Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Muhammad Syadullah Fauzi oleh Muhammad Syadullah Fauzi
27 Desember 2025
A A
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah menjadi tradisi bahwa saat dating kondangan, biasanya tamu akan memberi hadiah kado atau memberi amplop dan doa restu. Tapi di kota saya, di Jepara ceritanya agak beda. Di sini, kondangan bisa berubah jadi urusan ekonomi jangka panjang. Bukan karena mahalnya katering, tapi karena satu tradisi aneh yang diwariskan turun-temurun dan jarang dipertanyakan, yaitu nyumbang rokok, lalu dicatat sebagai potang, alias piutang sosial.

Tradisi ini bukan sekadar unik. Di momen tertentu, Ia sering kali justru memberatkan. Dan sudah saatnya dipikirkan ulang, bahkan kalau perlu, dihilangkan.

Di Jepara, nyumbang rokok satu slop ke hajatan bukan cuma soal membantu tuan rumah. Ia soal gengsi. Soal kelihatan pantas, supaya kelihatan mampu dan kelihatan gagah.

Di daerah Jepara, pilihan paling umum adalah rokok Sukun, yang kini harga satu slopnya hampir Rp200 ribuan. Itu sudah dianggap standar kelayakan sosial. Tapi kalau ingin lebih “dianggap”, orang akan membawa Rokok Djarum, dengan harga mendekati Rp250 ribuan per slop. Levelnya beda. Auranya juga beda.

Masalahnya, kegagahan ini sering tidak sebanding dengan kondisi dompet. Banyak orang memaksakan diri nyumbang rokok mahal bukan karena mampu, tapi karena takut dicap pelit atau ora umum, apalagi yang punya hajatan adalah saudara atau tetangga dekat.

Harga rokok naik, beban sosial ikut naik

Yang bikin tradisi di Jepara ini makin bermasalah adalah fakta bahwa harga rokok terus naik. Tahun 2020, satu slop masih bisa ditebus sekitar Rp150 ribuan. Tahun 2025, angka itu melonjak hampir Rp200 ribuan, bahkan lebih tergantung merek.

Artinya, kewajiban sosial juga ikut membengkak. Kondangan yang dulu terasa ringan, kini berubah jadi beban rutin yang diam-diam menggerogoti penghasilan. Apalagi saat musim nikah. Bisa-bisa gaji sebulan habis untuk nyumbang.

Ironisnya, kenaikan harga ini justru sering dibela dengan logika absurd: anggap saja investasi sosial. Padahal sebenarnya Jepara bisa saja tetap hidup tanpa tradisi ini.

Baca Juga:

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Alasan Orang Jepara Malas Liburan di Daerah Sendiri dan Memilih Plesir ke Kudus

Utang piutang berkedok tradisi di Jepara

Di sinilah masalah paling serius muncul. Slop rokok yang disumbangkan tidak dianggap sedekah. Ia dicatat. Nama pemberi, Jumlah slop, bahkan mereknya diingat. Semua itu kelak akan ditagih, bukan dengan kata-kata, tapi dengan ekspektasi yang sudah menjadi tradisi.

Saat si pemberi punya hajatan, orang yang dulu menerima wajib membalas minimal setara. Kalau kurang, siap-siap dicap lupa daratan. Kalau tidak membalas, nama bisa masuk arsip pembicaraan warga.

Inilah yang disebut potang sosial, piutang tanpa perjanjian, tapi dengan tekanan kolektif.

Rokok podek poden, rokok hasil sumbangan hajatan

Biasanya, rokok hasil sumbangan ini tidak disimpan oleh tuan rumah. Tidak ditabung. Tidak dinikmati bersama keluarga.

Sebagian besar atau bahkan seluruhnya justru dijual kembali ke pengepul dengan istilah rokok poden. Harganya tentu lebih murah dari harga pasaran. Selisihnya dianggap wajar demi cepat cair.

Jadi, di satu sisi orang memaksakan diri membeli rokok mahal demi gengsi. Di sisi lain, rokok itu langsung berubah jadi uang dengan nilai lebih rendah. Yang tersisa hanyalah catatan potang dan beban balasan di masa depan bagi warga Jepara.

Tradisi Jepara yang tidak sehat dan tidak relevan

Kalau ditarik ke belakang, tradisi ini mungkin lahir dari semangat gotong royong warga Jepara. Tapi dalam praktik hari ini, ia justru melahirkan tekanan sosial, ketimpangan, dan rasa sungkan berkepanjangan.

Yang tidak merokok ikut terbebani, yang ekonominya pas-pasan tercekik, yang tidak punya hajatan seumur hidup tetap menanggung potang orang lain. Silaturahmi berubah jadi transaksi. Kebahagiaan berubah jadi cicilan.

Tapi, yang perlu diketahui adalah, tradisi tidak selalu sakral. Kalau ia sudah menyulitkan banyak orang, maka menghentikannya bukan pembangkangan, tapi pembaruan.

Kondangan seharusnya tentang hadir, mendoakan, dan berbagi bahagia, bukan soal merek rokok, harga slop, dan catatan potang. Jepara tidak akan kehilangan identitasnya hanya karena berhenti nyumbang rokok. Tapi banyak warganya mungkin akan bernapas lebih lega.

Sebab, tidak semua yang diwariskan layak dipertahankan. Terutama kalau isinya cuma gengsi dan utang yang tidak pernah benar-benar lunas.

Penulis: Muhammad Sya’dullah Fauzi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Desember 2025 oleh

Tags: hajatan di jeparaharga rokok slopjeparatradisi di jepara
Muhammad Syadullah Fauzi

Muhammad Syadullah Fauzi

Kuliah di Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga. Kadang jadi guru, kadang jadi kuli.

ArtikelTerkait

4 Hal yang Perlu Diketahui sebelum Merantau ke Jepara

4 Hal yang Perlu Diketahui sebelum Merantau ke Jepara

27 Februari 2023
Jepara Ketinggalan Zaman, tapi Warganya Tetap Bahagia mebel jepara

4 Hal yang Bikin Saya Kangen dengan Jepara, meski Saya Enggan untuk Balik Merantau ke Sana Lagi

31 Juli 2025
Bus Jepara-Semarang: Dulu Jumawa, Sekarang Berduka (Pixabay.com)

Bus Jepara-Semarang: Dulu Jumawa, Sekarang Berduka

2 September 2023
Jepara Ketinggalan Zaman, tapi Warganya Tetap Bahagia mebel jepara

Nasib Jadi Penjual Mebel Jepara: Harga Semakin Jatuh, Tukang yang Amanah Makin Langka, Pembeli Mulai Hilang Kepercayaan

8 Agustus 2025
Jepara Tempat Terbaik di Dunia untuk Menikmati Sunset dan Sunrise (Unsplash)

Pulau Panjang Jepara, Tempat Terbaik di Dunia untuk Menikmati Sunset dan Sunrise

20 Juli 2023
Plat Nomor K dan Jepara Remajamu Merusak Nama Baik Orkes (Pixabay)

Kebiasaan Anak Muda di Daerah Plat Nomor K Khususnya Jepara yang Merusak Nama Baik Orkes Dangdut

24 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.