Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Inilah Alasan Mahasiswa UTM Layak Disebut sebagai Mahasiswa Tahan Banting

Ade Vika Nanda Yuniwan oleh Ade Vika Nanda Yuniwan
8 April 2020
A A
Mahasiswa UTM, sawang sinawang
Share on FacebookShare on Twitter

“Saya Ade Vika Nanda Yuniwan. Saya alumni UTM yang wisuda semester ganjil tahun 2020, tapi ditunda karena pandemi corona.”

“UTM? Universitas baru? Kok aku baru denger?”

Sebuah ending yang sama dalam percakapan antara saya dengan seseorang saat pertama kali memperkenalkan diri sebagai mahasiswa Universitas Trunojoyo atau UTM. Selanjutnya, yang terbersit dalam pikiran saya adalah, seberapa pinggirannya kampus saya ini? Bagi masyarakat Madura, UTM sudah sangat dikenal. Tapi, di luar Madura? Hmmm, saya jadi penasaran.

Beberapa hari terakhir, membaca Terminal Mojok serasa membaca profil kampus. Banyak penulis terminal yang mengulik keunikan dari kampus mereka, mulai dari ITB, UNESA, UI, UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, Universitas Gunadarma, yang yhaa… bisa dibilang: Siapa sih yang nggak kenal sama mereka? Tapi berkat mereka, saya akhirnya jadi termotivasi untuk memperkenalkan diri saya sebagai alumni UTM alias Universitas Trunojoyo Madura.

Tidak banyak orang yang tahu tentang UTM. Kampus berlabel universitas negeri ini terletak di Kecamatan Kamal, Pulau Madura. Meskipun negeri, saya yakin UTM tidak akan masuk daftar goals kampus favorit anak-anak kota. Padahal sebagai seorang alumni yang pernah mengenyam bangku perkuliahan di sana, saya merasa berkuliah di UTM justru menjadikan saya sebagai pribadi yang tatak, alias tahan banting. Lho, kok bisa? Berikut alasannya,

Satu: Sering dapat pertanyaan, “kampus mana itu?” atau “kok aku baru dengar?”

Salah satu alasan bagi sebagian besar camaba menginginkan berkuliah di universitas ternama adalah mendapat kebanggaan sekaligus pengakuan dari orang lain. Berbeda halnya dengan saya. Meskipun sudah memperkenalkan diri beserta nama almamater kampus, pertanyaan yang saya terima adalah “kampus mana itu?”, “kampus baru ya?”, atau “kok aku baru denger?” Percayalah kepercayaan diri kalian akan luluh lantak seketika.

Meski di awal memang saya sempat merasa jiper dengan pertanyaan ini, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya frekuensi pertanyaan ini, saya pun terlatih tegar. Bukannya minder, dengan pertanyaan-pertanyaan itu saya justru bisa leluasa memperkenalkan UTM dengan bangga kepada orang-orang.

Dua: Rela berangkat kuliah dengan menerjang banjir di jalanan sekitar kampus saat musim hujan

Yap! Meskipun dikelilingi oleh area persawahan, kampus saya tetap jadi langganan banjir saat musim hujan datang. Jalanan menuju kampus selalu terendam banjir setinggi knalpot motor dan itu cukup menghambat mobilisasi kami sebagai mahasiswa UTM. Bayangkan saja, untuk menuju kampus kami harus menerjang banjir yang bisa saja membuat baju kuliah kami terciprat air kotor.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Saya pernah masuk kelas dengan keadaan baju yang kotor karena cipratan air banjir dari kendaraan sesama mahasiswa. Mau kembali ke kos kok ya udah mepet jam kuliah. Ya sudah, akhirnya saya tetap masuk kelas dalam keadaan yang mengenaskan  kurang enak dilihat. Namun, dari banjir itulah, kami mahasiswa UTM bisa belajar tentang perjuangan. Meskipun sekadar berangkat kuliah dan menerjang banjir di jalanan, sebetulnya kami juga sedang berjuang melawan kemalasan.

Tiga: Sering terdampak pemadaman listrik bergilir

Di UTM sering terdampak pemadaman listrik bergilir dari PLN kecamatan. Kalau listrik padam, sebagian civitas kampus akan terganggu karena tidak semua gedung perkuliahan di-support oleh genset listrik yang stabil. Lha terus kuliahnya gimana? Ya kami harus rela kuliah tanpa AC, tanpa kipas angin. Bahkan kami juga pernah melakukan presentasi tanpa proyektor.

Saat kampus kami sedang terdampak pemadaman bergilir, di sini peran kami sebagai agent of change dituntut untuk kreatif dan inovatif. Kami harus siap berimprovisasi bagaimanapun caranya agar presentasi tetap berjalan meski tanpa dukungan proyektor. Walhasil, kami mempelajari materi lebih dalam agar dapat menyampaikan materi dengan jelas.

Tidak jarang juga kami membuat portofolio project yang tadinya kami lampirkan sebagai presentasi power point jadi portofolio project di atas kertas karton. Kami harus kreatif! Harus!

Empat: Jauh dari keramaian perkotaan besar

UTM terletak di pulau Madura. Meskipun di atlas letak Madura terlihat berdekatan dengan Surabaya, tapi sebenarnya keduanya tidak dekat-dekat amat. Kami perlu satu jam jika menempuh perjalanan dengan kapal dan 45 menit jika menempuh perjalanan melalui Suramadu untuk menuju Surabaya. Itu artinya, kampus kami jauh dari keramaian perkotaan besar macam Surabaya.

Untuk berhedon ria pun kami harus berpikir dua kali. Jika kami ingin nongkrong di kafe yang hype untuk anak-anak kekinian, kami harus pergi ke Surabaya. Selain boros bensin, betapa sia-sianya waktu kami jika untuk sekadar nongkrong saja kami harus menempuh perjalanan jauh ke Surabaya. Kami pegal di jalan, Sobat! Sesampainya di Surabaya bukan nongkrong yang ingin kami lakukan, tapi rebahan.

Namun, hikmah dari hal ini adalah kami bisa mengontrol keuangan. Kami bisa mengalokasikan waktu dan uang kami untuk hal-hal yang lebih urgent dari pada sekadar jalan-jalan, nongkrong, dan nge-mal.

Lima: Berani menepis stereotip buruk tentang isu sosial masyarakat Madura

Sudah bukan rahasia umum lagi jika banyak orang yang masih berstereotip buruk tentang masyarakat Madura. Seperti yang saya terima ketika saya memperkenalkan diri sebagai mahasiswa UTM yang notabene terletak di Pulau Madura.

“Di sana nggak banyak begal?”

“Di Madura ada carok, lho. Kamu nggak takut?”

Tentu saja pertanyaan itu muncul karena mereka belum banyak mengenal masyarakat Madura yang sejatinya tidak demikian. Tapi kami, mahasiswa luar Madura yang berkuliah UTM  berani melawan stereotip tersebut.

Kami percaya jika stereotip buruk akan tetap ada selama kita tidak membuktikan kebenarannya langsung. Sebagai mahasiswa UTM kami sudah membuktikannya. Kami tetap bisa berdampingan dengan masyarakat sekitar dan belajar seperti biasa.

Enam: Rela menyebrangi selat saat pulang kampung

Bagi kami mahasiswa luar Madura yang berkuliah di UTM, saat pulang kampung kami harus rela menyebrang selat Madura. Kami seolah-olah dibuat biasa dengan perjalanan lintas pulau ini meskipun masih dalam satu wilayah Jawa Timur. Namun sebagai anak rantau, kebiasaan ini seakan-akan telah mematenkan keberanian kami.

Dengan jarak tempuh yang lumayan jauh hingga menyebrangi laut, sensasi merantau kami benar-benar terasa. Khususnya saya yang ketika masih kuliah, diwajibkan oleh ibu saya untuk pulang ke rumah satu kali dalam seminggu. Saya seperti sudah terlatih jadi seorang musafir, Lur!

Meksipun UTM tidak banyak dikenal oleh orang-orang, satu hal yang perlu diketahui oleh mereka adalah kami, mahasiswa UTM adalah agent of change yang mandiri dan kreatif dengan cara kami sendiri. Btw, kemandirianmu belum teruji jika belum terdaftar sebagai mahasiswa UTM. Camkan!

BACA JUGA Bagi Orang Madura, Bahasa Madura Tak Kalah Njelimet-nya dengan Bahasa Inggris atau tulisan Ade Vika Nanda Yuniwan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 April 2020 oleh

Tags: maduraMahasiswaUTM
Ade Vika Nanda Yuniwan

Ade Vika Nanda Yuniwan

Pekerja literasi yang mencintai buku, anak-anak, dan pendidikan. Suka berdiskusi sambil nulis ringan untuk isu-isu yang di sekelilingnya.

ArtikelTerkait

Memilih Politisi Ganteng: Masih Relevankah bagi Pemilih Muda?

Mahasiswa Sejatinya Adalah Politisi yang Tertunda

16 Juni 2023
Tipe-tipe Dosen Ketika Mahasiswanya Protes Nilai Akademik terminal mojok.co

Tipe-tipe Dosen Ketika Mahasiswanya Protes Nilai Akademik

28 Februari 2021
Bangkalan Madura, Kabupaten Amburadul Butuh Kerja Nyata (Unsplash)

Surat Terbuka untuk Bupati Bangkalan Madura Terpilih, Jangan Ikut Membuat Kabupaten Ini Semakin Amburadul!

13 Februari 2025
Fresh Graduate Solo Culture Shock Kerja di Jakarta, Cukup Jadi Pengalaman Sekali Seumur Hidup Aja Mojok.co

Fresh Graduate Solo Culture Shock Kerja di Jakarta, Cukup Jadi Pengalaman Sekali Seumur Hidup Aja

30 Maret 2024
dosen pembimbing, dosbing resek

Surat Terbuka Untuk Dosen Pembimbing

6 September 2019
Saya Tidak Pernah Menyesal Terlahir di Madura yang Punya Citra Buruk Mojok.co

Derita Menjadi Orang yang Lahir di Madura dan Memikul Citra Buruk, tapi Saya Tidak Pernah Menyesal

8 Mei 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget Ketika Hidup di Solo Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

12 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.