Meski Kendal kalah pamor dibanding daerah lain di Jawa Tengah, setidaknya kabupaten ini punya Perpustakaan Daerah yang bisa dibanggakan.
Rendahnya tingkat literasi di Indonesia jadi salah satu masalah krusial yang terus menghantui. Persoalan ini tiap tahunnya makin parah. Salah satu bukti rendahnya tingkat literasi bisa dilihat dari data UNESCO yang menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Hal itu mengindikasikan bahwa dari 1000 orang, hanya 1 orang di antaranya yang minat membaca. Semua itu diperparah dengan kehadiran gadget yang memberikan semua informasi tanpa perlu repot-repot membaca.
Salah satu penyebab minimnya minat membaca masyarakat Indonesia adalah terbatas dan sulitnya akses terhadap buku. Apa pun jenis bukunya. Perpustakaan yang kalau di negara lain jadi media yang menghubungkan orang-orang dengan buku, di Indonesia keberadaannya sangat terbatas. Hanya ada di kota-kota besar atau di universitas.
Tentunya kondisi tersebut membuat akses terhadap buku mengalami ketimpangan antara kota yang punya perpustakaan dan toko buku dengan daerah yang keberadaan toko buku saja sudah susah, apalagi perpustakaan.
Beruntungnya, Kabupaten Kendal, meski statusnya hanya daerah medioker yang pamornya sering kalah dengan daerah-daerah lainnya di Jawa Tengah, punya perpustakaan daerah yang bisa diakses gratis oleh masyarakat. Hal ini patut diapresiasi.
Perpustakaan Daerah Kabupaten Kendal mencatat rekor MURI sebagai gedung perpustakaan terluas
Perpustakaan Daerah Kendal mulai dirancang pada tahun 2020 dan resmi beroperasi pada tahun 2022. Keberadaan perpustakaan ini sempat direspons sinis oleh beberapa kalangan karena menelan anggaran lebih dari Rp10 miliar. Meski begitu, proses pembangunan tetap berjalan hingga akhirnya diresmikan oleh Bupati Dico dan menjadi salah satu destinasi favorit bagi masyarakat Kendal.
Setelah diresmikan, Perpusda Kabupaten Kendal memperoleh rekor MURI sebagai gedung perpustakaan terluas yang mencapai 4.060 meter persegi di tingkat daerah. Hal ini pun ditambah dengan anggapan bahwa perpustakaan ini jadi bagunan perpustakaan tingkat daerah yang paling megah se-Indonesia. Tentu ini sebatas klaim yang bisa diperdebatkan, tapi setidaknya, secara tampilan dan fasilitas, perpustakaan inimemang sangat memadai dan memanjakan pengunjung.
Tampak luar, perpustakaan ini punya halaman yang sangat luas sehingga biasanya digunakan untuk bermain oleh warga sekitar. Tidak ada larangan atau batasan, asalkan para pengunjung tidak merusak fasilitas dan membuang sampah sembarang. Biasanya halaman depan ini sangat ramai ketika sore hari.
Bangunan Perpustakaan Daerah Kendal terdiri dari dua lantai. Luas bangunan lantai satu adalah 1.152 meter persegi dan lantai dua seluas 932 meter persegi.
Di lantai satu terdapat ruang utama dengan rak-rak yang isinya koleksi buku berjumlah hingga 40 ribu dengan topik yang sangat beragam. Ada ruang podcast dan rapat yang bisa dimanfaatkan dengan prosedur perizinan yang tidak ribet. Ada pula ruang baca digital, ruang diskusi, ruang baca lansia, ruang pameran, ruang baca dan bermain anak, serta dilengkapi dengan musala.
Selain itu, ada ruang baca referensi dan ruang pustakawan. Bahkan, perpustakaan ini juga ramah disabilitas. Untuk mendukung kreativitas anak muda, terdapat co-working space yang bisa menjadi yang bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.
Di lantai atas, juga terdapat mini bioskop yang selalu dimanfaatkan oleh para pengelola untuk mengajak masyarakat sekitar menonton bersama film-film dalam dan luar negeri. Beberapa film yang diputar antara lain Tarung Sarung dan Bu Tejo Pergi ke Jakarta.
Kerap mengadakan kegiatan bagi warga Kendal
Ketika sedang pulang ke Kendal, saya sering ke Perpustakaan Daerah Kendal ini sekadar membaca atau menyelesaikan naskah-naskah Terminal Mojok dengan tenang. Daripada ke kafe harus merogoh kocek, ya mending ke perpustakaan, kan? Toh di perpustakaan ini juga disediakan WiFi gratis, kok.
Dalam beberapa kesempatan, perpustakaan daerah juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengundang partisipasi aktif dari warga sekitar. Misalnya yang terbaru program MENYALA (Membaca Nyaring untuk Pembaca Pemula). Program ini jadi sarana literasi periodik tentang berbagai hal. Selain itu juga sering diselenggarakan bazar buku murah yang menawarkan banyak koleksi buku-buku menarik, khususnya buku-buku anak.
Media sosial Perpustakaan Daerah Kabupaten Kendal ini juga sangat aktif untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya membaca. Postingan-postingan yang diberikan setidaknya menyadarkan warga kendal bahwa mereka punya privilege berupa perpustakaan yang punya fasilitas yang bagus.
Kehadiran perpustakaan daerah ini patut disyukuri oleh warga kendal. Di tengah sulitnya akses buku yang menimpa daerah lainnya, warga kendal telah disediakan perpustakaan yang lokasinya dekat dengan alun-alun, sehingga mudah dijangkau. Warga Kendal jadi punya ruang publik yang tenang, nyaman, dan terbebas dari orang-orang berbuat mesum. Setidaknya, perpustakaan steril dari hal-hal yang begitu.
Harapannya, Perpustakaan Daerah Kabupaten Kendal ini tetap dirawat dengan baik. Khawatirnya setelah ganti bupati, eh, perpustakaannya malah tidak diurus dan jadi bangkai peradaban seperti bangunan-bangunan lain di Kendal. Haduh repot.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Pelabuhan Tanjung Kendal Digadang-gadang Jadi Pelabuhan Internasional, Berakhir Jadi Tempat Mancing.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.