Di desa, bikin acara nikahan pakai jasa katering itu bukannya memudahkan, tapi malah menciptakan masalah baru, dan ini serius
Kehidupan di desa memang serba guyub dan saling bahu membahu. Banyak kegiatan yang dilakukan yang dilakukan dengan bersama-sama dan saling membantu. Salah satunya pas ada hajatan nikahan, mereka akan mengerahkan seluruh tenaga untuk masak dan membantu yang biasa disebut rewang. Biasanya sih yang paling membutuhkan tenaga di bagian masak atau rewangnya.
Namun sekarang di desa juga nggak kalah modern, sudah ada yang menggunakan jasa katering. Sayangnya menggunakan jasa katering justru banyak yang nggak suka atau banyak yang maido. Sesuatu yang praktis, kadang memang malah bisa jadi masalah untuk beberapa orang.
Tapi, kenapa pakai jasa katering di desa bisa jadi masalah? Ini berikut beberapa alasannya.
Dinyinyiri karena dianggap turah duit
Hal pertama yang menjengkelkan saat menggunakan katering saat ada acara dianggap turah-turah duit. Atau juga dianggap menghambur-hamburkan uang. Hal ini karena tarif untuk katering terhitung mahal dan belum jadi hal lumrah di desa. Makanya banyak yang maido karena dianggap kurang banyak duit.
Padahal harusnya tetangga juga turut senang karena mereka nggak perlu capek-capek bangun Subuh buat masak bersama.
Jasa katering disepelekan karena masakannya porsi mini, buat sendiri juga bisa
Hal kedua yang paling sering terdengar adalah selalu menyepelekkan porsi makanan yang disajikan pihak katering. Mereka menganggap jika porsi katering sedikit dan porsi ayamnya hanya seuprit. Udah gitu snacknya juga cuma 2 jenis aja. Pasti kelakar tetangga bilang “Buat sendiri juga bisa, malah bisa jadi banyak. Ketimbang pesen katering.”
Nggak ada sisa banyak buat orang belakang
Nah yang ketiga ini yang paling sering dipaido karena nggak ada sisa buat orang belakang. Orang belakang di sini maksudnya adalah buat orang yang rewang. Soalnya biasanya sisa-sisa makanan diberikan kepada personel rewang buat dibawa pulang. Dengan menggunakan katering otomatis pesanan makanan hanya sedikit nggak sebanyak saat masak sendiri.
Intinya menyesuaikan tamu. Jadinya bagian rewang nggak kebagian sisa mantu buat dibawa pulang.
Pakai jasa katering dianggap sok eksklusif dan sok mewah
Terakhir, orang yang menggunakan jasa katering dianggap sok eksklusif dan sok mewah. Padahal ini kan ya pilihannya tuan rumah, tapi mengapa justru banyak tetangga dan saudara yang nggak suka dan justru jadi bahan omongan.
Harusnya mereka senang saat pakai katering, nggak perlu capek-capek masak. Tinggal duduk, ngobrol, makan, pulang. Namun malah dicap sok kota, soalnya pesta hanya digelar di halaman rumah. Mereka hanya mewajarkan menggunakan jasa katering buat yang nikahannya di gedung aja.
Menggunakan jasa katering di desa bakal jadi culture shock warga desa. Banyak dari mereka yang kurang setuju dan berakhir jadi bahan omongan yang tak ada habisnya. Dianggap terlalu mewah dan pelit karene sisa katering biasanya nggak sebanyak seperti saat masak sendiri. Intinya serba salah pakai katering, padahal kan justru enak ya, mereka nggak perlu repot-repot masak. Tinggal menikmati acara.
Tapi ya, begitulah realitas kehidupan. Lain lubuk, lain ikannya. Lain daerah, lain nyinyirannya.
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kritik untuk Menu Prasmanan Katering Kawinan yang Merepotkan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















