Ketika berbicara soal Pemalang, orang-orang sering salah mengira dengan Malang. Nama kedua daerah itu memang mirip, tapi aslinya sangat berbeda. Malang berada di Jawa Timur, sementara Pemalang adalah sebuah kabupaten di Jawa Tengah.
Pemalang mungkin tidak ternama seperti Malang. Namun, tinggal di kabupaten ini sangatlah nyaman dan asyik. Udara masih segar dan kultur kebersamaan warganya masih terjaga. Benar-benar daerah idaman untuk mereka yang ingin mlipir dari hiruk pikuk kota besar.
Semua tentang menetap di Pemalang itu sempurna kecuali bahasanya. Bahasa yang digunakan di Pemalang memang bahasa Jawa, tapi logat ngapak di sana ternyata sangat kental. Nah, kalau tidak terbiasa dengan logat ngapak, kemungkinan kalian akan sulit untuk menyesuaikan diri. Sekalipun berasal dari daerah yang sehari-hari bertutur dalam bahasa Jawa, bahasa orang-orang Pemalang sungguh menantang.
Di bawah ini beberapa kosakata bahasa Jawa Pemalang yang terdengar asing di kuping banyak orang.
#1 Tidak ada toples, adanya pregelet
Bagi orang-orang yang tinggal di Jogja, Semarang, dan Solo, toples berarti wadah dari plastik atau kaca untuk wadah makanan. Namun, benda ini disebut lain di Pemalang. Wadah semacam itu disebut dengan pregelet di Pemalang. Jadi jangan kaget kalau orang-orang di sana nggak familiar dengan toples wadah makanan yaa.
#2 Gembus di Pemalang disebut dengan dages
Kalian jangan terheran-heran kalau ada orang ingin membeli dages ke penjual gorengan. Sebab, orang Pemalang lebih akrab dengan kata dages daripada gembus. Bagi yang belum tahu, gembus adalah gorengan yang terbuat dari bahan dasar tahu yang difermentasi.
#3 Loken, untuk menanyakan sesuatu
Di dalam bahasa Jawa kalian mungkin mengenal “mosok?” atau “mosok iyo?” sebagai penekanan ketika hendak mengonfirmasi sesuatu. Nah, di Pemalang beda lagi. Kata-kata itu bisa diganti dengan “loken”.
#4 Pan maring ngendi?
Orang-orang yang sehari-hari bertutur bahasa Jawa mungkin hanya familiar dengan kata “ngendi” dalam kalimat “Pan maring ngendi?” Sementara “pan maring” adalah dua kata yang benar-benar asing. Saya beri tahu di sini ya, “pan maring ngendi” kurang lebih artinya mau ke mana.
#5 Anjingaken kata yang bikin salah paham
Kata yang satu ini kerap bikin salah paham karena ada “anjing” dalam “anjingaken”. Bagi orang-orang yang belum tahu, mungkin bisa diartikan umpatan. Padahal dalam bahasa Jawa Pemalang, kata ini berarti dimasukkan. Misal, ““munthule wus dianjingaken ngumah kabeh” yang artinya ketelanya sudah dimasukkan ke rumah semua.
#6 Orang Pemalang lebih familiar dengan kata cengis daripada lombok
Jangan kaget kalau orang Pemalang menyebut cabai bukan lombok seperti bahasa Jawa pada umumnya. Mereka lebih akrab dengan kata cengis. Bagi yang belum tahu, cengis ini merupakan jenis cabe yang sering digunakan dalam gorengan.
#7 Tebluk diucapkan saat orang Pemalang mengantuk
Daripada turu, orang Pemalang lebih sering menggunakan kata teblug. Terdengar aneh memang, tapi itulah kata yang mereka gunakan ketika sudah mengantuk. Contohnya begini, “Aku kesel langsung tebluk” yang artinya aku capek, langsung tidur.
#8 Asrep
Bahasa Jawa ngapak Pemalangan kaya akan kosakata tentang rasa. Misalnya saat menyebut rasa hambar atau tawar biasanya mereka menggunakan istilah asrep. Asrep menggambarkan makanan yang nggak ada rasanya alias hambar. Contoh kalimatnya, “Masakane asrep, kurang uyah” artinya masakannya hambar kurang garam.
#9 Jreged
Bahasa Jawa orang Pemalang juga sangat ekspresif. Mereka punya kata-kata khusus untuk menggambarkan ekspresi tertentu. Misal, untuk menunjukkan kekagetan, mereka punya kata “jreged”. Kata yang saya yakin asing di kuping mereka yang sehari-hari bertutur dengan bahasa Jawa.
#10 Bahasa Jawa Pemalang yang kaya dalam penyebutan ubi
Orang Pemalang punya beragam kata “ajaib” untuk ketela atau ubi-ubian. Ada blegedud untuk talas, boled untuk ketela pohon, munthul untuk menyebut ketela rambat, dan bodin untuk menyebutkan singkong. Banyak dan unik kan?
Itulah beberapa kosakata yang sehari-hari digunakan orang Pemalang dan mungkin terdengar aneh untuk banyak orang. Bahkan, untuk mereka yang sehari-hari bertutur menggunakan bahasa Jawa, kata-kata itu mungkin terdengar asing. Apalagi ditambah logat ngapak yang kental. Pendatang perlu konsentrasi ekstrak untuk memahaminya.
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Pemalang Nggak Bakal Dikenal Orang kalau 5 Hal Ini Nggak Dibenahi.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















