur

31 Maret 2024
Saya Nggak Tau Seenak Apa Nasi Blue Band, tapi Nasi Jelantah dan Garam Juga Enak mojok.co

Alternatif Olahan Nasi Sisa Biar Nggak Mubazir

30 April 2020
Saya Pernah Ngutil Pomade di Indomaret dan Saya Menyesal terminal mojok.co

Pro-Kontra Layanan Drive-thru Indomaret

16 Juni 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.