Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Menegur dan Mengingatkan Tanpa Mempermalukan

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
15 Juni 2019
A A
menegur

menegur

Share on FacebookShare on Twitter

Suatu ketika saat saya sedang berada di kereta (KRL), ada seorang pemuda yang kesulitan turun di stasiun tujuan, selain karena sedang penuh sesak, di depannya ada seorang bapak yang juga kesulitan bergerak karena terhimpit oleh beberapa penumpang.

Hal tersebut memancing amarah sang pemuda karena pintu kereta hampir tertutup kembali dan dia tidak bisa turun di stasiun tujuan, walau pada akhirnya bisa turun, pemuda tersebut tetap mengeluarkan umpatan, “bapak-bapak, kok, g****k! Bukannya minggir dulu!” –begitu katanya yang secara tidak sadar sudah mempermalukan diri sendiri di depan umum.

Pertama, dia sudah menegur dengan tidak baik bahkan cenderung ingin mempermalukan orang lain. Kedua, dia sudah menegur orang yang lebih tua secara tidak sopan. Memangnya, tidak bisa ya menghargai orang tua sedikit saja? Saya lihat dengan mata sendiri bapak tersebut bukannya tidak mau memberi jalan, sebab dia pun kesulitan bergerak.

Hal yang serupa sudah biasa saya temui, entah secara langsung atau pun di media sosial. Di akun @commuterline contohnya, banyak sekali penumpang yang melapor mengenai kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.

Mungkin ini menjadi dilema bagi sebagian orang, karena sudah bukan rahasia biasanya yang ditegur justru akan lebih galak dibanding yang menegur –sama seperti ketika menagih hutang. Apalagi status mereka sama-sama penumpang. Itu kenapa bagi sebagian orang melapor via medsos menjadi pilihan, dengan harapan segera ditangani oleh petugas yang berwenang.

Namun para pelapor via medsos ini lupa, orang yang difoto ini juga memiliki privasi. Etikanya, tentu tidak boleh sembarang menyebar foto wajah mereka tanpa seizin yang bersangkutan apalagi berkaitan dengan persoalan yang dianggap tidak baik.

Menjadi abu-abu karena tujuan para pelapor di medsos ini untuk menegur sekaligus menertibkan atau hanya sekadar ingin mempermalukan? Tentu ada banyak cara menegur secara baik-baik, bisa secara langsung dan disampaikan dengan bijak atau jika memang penumpang tersebut ngeyel, lapor saja ke petugas yang berada di sekitar.

Jika memang tidak berhasil juga, barulah mencoba untuk melapor via medsos, walau tidak ada jaminan akan langsung ditanggapi oleh akun terkait. Dengan catatan, tetap mengindahkan etika yang berlaku. Wajah diblur dan lain sebagainya. Jika tidak –maaf sebelumnya—bagi saya tidak lebih hanya ingin mempermalukan orang lain di depan umum pun dunia maya apalagi jika sudah terlanjur tersebar. Jejak digital itu selalu tersisa dan ada di mana-mana bukan?

Baca Juga:

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Masih ingat saat MRT di Jakarta baru diresmikan? Warga sekitar dari semua golongan berbondong-bondong ke lokasi untuk melihat bagaimana menariknya salah satu pilihan moda transportasi ibu kota tersebut. Belum lagi apiknya stasiun yang dibangun.

Namun siapa sangka, antusias warga dalam mendatangi lokasi tidak diimbangi dengan kedisiplinan dari mereka. Ada yang membuang sampah sembarangan, ada pula yang gelar tikar seperti dalam suasana piknik sampai akhirnya –lagi-lagi—difoto oleh netizen dan disebar di dunia maya. Postingan tersebut akhirnya menuai kontroversi, ada yang setuju ada pula yang tidak.

Bagi mereka yang setuju foto beberapa orang bahkan satu keluarga disebar di internet, menganggap hal tersebut wajar untuk membuat efek jera. Yang tidak sependapat berpikiran bahwa hal itu hanya mempermalukan oknum yang diabadikan pada jepretan kamera. Padahal, masih bisa ditegur oleh petugas berwenang.

Memang apa sulitnya sih menegur langsung dan secara baik-baik? Dalam teori dan aplikasinya, dosen saya selalu mengajarkan etika saat menegur seseorang. Dari mulai gunakan pemilihan kata yang sopan, tidak perlu marah-marah atau dengan nada tinggi, terpenting lakukan bukan di depan orang banyak sebab hal tersebut dapat mencederai perasaan orang yang ditegur. Ingat, tujuan kita menegur seseorang untuk mengingatkan, bukan mempermalukan sampai merendahkan.

Saat pertama kali bekerja, sebagai lulusan baru saya merasa masih harus banyak belajar, dibimbing, karena belum ada pengalaman sama sekali. Hal itu seperti tidak disadari oleh senior di tempat saya bekerja. Alih-alih mendapat ilmu baru, saya seringkali justru dimarahi di depan banyak orang. Alasannya agar mental saya kuat. Namun, sebelum mental betul-betul menjadi kuat, justru malah sakit hati yang didapat karena merasa dibuat malu di depan banyak orang –rekan kerja yang lain.
Dilihat dari kondisi yang ada ditambah bagaimana dari pengalaman saya secara langsung, sepertinya sebagian orang lebih suka mengintimidasi dibanding saling memahami. Tujuannya sama, dengan alibi ingin menegur serta mengingatkan tapi berakhir mempermalukan orang lain. Lain dunia nyata lain pula perlakuan di dunia maya.

Apakah kalian yang menegur dengan menggunakan nada tinggi dan dilakukan di ruang publik menyadari, kita tidak serta menjadi paham dan mengubah perilaku seperti yang diinginkan dengan cara demikian? Tentunya, banyak cara elegan dapat dilakukan untuk membuat kami paham dan menjadi sosok yang lebih baik –tanpa menyakiti perasaan siapa pun.

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: Media SosialMempermalukanMenegurTempat Umum
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Saya Punya Alasan untuk Tidak Perhitungan Follow IG Orang terminal mojok.co

Unfollow Instagram, Blokir WA, dan Sejenisnya Tidak Menandakan Kedewasaan Seseorang

10 Desember 2020
Clubhouse Adalah Aplikasi Penunjuk Kelas Ekonomi Masyarakat terminal mojok.co

Clubhouse Adalah Aplikasi Penunjuk Kelas Ekonomi Masyarakat

20 Februari 2021
Enggak Apa-apa kalau Ketinggalan Pencapaian, Wong Nggak Lagi Balapan terminal mojok.co

Nggak Apa-apa kalau Ketinggalan Pencapaian, Wong Nggak Lagi Balapan

28 Agustus 2020
Second Account, Tempat Paling Merdeka di Media Sosial

Second Account, Tempat Paling Merdeka di Media Sosial

13 November 2022

5 Alasan Orang Mute Status WhatsApp

22 Mei 2021
Menyuruh Orang untuk Cari Kerja Biar Nggak Protes Melulu Itu Aneh nyi roro kidul kritis skeptis netizen indocomment war facebook mojok.co

Menyuruh Orang untuk Cari Kerja biar Nggak Protes Melulu Itu Aneh

20 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.