Saya lahir dan besar di Kota Bekasi. Sudah berbagai wilayah di Kota Patriot ini pernah saya tinggali. Saya juga menempuh pendidikan dari TK sampai SMA di kota ini. Rasanya perjalanan hidup saya sangat panjang di sini. Hingga akhirnya sekitar dua tahun lalu saya beserta anggota keluarga pindah lagi ke wilayah lain di Bekasi, tepatnya di Kecamatan Jatiasih.
Sebenarnya Jatiasih cukup nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Ada banyak sekali kompleks perumahan di sana, suasananya pun nggak terlalu ramai seperti di pusat Kota Bekasi, dan yang paling penting aksesnya mudah, mau ke mana-mana enak. Tapi siapa sangka, kecamatan ini justru punya sisi lain yang memprihatinkan. Setidaknya ada dua alasan yang membuat saya mengatakan demikian. Alasan ini berdasarkan pengalaman saya tinggal di Kecamatan Jatiasih Bekasi, terutama di perumahan daerah Kelurahan Jatikramat.
Tiap hujan datang, siap-siap kebanjiran
Kota Bekasi menjadi salah satu kota yang cukup sering dilanda banjir, tak terkecuali di Kecamatan Jatiasih. Kompleks perumahan yang saya tempat menjadi satu dari sekian banyak perumahan yang kerap kebanjiran. Ketinggian banjirnya beragam, biasanya mulai dari betis hingga paha.
Ketika memasuki musim hujan, di saat curah hujan sedang tinggi-tingginya, warga di tempat tinggal saya sudah nggak kelihatan panik lagi. Saking seringnya kebanjiran, kami sudah tahu banjir bakal datang dan sudah menyiapkan semuanya.
Perabotan rumah tangga seperti kulkas, TV, mesin cuci, dll., biasanya sudah diungsikan ke tempat yang lebih tinggi seandainya banjir sampai masuk ke dalam rumah. Syukur-syukur kalau punya rumah lantai dua, biasanya barang-barang tersebut bisa langsung dibawa ke atas. Sementara kalau nggak punya rumah lantai dua, warga bakal mengakalinya dengan menaikkan kulkas, mesin cuci, dll., ke atas meja. Yang penting nggak kena banjir aja.
Nggak usah heran juga kalau kalian main ke Jatiasih Bekasi dan melihat banyak rumah yang posisinya jauh lebih tinggi daripada jalan. Memang hampir semua rumah di sini sengaja dibangun demikian agar banjir nggak sampai masuk ke teras rumah.
Biasanya setelah banjir surut, nantinya bakal muncul masalah baru, yakni sampah-sampah yang berserakan. Selain sampah, sisa lumpur dan tanah yang terbawa banjir juga menjadi PR bagi kami. Capek lho bersih-bersih setelah kebanjiran.
Nggak cuma itu, ketika banjir melanda, semua aktivitas jadi terganggu. Anak-anak sekolah jadi nggak bisa berangkat ke sekolah, dan karyawan jadi nggak bisa datang ke kantor untuk bekerja. Sebab ketika banjir, jalan sudah nggak bisa dilalui kendaraan bermotor. Kadang air sudah naik sampai di atas knalpot motor.
Selagi saya kuliah di luar kota, kadang ibu saya mengirimkan video kondisi banjir di depan rumah. Kayaknya selain punya motor dan mobil, warga Jatiasih Bekasi juga perlu sedia perahu buat jaga-jaga kala banjir datang.
Jalanan yang rusak di Jatiasih Bekasi
Hal kedua selain banjir yang membuat Jatiasih Bekasi begitu memprihatinkan adalah kondisi jalannya. Di Jatikramat, kelurahan tempat tinggal saya, juga masih ada jalan rusak di sini. Jalan yang rusak ini tentu saja membahayakan pengguna jalan.
Mengutip Detik.com, warga sampai melakukan protes dengan cara memancing ikan lele di lubang jalan yang tergenang air. Kejadian ini diberitakan bulan lalu. Jalan rusak yang diprotes warga ada di Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih Bekasi, dekat pertigaan arah Jatisampurna.
Kondisi jalan yang rusak ini berlubang dan nggak rata. Jika dalam situasi biasa yang nggak hujan atau banjir, pengendara mungkin bisa menghindari lubang yang menganga di tengah jalan. Tapi lain cerita ketika hujan turun dan banjir melanda, lubang jadi tertutup air. Akibatnya, pengendara motor yang nggak tahu kalau ada lubang bisa menghantam lubang dan jatuh.
Sebenarnya pihak pemkot dan dinas terkait sudah pernah melakukan perbaikan jalan. Tapi biasanya cuma tambal sulam, bukan perbaikan jalan secara permanen. Padahal kalau cuma tambal sulam, jalan riskan rusak kembali.
Itulah dua alasan utama mengapa Kecamatan Jatiasih adalah kecamatan paling kasihan di Bekasi. Saya berharap agar pihak Pemkot Bekasi bisa lebih perhatian lagi dengan daerah-daerah yang memprihatinkan seperti Jatiasih ini agar semua warga bisa hidup dengan nyaman.
Penulis: Abdullah Bulkhoir
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Pertanyaan yang Dibenci Orang Bekasi.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.