Sebagai warga Malang, saya baru saja menyadari bahwa ada banyak sekali hal-hal menarik yang ada di Malang, yang turut mewakili keadaan di Indonesia secara garis besar.
Apalagi kalau kita bicara soal Malang Raya, yang terdiri dari Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu. Behhh. Ketiga kawasan itu, apabila disatukan betul-betul membuat suatu kolaborasi epik yang sulit ditemukan padanan kata yang pas untuk menggambarkannya. Dan diksi sejauh ini yang saya temukan hanyalah, keadaan yang sangat “Indonesia”!
Bahkan saya sangat pede, untuk menempatkan Malang, sebagai daerah yang paling fasih dalam merepresentasikan Indonesia. Sungguh. Berikut saya jelaskan alasannya.
Bentang alam Malang yang begitu kaya
Ciri khas pertama Indonesia yang juga dimiliki oleh Malang, tentu adalah bentang alamnya. Malang, benar-benar punya semuanya.
Mulai dari gunung, misalnya. Dari yang cocok untuk pemula seperti Budug Asu sampai yang tertinggi se-pulau Jawa, sekaliber Semeru, itu sama-sama masih masuk wilayah Malang. Selain itu, juga masih ada Gunung Kawi yang kondang sebagai gunung yang paling mistis.
Terus, selain gunung-gunungan, Ngalam juga punya air terjun, loh. Khususnya di daerah utara, masih ada banyak sekali spot air terjun yang belum ramai dijamah. Misalnya Coban Jahe dan Coban Siuk yang ada di Kecamatan Jabung. Atau yang agak terkenal sedikit, juga punya Coban Rondo yang masuk wilayah Kecamatan Pujon.
Eits, tidak hanya pemandangan alam cantik yang ada di dataran tinggi, Ngalam juga punya puluhan pantai yang tidak kalah cakepnya. Di bagian selatan, berderet pantai yang siap menyuguhkan panorama yang indah dan rupawan. Misalnya, seperti Pantai Tiga Warna, Pantai Teluk Asmara, dan yang paling masyhur, ada Pantai Balekambang.
Perkebunan dan pertanian yang tak hanya di Batu saja!
Oh iya, beririsan sedikit soal alam-alam, Malang juga punya kekayaan luar biasa dari sektor perkebunan dan pertanian. Bahkan, tidak hanya terpusat di daerah Kota Batu tok. Sebut saja perkebunan apel yang ada di Poncokusumo, atau perkebunan jeruk di Dau, sampai perkebunan durian di daerah Ngantang.
Tak hanya itu, dari sektor minuman, Malang juga memiliki hamparan luas kebun teh di Kecamatan Lawang dan Singosari, serta kebun kopi yang jamak ditemui di kawasan timur Kabupaten Malang.
Bahkan, untuk kopi sendiri, setahu saya memang sudah lama mendunia sejak zaman Belanda. Salah seorang teman saya pun memperkenalkan akronim dari keempat daerah sentra kopi tersebut yang mirip dengan nama kota di Belanda, yakni Amstirdam atau Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Dampit.
Transum yang busuk dan jalanan yang tidak ramah pejalan kaki
Selanjutnya, ini adalah ciri khas Malang yang memang Indonesia banget!
Adalah transportasi umum di kota ini yang betul-betul tidak memadai. Bayangkan, setahu saya, baik di Kota Batu, Kota maupun Kabupaten Malang, belum ada fasilitas transum yang nyaman, aman, dan murah. Alhasil, kebanyakan masyarakat ya mau tidak mau menggunakan kendaraan pribadi aja. Endingnya apa? Yak, betul. Macet di mana-mana!
Belum lagi ada buanyak banget titik di kota ini yang tidak ramah pejalan kaki. Kalau teman-teman berprasangka bahwa beberapa trotoar di Malang hanya disesaki oleh pedagang kaki lima saja, eits, tebakan kalian belum sepenuhnya akurat.
Di banyak kawasan ramai pengunjung bahkan, bisa saja trotoar justru dimanfaatkan sebagai lahan parkir oleh jukir liar yang bejibun jumlahnya!
Masyarakat yang susah dibilangin
Kemudian, Malang juga dikaruniai oleh ribuan masyarakat yang memang dasarnya ngeyel dan susah dibilangin. Tidak perlu jauh-jauh ke aksi suporter Arema yang ngelemparin bus Persik Kediri beberapa waktu yang lalu itu dulu, deh.
Barangkali kalau temen-temen ada waktu luang, monggo dicek, fenomena sound horeg tuh, kemunculannya diinisiasi oleh daerah mana sih? Akh, itu dia.
Pejabat yang korup dan tebal muka
Tentu, kayaknya nggak lengkap kalau kita ngomongin Indonesia tanpa menyinggung soal kasus korupsi. Nah, begitu pun dengan Malang.
Bayangkan, di tahun 2018, 41 dari 45 anggota DPRD Kota, beserta mantan wali kotanya, sama-sama tersandung kasus korupsi. Gokil. Bahkan, situasi ini sampai ngebikin 2 dari 3 cawalkot Malang di pilkada pada tahun yang sama, menyandang status tersangka saat dipilih.
Oh iya, jangan dikira hanya Kota Malang doang, loh. Bupati Malang dua periode (2010–2021) dan Wali Kota Batu dua periode juga (2007–2017), sama-sama pernah menjadi tahanan KPK. Tidak berhenti di situ. Anak dari mantan Wali Kota Batu dan Bupati Malang yang itu, di pilkada kemarin, secara berbarengan ikut bertanding sebagai calon wakil kepala daerah juga, loh.
Dan, ini yang menurut saya paling gong, salah satu cawalkot Malang di pilkada kemarin juga, yang berhasil meraup 132.266 suara, adalah mantan wali kota yang 2018 korupsi itu!
Sumpah, saya sangat nggumun, orang kok betah isin banget! Terlalu Indonesia ini.
Malang yang Indonesia banget
Tentu masih banyak lagi kekhasan Malang yang “Indonesia banget”, yang tidak bakal muat untuk saya ulas di sini. Misalnya, seperti banyaknya kasus ketidakadilan yang mangkrak, kayak Tragedi Kanjuruhan, yang sekarang perlahan mulai terabaikan.
Namun apa pun itu, saya merasa Malang memang adalah sebaik-baiknya representasi dari Indonesia. Ya bagaimana tidak, persis seperti Indonesia, Ngalam sendiri dilimpahi oleh banyak sumber daya alam yang indah, namun dikelilingi oleh masyarakat yang susah dibilangin dan dikelola oleh pejabat yang korup dan betah isin.
Jadi yaa, Malang ini emang Indonesia banget. Atau jangan-jangan yang lebih tepat, Indonesia yang sebenarnya malang banget (tapi pake m kecil). Hehehe.
Penulis: Ahmad Fahrizal Ilham
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sisi Suram Kota Malang yang Membuatnya Red Flag Disinggahi untuk Healing, apalagi Tinggal
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















