Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

UNNES Kampus 1000 Ospek, Maba Bersiaplah Menghadapi Ospek yang Banyak dan Nggak Ada Isinya

Raihan Muhammad oleh Raihan Muhammad
10 Juni 2025
A A
UNNES Kampus 1000 Ospek, Maba Bersiaplah Menghadapi Ospek yang Banyak dan Nggak Ada Isinya Mojok.co

UNNES Kampus 1000 Ospek, Maba Bersiaplah Menghadapi Ospek yang Banyak dan Nggak Ada Isinya (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saat ini, kampus-kampus di seluruh Indonesia sedang bersiap menyambut tahun ajaran baru. Para mahasiswa baru (maba) berdatangan, membawa harapan, semangat, dan mungkin sedikit rasa cemas soal dunia kampus yang katanya beda banget sama SMA. Tak terkecuali di Universitas Negeri Semarang (UNNES), tempat yang dikenal dengan sebutan “kampus konservasi”.

Akan tetapi, di balik sambutan spanduk dan rangkaian sambutan resmi, ada satu hal yang nyaris selalu jadi momok tahunan bagi maba: ospek. Di UNNES, kegiatan ini masih menjadi bagian dari tradisi awal perkuliahan—meski namanya sudah berganti-ganti jadi PPKKMB, PKKMB, atau apapun singkatannya. Yang jadi soal bukan sekadar nama, tapi isi dan praktiknya yang kadang masih membingungkan: antara pembinaan dan tekanan, antara edukasi dan formalitas belaka.

Berdasar cerita dari tahun-tahun sebelumnya, ospek di UNNES berjalan tanpa arah yang jelas. Ada tugas-tugas simbolik yang tak dijelaskan maknanya, aturan seragam yang terlalu kaku, hingga sikap senior yang cenderung instruktif daripada dialogis. Ini membuat banyak maba merasa bukan sedang diperkenalkan pada dunia kampus, tapi diuji ketahanan sejak hari pertama. Padahal, masa orientasi seharusnya jadi ruang transisi yang sehat, bukan ajang adaptasi paksa yang melelahkan secara emosional.

Ospek UNNES kebanyakan, bikin maba pusing

Dulu, kata “ospek” terdengar begitu sakral di telinga mahasiswa baru. Diucapkan dengan nada serius, penuh misteri, dan kadang pakai efek horor seperti suara senior dari balik Google Meet: berat, lambat, dan bikin nyali ciut. Ospek seolah jadi momen peralihan spiritual dari anak SMA yang masih pakai seragam, jadi mahasiswa sejati yang cenderung lebih bebas. 

Akan tetapi, di balik seremoni itu, sebenarnya ospek cuma semacam kegiatan pengenalan. Katanya sih, biar kita kenal kampus. Walaupun ujung-ujungnya malah lebih hafal nama panitia dibanding nama dosen wali.

Ospek, singkatannya saja sudah menimbulkan trauma ringan. Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus, kalimat yang terdengar seperti ajakan manis, padahal dalam praktiknya sering menyamar jadi tugas-tugas penuh tekanan. Ada tugas video perkenalan, ada dress code aneh-aneh, belum lagi larangan makan gorengan selama seminggu karena katanya nggak sesuai “nilai kampus”. Entah sejak kapan mengenal kampus identik dengan pantangan makanan dan selfie dengan tukang parkir.

Di UNNES, pengalaman ospek itu bukan satu kali, bukan dua kali, tapi berkali-kali dan masing-masing punya nama, logo, grup WhatsApp. Bahkan, punya tema tersendiri. Ada ospek tingkat universitas, lalu lanjut ke fakultas, habis itu jurusan, ditambah lagi ospek pramuka, dan keagamaan. Itu mengapa, saat awal masuk kuliah, maba akan sangat sibuk dengan agenda ospek, lengkap dengan tugas, dress code, dan deadline mendadak. Kalau dihitung, jumlah ospek selama satu semester bisa mengalahkan jumlah mata kuliah yang diambil. Di titik ini, mahasiswa baru UNNES seperti sedang ikut training camp versi akademik bukan buat jadi sarjana, tapi buat lulus dari jebakan stamina.

Dari ospek tingkat universitas hingga ospek pramuka (OKPT)

Dalam hitungan beberapa hari sejak dinyatakan resmi jadi mahasiswa UNNES, langsung dihantam realitas: ospek bukan cuma satu rangkaian kegiatan, tapi semacam “mini semester” penuh agenda. Hari pertama ada ospek tingkat universitas—penuh sambutan, jargon, dan tagar penyemangat. Hari-hari berikutnya langsung disusul ospek fakultas, lalu jurusan. Belum sempat napas panjang, sudah muncul undangan untuk OKPT alias Ospek Kepramukaan Tingkat Perguruan Tinggi, lengkap dengan dress code dan jargon yang berbeda lagi. Seolah-olah menjadi mahasiswa harus melewati ujian tahap demi tahap seperti level game RPG, dan tiap ospek adalah bos terakhir yang wajib dikalahkan.

Baca Juga:

Alumni UNNES: Setelah Lulus pun Harus Berdamai dengan Stereotipe Miring

7 Kampus di Semarang Ini Bikin Kalian Yakin bahwa Semarang Adalah Tempat Terbaik untuk Menimba Ilmu

Belum selesai. Tak lama kemudian, muncul juga ospek versi keagamaan. Kegiatannya bisa berupa pengajian, seminar moderasi beragama, atau sesi refleksi spiritual yang kalau tidak diikuti, risikonya bisa dikira kurang beriman oleh panitia. Tiap kegiatan datang dengan grup WhatsApp-nya sendiri, tugas refleksi, dress code warna pastel, dan deadline yang kadang lebih mengintimidasi dari tugas kuliah.

Rasa-rasanya memang tidak berlebihan jika menyematkan julukan “Kampus Seribu Ospek” kepada UNNES. Dalam waktu kurang dari empat minggu, jumlah ospek yang harus diikuti mahasiswa baru sudah cukup untuk membuat kalender digital penuh notifikasi. Setiap hari ada agenda, setiap agenda ada tugas, dan setiap tugas punya format pengumpulan yang berbeda-beda. Belum masuk kuliah, tapi sudah terbiasa bangun pagi karena takut ketinggalan ospeknya. Belum kenal dosen, tapi sudah hafal siapa panitia yang paling sering japri. Jika ini bukan definisi dari kampus seribu ospek, lalu apa? Bahkan, kerajaan Majapahit pun agaknya tidak punya struktur sekompleks ini.

Segunung tugas ospek, sedikit manfaat yang terlihat

Sudah jadi rahasia umum kalau ospek itu datang dengan bonus: tugas segunung yang entah ditujukan untuk melatih soft skill, atau sekadar menguji kesabaran mahasiswa baru. Mulai dari resume materi, video perkenalan, esai, sampai tugas bikin konten budaya semua ada dan harus dikumpulkan sebelum jam yang ditentukan yang kadang dadakan. 

Tentu, nggak semua tugas itu nggak bermanfaat. Beberapa memang bisa melatih kemandirian, ketekunan, dan manfaat lainnya yang berguna untuk menunjang perkuliahan maba kelak. Tapi, tidak sedikit juga yang rasanya nirfaedah. Banyak mahasiswa mengeluh karena tugas-tugas itu seringkali tidak relevan dengan tujuan orientasi, apalagi dengan jurusan yang mereka ambil. Capek badan iya, capek pikiran juga iya, manfaatnya? Masih dicari lewat mikroskop.

Fenomena ini bahkan pernah viral pada tahun 2021. Kala itu, media sosial Twitter dipenuhi keluhan mahasiswa baru UNNES soal banyaknya tugas ospek. Kata “UNNES” bahkan sempat masuk trending topic nasional. Tangkapan layar isi grup WhatsApp, jadwal padat, dan curhat begadang sampai jam 3 pagi tersebar di linimasa. Pihak kampus berdalih bahwa tugas tersebut adalah bagian dari “kreativitas panitia mahasiswa”, dan sudah terlanjur terkumpul. Sebuah respons yang, jujur saja, malah menambah rasa lelah secara spiritual.

Bukan banyaknya ospek UNNES, tapi apa isinya

Pada akhirnya, mahasiswa baru itu hanya butuh ospek yang masuk akal, bukan soal banyaknya ospek atau banyaknya tugas yang dikasih, tapi soal: ini semua buat apa? Apa mahasiswa baru jadi lebih siap kuliah? Apa mereka jadi lebih kenal dosennya, sistem kampusnya, atau malah cuma hafal link Google Drive dan tempo lagu yel-yel?

Orientasi mestinya jadi momen membentuk koneksi, bukan kompetisi stamina. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya. Mahasiswa baru dipaksa beradaptasi bukan dengan dunia akademik, tapi dengan sistem penugasan yang lebih mirip simulasi manajemen proyek. Akhirnya, kesan pertama terhadap dunia kampus justru bukan soal ilmu atau kebebasan berpikir, tapi soal kecepatan mengerjakan tugas dengan atribut yang benar dan backsound yang sesuai.

Kalau substansi ospek hanya sebatas “yang penting ada kegiatan”, ya wajar kalau mahasiswa baru kehilangan arah. Alih-alih jadi ruang pembuka untuk mengenal dunia kampus, ospek malah menjelma jadi ladang formalitas yang terlalu sibuk dengan logo, tema, dan template PowerPoint. Kampus semestinya jadi tempat belajar bernalar, bukan belajar patuh pada struktur panitia non-struktural.

Kalau begini terus, bukan cuma mahasiswa barunya yang lelah, tapi juga akal sehatnya. Sebab ketika orientasi lebih sibuk dari kuliah, dan tugas lebih banyak dari SKS, kita patut curiga: jangan-jangan yang sedang dibentuk bukan mental mahasiswa, tapi budaya kerja lembur tanpa alasan jelas. Di kampus yang katanya konservasi ini, ironisnya justru tidak ada konservasi tenaga dan waktu mahasiswa barunya. 

Tulisan ini pun diniatkan baik, supaya para pihak yang terlibat mau berbenah, bukan sekadar meninggikan ego dan menyusahkan maba. Semoga tulisan ini bisa diterima dengan baik. 

Penulis: Raihan Muhammad
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Fasilitas UNNES Semakin Lengkap Setelah Saya Jadi Alumni, Jadi Menyesal Lulus Cepat 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Juni 2025 oleh

Tags: mabamaba unnesmahasiswa baruospekospek unnesUNNES
Raihan Muhammad

Raihan Muhammad

Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

ArtikelTerkait

7 Rekomendasi Motor Bekas untuk Mahasiswa Baru di Jogja

7 Rekomendasi Motor Bekas untuk Mahasiswa Baru di Jogja

9 Juni 2023
4 Stereotip Mahasiswa Jurusan Pertanian Terminal Mojok

4 Stereotip Mahasiswa Jurusan Pertanian

2 Desember 2020
Dear Maba, Jangan Sewa Kos Tahunan Kalau Nggak Mau Menderita kayak Saya

Dear Maba, Jangan Langsung Sewa Kos Tahunan Kalau Nggak Mau Menderita kayak Saya

24 April 2024
Salah Kaprah Soal Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB): Dituduh Klenik Sampai Diplesetin Jadi Fakultas Ilmu Berpesta mahasiswa FIB

Salah Kaprah Soal Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB): Dituduh Klenik Sampai Diplesetin Jadi Fakultas Ilmu Berpesta

1 Mei 2024
Salah Kaprah Masyarakat Terkait Politeknik Negeri Semarang (Polines) yang Bikin Mahasiswa Menderita

Salah Kaprah Masyarakat Terkait Politeknik Negeri Semarang (Polines) yang Bikin Mahasiswa Menderita

16 Februari 2024
Dear Maba, Jangan Pilih Kos Dekat Kampus kalau Nggak Ingin Menyesal Mojok.co

Dear Maba, Jangan Pilih Kos Dekat Kampus kalau Nggak Ingin Menyesal

24 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.