Kalian baru tahu ada makanan bernama mihom dari Sukoharjo? Tenang saja, kalian tidak sendiri. Saya yang sudah cukup lama tinggal di Sukoharjo saja baru mengenalnya belum lama ini.
Karena kurang populer, mihom mungkin terdengar aneh di kuping banyak orang. Mungkin juga makanan ini disalahpahami sebagai keluarga dari olahan mi karena namanya yang berawalan “mi”. Padahal, mihom jauh dari itu.
Makanan dari Gawok, Sukoharjo ini berupa sup dengan aneka isian seperti ecambah tauge, irisan seledri, dan sandung lamur alias koyor. Penampakannya mirip soto seger khas Boyolali karena sama-sama berkuah kuning cenderung bening. Namun, dari segi rasa agak berbeda. Kuah mihom terdiri dari bawang putih, bawang merah, kemiri, lengkuas, serta rempah-rempah yang lain.
Walau kurang terkenal, apalagi dibanding oto, timlo, atau hidangan khas Solo Raya, saya berani jamin mihom Sukoharjo ini bakal menggoyang lidah kalian.
Menggunakan olahan singkong
Pembeda antara soto dan mihom adalah pendampingnya. Soto biasanya disantap dengan nasi, sementara mihom disandingkan sama bubur singkong. Tentu bukan jenang singkong yang manis, tapi bubur singkong yang gurih. Selain itu, mihom juga diberi topping stik singkong yang renyah dan blanggem, sejenis perkedel yang terbuat dari singkong.
Tambahan olahan singkong itu membuat perpaduan tekstur yang lengkap di dalam satu mangkuk mihom. Bubur singkong dan blanggem yang lembut, koyor yang kenyal, dan stik singkong yang kriuk. Apalagi kuahnya yang disajikan hangat, gurih, ngaldu, dan juga seger. Benar-benar definisi kenikmatan dalam semangkuk mihom.
Mihom legenda dan langka
Selain komposisinya yang unik dan nggak biasa, mihom juga tergolong kuliner legenda karena sudah ada dari tahun 1960-an dan dijual turun temurun. Dahulu, makanan ini biasa dijual dengan cara dipikul mengelilingi desa. Seiring berjalannya waktu, kebanyakan penjual menggunakan gerobak dan mangkal.
Mihom juga merupakan kuliner langka karena hanya dapat ditemukan di Gawok dan nggak ada di daerah lain. Bahkan di daerah tetangganya seperti Baki dan Kartasura Sukoharjo atau di Wonosari Klaten nggak ada kuliner ini. Di Gawok pun hanya tinggal satu penjual yaitu Mihom Tempuran di Desa Blimbing, Kecamatan Gatak atau letaknya sekitar 1 km arah selatan Stasiun Gawok.
Yang bikin mihom semakin unik dan jadi primadona warga adalah harganya yang kelewat murah. Satu porsinya hanya dibandrol sekitar Rp6 ribu saja. Saking ramah di kantong, penjual seperti jualan untuk bersedekah, bukan ambil untung.
Itulah mihom, kuliner langka asal Gawok Sukoharjo. Sekilas makanan ini terdengar aneh, tapi saya sarankan kalian tetap mencicipinya. Tempat jualannya mungkin tampak sederhana, di pinggir sungai, dan dikelilingi sawah, tapi kelezatannya benar-benar menggoyang lidah. Tidak percaya? Coba deh rasakan sendiri kenikmatannya.
Penulis: Rizqian Syah Ultsani
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Resep Membuat Nasi Goreng agar Rasanya Mirip dengan yang Dimasak Abang-abang Penjual Nasgor.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















