Sudah menjadi rahasia umum kalau Telegram adalah tempat para teroris sering berdiskusi sebelum melancarkan aksinya. Teknologi keamanan yang ada di aplikasi buatan Pavel Durov ini begitu disenangi para teroris, sehingga mereka gemar sembunyi-sembunyi di sana. Pak Pavel Durov dan segenap timnya ini selalu mengatakan atau lebih tepatnya mempromosikan bahwa aplikasi buatannya selalu dijamin keamanan datanya.
Yang namanya teroris pasti tidak mau segala kegiatannya diendus oleh pemerintah atau pihak-pihak keamanan, kan? Jelas saja banyak yang nongkrong di Telegram karena jaminan yang diberikan oleh pengembang Telegram. Di sana, ada fitur secret chat yang benar-benar rahasia karena hanya pengirim, penerima, dan Tuhanlah yang tahu isi pesan-pesan yang sudah dikirim. Selain itu, pesan di secret chat bisa menghancurkan dirinya sendiri seperti pesan di film Mission Imposible atau The Incredible. Booom!
Ya walaupun sekarang fitur keamanan serupa juga diikuti oleh Whatsapp atau Line melalui fitur end to end encryption di setiap percakapan penggunanya, tapi tetap saja sang pendiri Telegram menjujung tinggi keamanan datanya yang tidak akan pernah bocor itu. Selain alasan keamanan, ternyata banyak fitur-fitur Telegram yang berguna untuk para teroris serta fitur untuk mendukung produktivitas mereka.
Pertama, punya yang namanya channel. Channel ini sedikit berbeda dengan group chat pada umumnya. Seperti halnya sebuah khotbah yang merupakan komunikasi satu arah, channel ini adalah tempat yang pas untuk pemimpin-pemimpin teroris berkhotbah. Sang pemimpin ini akan menyebarkan ajaran tanpa perdebatan dengan pengikutnya, karena bawahan akan haram hukumnya jika nyaut kalau lagi dibilangin. Sehingga, fitur channel ini akan sangat berguna untuk membuat broadcast yang berisi propaganda-propaganda dan ilmu-ilmu baru pada pengikutnya. Selain itu, tidak ada batasan jumlah anggota di setiap channel yang dibuat. Seluruh penduduk bumi, jika mau, bisa masuk ke salah satu channel yang ada di Telegram dengan sangat mudah.
Buat orang yang bukan teroris, channel ini juga punya manfaat biasanya untuk pesan siar yang berisi info-info event, hasil pertandingan, informasi mengenai berita terkini. Yang penting jangan digunakan untuk broadcast berita hoaks aja ya.
Kedua, bebas bergabung dengan grup dengan kuota maksimal 10.000 orang. Para teroris tidak akan kebingungan jika anggotanya terus bertambah diakibatkan karena mati satu tumbuh seribu. Jika ternyata anggota komunitasnya sudah mencapai puluhan ribu orang, mereka tidak perlu membuat grup baru apalagi membuat grup di setiap angkatan. Untuk bergabung dengan sebuah grup juga tidak harus menggunakan nomor telepon karena Telegram menyediakan opsi username, sehingga akan membuat para teroris ini semakin sulit dilacak.
Untuk rakyat biasa, fitur ini mungkin akan berguna untuk membuat grup alumni SMA dari angkatan Balai Pustaka sampai angkatan adik kelas saya. Selain itu, untuk mengetahui isi percakapan dalam grup, seseorang sebenarnya tidak harus bergabung. Jadi, jika sudah melihat obrolan-obrolan yang ada di dalam grup tersebut ternyata terlalu rasis, vulgar, atau bikin ilfeel, kamu belum terlanjur join.
Ketiga, bisa bermain banyak game. Di kala para teroris sedang senggang dan butuh hiburan atau saat lockdown seperti sekarang, salah satu anggota grup bisa memanggil bot permainan untuk memulai game. Ada banyak bot dengan permainan yang berbeda-beda mulai dari permainan kartu hingga bertani dan beternak seperti Harvest Moon. Bahkan jika ada, mungkin para anggota baru bisa main tembak-tembakan untuk latihan. Beberapa game yang popular di Telegram adalah UNO, Werewolf, Kampung Maifam, Sambung Kata, hingga permainan bocah Pancasila Lima Dasar. Tapi jangan dibayangkan memainkannya seperti sedang bermain Mobile Legend atau PUBG ya, karena permainan-permainan Telegram tetap di ruang obrolan dan mirip seperti percakapan.
Bot-bot tersebut sebenarnya menyerupai akun yang bisa dibuat oleh siapa saja yang bisa. Setiap bot bisa diprogram untuk berbagai fungsi. Jadi, tidak hanya untuk bermain game, tapi juga ada bot yang bisa untuk membantu menerjemahkan bahasa, membuat stiker, dan lain sebagainya.
Keempat, jarang dan bahkan hampir tidak pernah down. Akan sangat menjengkelkan ketika sedang membaca khotbah di channel atau sedang bermain UNO ramai-ramai, tiba-tiba Telegram tidak bisa diakses. Sudah mencoba berbagai cara mulai dari restart hp sampai copot kartu SIM, ternyata servernya yang sedang down, kan KZL. Tapi, sejauh ini Telegram jarang mengalami down seperti Whatsapp from Facebook yang dalam setahun bisa beberapa kali mengalami down. Paling-paling Telegram down karena kuota habis atau sinyal provider lagi jelek dan paling apesnya karena mengalami pemblokiran dari pemerintah.
Kelima, berbagi file apa saja dengan ukuran maksimal 1,5 GB. Para teroris ini kemungkinan memiliki data-data penting dengan ukuran yang fantastis tentang suatu negara atau wilayah di suatu negara dan perlu dibagikan massal di grup. Memang boros kuota sih, tapi mereka bisa memanfaatkan wifi kafe untuk mengakses file-file tersebut. Pada akhirnya, misi-misi mereka jadi bakal berjalan mulus tanpa hambatan.
Keenam, benar-benar untuk komunikasi tanpa fitur status, timeline, atau story. Teroris tentu saja tidak akan mem-posting dia sedang di mana, sedang melakukan apa, membagikan screenshot percakapan lucu dengan temannya, atau bahkan membagikan hasil kerja kerasnya kepada orang lain. Bisa repot nanti. Oleh karena itu, mereka tidak butuh fitur status, timeline, atau story. Telegram menjadi jawaban karena tidak menyediakan fitur seperti itu.
Semua itu memang sangat bisa menunjang produktivitas teroris. Saya bukan teroris macam ISIS, tapi kalau warga sipil biasa mampu memanfaatkan Telegram dengan baik, juga bisa sama produktifnya. Selain itu, sejak awal tahun 2017 silam saya menggunakan Telegram hingga sekarang, tidak pernah tuh ketemu dengan para teroris di Telegram. Aktivitas saya di Telegram selain main Werewolf sama teman SMA, ya main Pancasila Lima Dasar sama keponakan saya.
BACA JUGA Plus Minus Chattingan Pakai WhatsApp vs Telegram, Mana yang Lebih Bagus? atau tulisan Fakhri Firliandi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.