Solaria tempat makan yang begitu mudah ditemui. Selain di mal-mal, tempat makan ini juga bisa dengan mudah ditemukan di stasiun dan bandara. Itu mengapa, Solaria menjadi tempat makan favorit sebelum atau sesudah bepergian. Di mal maupun tempat-tempat lain, Solaria biasanya terletak di tempat strategis. Tak heran kalau tempatnya nyaris tak pernah sepi.
Orang yang belum pernah kesana mungkin akan penasaran apakah makanannya seenak itu? Mau nyoba, tapi jiper duluan. Takut bukan kelasnya. Yah, bahkan dalam hal makan pun, seseorang memang harus tahu diri.
Namun, ketika kesempatan itu datang, entah karena dapat bonus atau baru gajian, keinginan untuk self reward dengan makan di Solaria mungkin bisa muncul lagi. Nggo tau-tau, ora jare-jare, kalau kata orang Tegal. Artinya, sekali-kali coba sendiri biar tahu rasanya, bukan cuma dengar dari apa kata orang.
Toh, rasa penasaran kalau cuma itu dibayar dengan “kata orang”, rasanya memang kurang afdol. Cara terbaik ya harus mencoba sendiri. Apalagi, soal Solaria ini, kebanyakan orang hanya menyebut satu hal: nasi gorengnya enak. Udah. Itu doang. Hal-hal lain? Tidak mereka sebutkan. Misalnya, 5 hal berikut ini.
#1 Menu Solaria banyak pilihan
Pertama, soal menunya. Selama ini, orang-orang terlalu sibuk membicarakan nasi goreng Solaria yang katanya enak banget itu. Sampai-sampai, banyak yang menjadikan nasi goreng Solaria sebagai wishlist ketika nanti kesampaian makan di Solaria. Semacam pembuktian, apa benar yang dibilang orang-orang? Tapi, jangan kaget ketika buku menunya dibuka. Alamak! Menu di Solaria itu banyak banget!
Solaria punya berbagai jenis masakan, mulai dari lokal, chinese sampai western. Untuk bihun saja, Solaria punya 10 varian. Olahan mie ada 11. Belum kwetiaw, ayam-ayaman, daging dan sayurannya. Jadi, singkirkan dulu anggapan kamu kalau di Solaria itu hanya ada nasi goreng.
Butuh rekomendasi? Ada di tulisan ini, ya.
#2 Harganya relatif mahal
Selain dibuat bingung dengan banyaknya menu, kamu yang pertama kali ke Solaria bisa jadi terkejut dengan harga yang tertera. Pasalnya, harga menu di Solaria ini boleh dibilang cukup mahal untuk kaum mendang-mending.
Nasi goreng, misalnya. Di Solaria, nasi goreng biasa dihargai Rp30 ribu. Sementara nasi goreng sapi cabe ijo yang banyak dibangga-banggakan warga itu harganya Rp40 ribu. Dan, jangan lupa, harga tersebut belum termasuk pajak ya. Intinya, paling tidak siapkan dana minimal Rp60 ribu per orang kalau mau makan di Solaria. Duit segitu per orang jangan dibayangkan menunya bakalan mewah, ya. Segitu di Solaria paling cuma dapat nasi goreng sama es teh doang.
#3 Porsinya besar untuk ukuran perempuan
Kalau harga bagi kalian bukan masalah karena pas kebetulan memang lagi dapat bonus, itu bagus. Tapi, bukan berarti kalian bisa pesan ini dan itu sesuka hati. Pasalnya, ada hal yang jarang sekali orang katakan tentang Solaria, yaitu soal porsinya. Percayalah, porsi di Solaria terutama makanan beratnya itu besar banget! Apalagi untuk ukuran perut perempuan. Bisa buat 2 orang itu.
Sebetulnya, tanda-tanda porsi makanan mereka yang besar ini sudah kelihatan dari gambar di menu. Tapi, agaknya kita-kita ini sudah terbiasa disuguhi perbedaan antara gambar di menu dengan yang disajikan. Jadi, ya, ketika melihat gambar nasgor di Solaria segitu banyaknya, kita sudah skeptis duluan. Halah, paling ya yang datang seuprit. Ternyata, SEUPRIT.
#4 Cabang Solaria banyak, rasa kurang konsisten
Di bawah naungan PT Sariguna Primatirta, Solaria sudah memiliki hingga lebih dari 200 gerai yang berada di 55 kota besar di 31 provinsi Indonesia. Tapi, seperti pada umumnya tampat makan yang punya banyak cabang, Solaria juga bermasalah dengan konsistensi rasanya. Untuk menu makanan yang sama, di satu outlet rasanya bisa enak banget, di outlet lain bisa ‘B’ aja malah kurang enak.
Yah, begitulah risiko jaringan restoran besar yang beroperasi di mana-mana. Seringkali yang seragam cuma baju karyawannya, bukan rasanya. Padahal bumbu sudah sama, takaran juga sudah distandarkan. Tapi kalau soal masak-memasak, beda tangan memang akan beda pula rasanya. Tapi kan sebagai pembeli kita nggak pengen ngerti hal-hal yang begitu. Pengennya di sini enak, di sana enak, di tengah-tengahnya Pulau Jawa. Lho~
#5 Suasana persis kantin kantor
Terakhir, hal-hal yang tidak pernah orang katakan adalah suasananya. Mau disebut restoran keluarga, rasanya terlalu kaku. Mau dibilang tempat nongkrong, kok ya kurang chill. Disebut restoran cepat saji pun, proses masaknya kadang malah lama. Dipikir-pikir, suasanya malah mirip kantin kantor yang selalu ramai dan serba memburu. Dari mulai suara alat makan yang beradu, pelayan yang riwa-riwi, dst.
Jadi kalau dalam benakmu makan di Solaria ini bakal tenang dan vibesnya ala-ala fine dinning, ya, kamu salah alamat. Di Solaria, rasanya tuh kayak makan, makan, trus udah, cabut. Paham nggak, sih?
Gimana? Sudah dapat gambaran lebih jauh tentang restoran yang satu ini, kan? Berati, tinggal eksekusinya doang nih. Jadi, kapan?
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Toko Kaset Popeye hingga Djendelo Koffie, 5 Tempat di Jogja yang Saya Harap Buka Kembali.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















