Sepulangnya dari acara di Jakarta beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan menjadi salah satu penumpang KA Gumarang Kelas Ekonomi New Generation relasi Stasiun Pasar Senen (Jakarta) ke Pasar Turi (Surabaya). Saya anggap itu sebagai kesempatan berharga, sebab rangkaian ini baru saja diperkenalkan beberapa hari sebelumnya, tanggal 15 Juli 2025, menggantikan kelas bisnis di rangkaian yang sama.
Sejujurnya, pilihan awal saya masih tertuju ke KA Airlangga, karena masih termurah untuk relasi rute tersebut, Rp104 ribu. Namun, karena jadwal kereta bersubsidi PSO itu bersamaan dengan jadwal acara, maka mau tidak mau saya harus booking tiket kereta ekonomi yang punya harga lebih mahal.
Di aplikasi Access by KAI, tiket termurah kedua setelah Airlangga adalah paket connecting train (tiket kombinasi). Jadi ada dua tiket yang bisa kita pesan bersamaan dalam sekali pembelian dan pembayaran; yakni tiket KA Tawang Jaya Premium relasi Jakarta-Tegal, dan KA Ailangga relasi Tegal-Surabaya. Hanya 200 ribuan.
Tapi pertimbangannya, setelah turun dari kereta Tawang Jaya, penumpang harus transit di Tegal selama lebih dari 11 jam. Baru naik kembali menggunakan KA Airlangga ke Surabaya. Harga murah, tapi lama, hampir 24 jam perjalanan.
Akhirnya, pilihan terakhir jatuh ke KA Gumarang kelas Ekonomi New Generation. Rangkaian terbarunya KA Gumarang. Sekadar informasi, sebelum New Generation ini diperkenalkan, KA Gumarang menjadi salah satu kereta dengan rangkaian terpanjang di Indonesia dengan 3 kelas; eksekutif, bisnis, dan ekonomi, sebelum akhirnya menjadi dua kelas saja (eksekutif dan ekonomi generasi baru ini).
KA Gumarang Generasi Baru dengan Pengalaman Baru
Kereta dijadwalkan berangkat jam 21:30 WIB dari stasiun Pasar Senen. Penumpang sudah diperkenankan boarding pada jam 20:30 WIB. Tiba di ruang tunggu, saya menyaksikan ular besi itu sudah terparkir di peron 3. Namun masih proses pembersihan oleh petugas.
Ada penampakan berbeda yang saya lihat pertama kali. Biasanya selama ini saya menyaksikan rangkaian ekonomi masih menggunakan bahan mild steel dan ciri khas-nya yang klasik. Tapi saat itu, yang saya lihat pertama kali adalah badan kereta yang futuristik dengan bahan stainless steel.
KA Gumarang terlihat mewah, sekalipun itu kelas ekonomi. Bahkan ada mbak-mbak penumpang lain tanya; “Mas-nya naik Gumarang juga ya? Ini kelas Ekonomi kan?” (sambil menunjuk gerbong rangkaian ekonomi). Tak selesai, dia juga memperlihatkan tiketnya ke saya, untuk memastikan kedua kalinya. Saya paham mbaknya mungkin baru pertama dan bingung saking bedanya kelas ekonomi New Generation ini dengan model-model sebelumnya. Sebab, saya awalnya juga bingung dan juga memastikan ke petugas peron. Ya, upgrading yang patut diapresiasi.
Selesai pembersihan, saya menuju ke perut gerbong. Mencari nomor kursi yang sesuai di tiket. Ternyata tak hanya di luar, rangkaian ekonomi New Generation juga memiliki tampilan futuristik di dalamnya. Kaca lebih lebar, atap yang lebih mewah, dan tempat barang yang lebih modern. Paling penting, kursi yang searah, tidak berhadap-hadapan, dan bisa diganti ke mode rebah. AC-nya pun lebih dingin, meski terlalu dingin bagi saya. Bisa jadi, mungkin karena perjalanan malam.
Serasa di eksekutif
Jam 21:30 WIB pas, peluit terdengar dari petugas peron, dan perlahan kereta melaju sebelum akhirnya melaju kencang. Pengalaman sangat berbeda dari kereta-kereta ekonomi yang pernah saya naiki sebelumnya; Probowangi, Sritanjung, dan termasuk KA Airlangga yang menjadi pilihan awal tadi.
Suspensi KA Gumarang terdengar lebih halus, mungkin juga ini hanya perasaan saya. Tapi yang pasti, saya lebih mendapatkan kenyamanan privasi karena tidak saling berhadap-hadapan antarpenumpang dan arah duduk yang searah dengan jalannya kereta. Selain itu, kursinya pun lebih empuk. Secara space, juga lumayan lega. Meski tidak seluas kelas eksekutif, bagi saya yang memiliki panjang hampir 180 cm, masih sangat nyaman.
Tak sampai di situ, saya mencoba beberapa fasilitas lain seperti gerbong restorasi. Hal berbeda juga saya rasakan di sini. Kalau di kelas ekonomi biasa, gerbong restorasi cenderung lebih sempit, sedangkan di rangkaian ini, gerbong restorasinya sangat lega, instagramable, nongkrongable, dan serasa berada di kelas eksekutif. Pintu penghubung antar gerbong pun sudah otomatis, tidak perlu digeser, cukup pencet, kegeser sendiri.
Akhirnya ekspektasi saya atas kereta ini terpenuhi. Ketika banyak yang mengeluhkan KA Airlangga yang punya kursi tegak dan berhadap-hadapan, mungkin KA Gumarang new generation ini bisa jadi solusi dengan budget yang hanya Rp350 ribu dengan segala kenyamanan dan fasilitas yang telah saya sebutkan.
Selamat mencoba.
Penulis: Aqil Husein Almanuri
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Rekomendasi 6 Mobil Bekas Murah dengan Vibes Mewah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















