Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Melihat Bagaimana Sinetron Indonesia Mencekoki Kita dengan Budaya Patriarki

Husen Mulachela oleh Husen Mulachela
11 Maret 2020
A A
Melihat Bagaimana Sinetron Indonesia Mencekoki Kita dengan Budaya Patriarki, program keluarga

Melihat Bagaimana Sinetron Indonesia Mencekoki Kita dengan Budaya Patriarki

Share on FacebookShare on Twitter

Sebelumnya, mari segarkan kembali ingatan kita tentang kenyataan kesenjangan gender di negeri ini. Berdasarkan survei World Economic Forum (WEF) dalam The Global Gender Gap Report 2020, Indonesia masih menempati posisi ke-85 dari 153 negara dalam hal gap antar gender. Sedangkan dalam Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan, menunjukan sekitar 400.000 perempuan menjadi korban kekerasan dan KDRT menjadi kasus dengan laporan terbanyak.

Menghilangkan kesenjangan gender dalam suatu negara memang bukan perkara mudah. Apalagi Indonesia masih berpegang pada sistem patriarki baik dalam berkeluarga, bermasyarakat, sampai bernegara.

Untuk mewujudkan kesetaraan gender, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, salah satunya media. Media punya fungsi pengawasan untuk mengontrol masyarakat atas berbagai isu sosial yang terjadi. Isu-isu sosial ini seringkali sensitif untuk dibahas, sehingga dipilihlah media yang tepat dalam penyampaiannya, salah satunya film.

Sebagai salah satu media komunikasi, film turut berperan menanamkan nilai dan membentuk realitas sosial di masyarakat. Selain itu, film juga mampu menjangkau emosi penontonnya. Ditambah lagi film lebih dikenal sebagai media hiburan semata oleh masyarakat. Hal itu tentunya semakin memudahkan film dalam menyampaikan isu-isu sosial. Sehingga film seringkali menjadi alat propaganda baik disengaja maupun tidak.

Dalam film, isu-isu sosial tersebut tentunya didramatisir sedemikian rupa agar pesan yang ingin disampaikan tidak terlalu frontal dan tidak menyinggung seseorang atau sekelompok orang.

Salah satu keresahaan saya yang muncul akhir-akhir ini adalah karena kemunculan sinetron yang tayang mulai siang hari di salah satu saluran TV nasional. Sinetron ini punya satu premis sederhana: Seorang perempuan yang diselingkuhi oleh suaminya karena sang suami tergoda wanita seksi.

Dari jam tayangnya saja, kita tahu kalau tontonan ini sangat mungkin untuk disaksikan oleh anak-anak di bawah umur sepulang mereka sekolah. Seperti yang kita ketahui, anak-anak paling cepat menyerap informasi yang mereka lihat atau dengar. Jika tayangan ini disaksikan oleh anak-anak, ini jadi semacam penanaman budaya patriarki dan sifat dasar gender ke generasi berikutnya.

Tema Cerita

Perkara perselingkuhan yang menjadi cerita andalan dalam sinetron ini cenderung mengiyakan kalau perempuan memanglah “mahluk visual”. Dalam tayangan ini peran perempuan selingkuhan ditampilkan sebagai sosok yang cantik dan ‘terbuka’, sehingga membuat laki-laki tergoda. Sedangkan peran istri sah si laki-laki ditampilkan sebagai sosok lemah lembut dan ‘tertutup’. Ini semacam mengamini kalau perempuan adalah obyek seksual yang mana akan lebih menarik bila perempuan menonjolkan daya tarik fisik dibanding akhlak.

Baca Juga:

5 Alasan yang Membuat Sinetron Indonesia Semakin Membosankan. Produser dan Sutradara Perlu Lebih Kreatif!

Sinetron Indonesia Kalah Telak Dibanding Drakor dan Dracin, Alur Ceritanya di Luar Nalar

Peran dan Stereotip

Salah satu bentuk ketidakadilan gender, stereotip, tercermin dalam sosok perempuan selingkuhan yang mendapat peran sebagai si jahat (antagonis). Peran seperti ini sudah pasti mendapat citra buruk, jahat, penentang, dan lain sebagainya di mata penonton. Selain itu, peran perempuan simpanan ini pun digambarkan sebagai perempuan yang bebas, berani, dan aktif (di ranah publik). Di sinilah stereotip perempuan terjadi. Perempuan yang berpakaian ‘terbuka’ bebas, berani, dan aktif akan dicap sebagai perempuan nakal, vulgar, perempuan simpanan, dan dianggap menyimpang dari sifat dasar gender mereka.

Sementara itu, peran perempuan sebagai istri sah dalam tayangan ini digambarkan sebagai sosok yang bertanggungjawab atas peran domestiknya (menjaga anak, berbelanja, memasak, dan sebagainya) dan patuh pada suami, sehingga dikategorikan sebagai perempuan baik (protagonis). Begitupun di mata penonton. Lalu apakah perempuan atau istri yang baik adalah yang selalu patuh pada suami dan tekun menjalankan peran domestik? Entahlah.

Di samping itu, sosok pria dalam tayangan ini digambarkan sebagai sosok yang bebas, dominan, dan pengambil keputusan. Dalam tayangan ini laki-laki seolah berhak memilih perempuan mana yang ia inginkan dengan bebas, padahal si laki-laki sudah memiliki istri sah. Sang istri digambarkan tidak punya kekuatan untuk melawan atau menolak tindakan suami. Interupsi kala perdebatan di antara keduanya terjadi pun lebih sering dilakukan si laki-laki dan perempuan cenderung memberi respon yang melemahkan posisinya.

Kekerasan

Tindak kekerasan terhadap perempuan juga tak lupa dipertontonkan dari tayangan ini. Perihal kekerasan, kita mengenal beberapa bentuk seperti kekerasan verbal, fisik, seksual, psikis, dan ekonomi. Kekerasan verbal menjadi ‘makanan’ si istri sah dan hal ini menyerang psikisnya, membuatnya merasa takut, tidak percaya diri, atau bahkan trauma. Sedangkan kekerasan ekonomi muncul ketika sang suami mulai tertarik untuk menghabiskan uangnya dengan si perempuan simpanan, kemudian enggan untuk menafkahi istri sahnya.

Akhir Cerita

Dikarenakan tayangan ini bernuansa religi, taubat pun dipilih untuk menyelesaikan cerita dan kemungkinan besar si pria akan hidup bahagia kembali bersama istri sahnya. Terlepas dari bahasan agama, tindakan “taubat” yang dipilih sebagai akhir cerita seolah-olah menunjukan kalau tindakan laki-laki sudah selayaknya dimaafkan. Bila laki-laki tertarik dengan perempuan yang lebih cantik dan seksi, itu memang sudah sifat dasar mereka. Sedangkan, perempuan yang menjadi ‘simpanannya’ sudah selayaknya menyesali perbuatannya karena sudah menggoda suami orang.

Ini adalah sedikit gambaran bagaimana isu kesetaraan gender dikonstruksi dalam sinetron di Indonesia. Dari tayangan ini kita bisa menentukan dua hal, apakah media sedang berperan sebagai pengawas tentang bagaimana indikator kesetaraan gender berjalan dan dijalankan di masyarakat, atau justru sebagai bentuk melestarikan budaya patriarki itu sendiri, entahlah.

BACA JUGA Pengalaman Saya Menonton Sinetron Azab di Indosiar atau tulisan Husen Mulachela lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Maret 2021 oleh

Tags: budaya patriarkiKesetaraan Gendersinetron indonesia
Husen Mulachela

Husen Mulachela

ArtikelTerkait

perempuan

Hanya Karena Saya Perempuan?

7 Juni 2019
5 Rekomendasi Plot Edukasi Hukum buat Sinetron Indonesia terminal mojok.co

5 Rekomendasi Plot Edukasi Hukum buat Sinetron Indonesia

22 Juli 2021
melissa siska juminto coo tokopedia najwa shihab founder narasi tv kesetaraan gender teknologi hari perempuan sedunia 2021 mojok.co

Kesetaraan Gender Bukan Mimpi Lagi di Hadapan Teknologi

8 Maret 2021
sinetron tukang ojek pengkolan lama-lama membosankan mojok.co

Lama-lama Sinetron ‘Tukang Ojek Pengkolan’ Membosankan Juga

26 Juli 2020

6 Faktor Penting yang Membuat Drama Korea Mencapai Popularitas

1 April 2023

Sinetron Indonesia Perlu Mengurangi Adegan Ngomong dalam Hati

9 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.