Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Ekonomi

Perlahan tapi Pasti, Warung Madura Menggeser Warung Ucok

Muhammad Faisal Akbar oleh Muhammad Faisal Akbar
1 Mei 2024
A A
Senja Kala Warung Ucok, Toko Kelontong Masa Kecil yang Kalah Saing dengan Warung Madura (Mojok.co)

Senja Kala Warung Ucok, Toko Kelontong Masa Kecil yang Kalah Saing dengan Warung Madura (kemensos.go.id)

Share on FacebookShare on Twitter

Masa kecil saya dipenuhi kenangan akan warung Ucok sebelum warung Madura menggeser. 

Kata “Ucok” dalam bahasa Batak bermakna anak laki-laki. Namun, jika merujuk pada frasa “Warung Ucok”, maka artinya akan berpindah ke sebuah toko yang kepemilikannya dipegang oleh warga keturunan Batak.

Umumnya, warung ucok ini memang dijalankan oleh sebuah keluarga Batak. Adapun hal ini dapat dilihat dari aktivitas yang berlangsung di dalamnya: ada bapak dan anak lelaki yang angkut-angkut kardus, serta ibu dan anak perempuan yang melayani pelanggan.

Dari sisi lain, logat dan suara tinggi yang menjadi ciri khas bisa dinikmati dari ujung ke ujung. Sebagai anak kecil yang lugu, saya mengenang tampang para penjaga warung ucok yang serba-sangar tapi lembut dan tulus dalam hati.

Pengalaman disuruh ibu belanja di Warung Ucok

Bila dibandingkan dengan populasi warung Madura sekarang ini, warung Ucok memang tidak bisa dijumpai sebanyak itu pada awal tahun 2000-an. Apalagi di kisaran Depok II, tempat saya bermukim. Meski demikian, warung Ucok ini tetap memiliki keistimewaan.

Warung Ucok tersimpan rapi dalam kenang-kenangan masa kecil saya. Pengalaman saya terkait warung ini dimulai ketika saya resmi masuk TK B alias sudah bisa mondar-mandir di kompleks perumahan.

Dalam berbagai kesempatan, ibu sering menyuruh saya untuk membelikan macam-macam keperluan rumah tangga: garam, gula, beras, mi instan, lilin, sampai sebungkus rokok untuk kakek saya yang kadang sedang berkunjung ke rumah.

Mungkin, hanya galon air yang tidak pernah saya beli sendiri lantaran warung menyediakan layanan antar-jemput yang—secara tradisional—menggunakan sepeda Federal yang legendaris itu.

Baca Juga:

Menebak Alasan Kenapa Tidak Ada Kursi Besi ala Indomaret di Warung Madura

Warung Madura Sebaiknya Tidak Cuma Jualan Barang, tapi Juga Jasa, Bisa Dimulai dengan 4 Jasa Ini

Lalu, bagaimana sebutan “warung ucok” ini bermula? Jawabannya sesederhana kalimat yang terlontar dari orang di sekeliling saya, “Tolong ke Ucok ya, beli ini dan itu.”

Tempat belajar di luar jam sekolah

Dalam ingatan saya, warung ucok merupakan tempat belajar yang menyenangkan, salah satunya ialah pelajaran berhitung. Selain sekolah, tempat ini sejenis ruang praktik nyata yang berada ruang kelas.

Sebenarnya mirip dengan warung Madura, warung ucok yang saya kenal cukup menguasai hal-hal teknis seperti kecepatan dan ketepatan dalam menghitung total biaya belanjaan. Kadang pakai kalkulator, kadang tidak. Tergantung banyaknya barang yang diborong. Para pekerja di warung ini sebenarnya sangat mahir dalam menghafal harga dan letak barang biarpun berjejal di rak-rak tinggi yang terbuat dari kayu. Kalau dimintai bon, bungkus rokok tak jarang jadi wadah untuk menulis seluruh rinciannya.

Tak berhenti sampai di situ, saya juga menimba ilmu perihal konsep pluralisme yang terjadi di lingkungan sekitar. Warung ucok membuat saya paham bahwa terdapat beragam suku bangsa di Indonesia. Salah satunya suku Batak.

Saya pun bisa memahami tidak semua orang Batak memeluk agama Kristen seperti yang digaungkan oleh stereotipe. Buktinya, pemilik warung ucok bermarga Lubis yang kerap saya sambangi ini menyandang gelar haji. Lebih jauh, dari toko kelontong inilah saya pertama kali meraup wawasan tentang prinsip-prinsip kekeluargaan yang menjunjung tinggi sifat saling menghargai ala masyarakat ketimuran.

Sebagaimana yang telah saya singgung di atas, warung ucok bersikap sangat adil pada siapa pun yang hendak membeli, termasuk anak kecil. Saya dan teman-teman, misalnya, acapkali mendapat perlakuan “khusus” macam nasabah prioritas.

Satu bab yang saya rindukan ialah pertanyaan-pertanyaan intim yang mereka layangkan: Gimana kabar ibu, sehat? Eh, kamu lagi, baru pulang sekolah ya? Tumben nggak naik sepeda? Titip salam untuk ibu dan ayah ya.

Warung Madura lebih jago dalam strategi bisnis

Zaman beralih, psikologi konsumen terus bergerak, dan strategi bisnis lantas berubah. Saya kira, ihwal ini sedikit banyak mempengaruhi petualangan warung ucok dalam skena toko kelontong tanah air.

Apabila diadu secara head-to-head dengan warung Madura, warung ucok jelas bertekuk lutut di hadapan sang rival. Sayang seribu sayang, ada sejumlah faktor yang rupanya amat menentukan umur karier masing-masing.

Masalah utamanya mungkin ada di jam operasional. Perihal ini, warung ucok dipastikan kalah telak dengan toko Madura yang buka 24 jam nonstop, tidak peduli hari raya atau kiamat kelak.

Portofolio ini mau tak mau mesti diakui. Pasalnya, warung ucok yang saya temui rata-rata baru buka kisaran pukul 6 pagi dan tutup pukul 10 malam. Bahkan, ada juga yang close order sebelum pukul 9 malam. Selanjutnya, warung ini tidak mempunyai “teknologi” bernama Pertamini. Alih-alih mengikuti jejak warung Madura untuk terjun ke usaha BBM eceran, sementara warung ini cuma mentok di penjualan gas LPG.

Hal ini tentu membikin pemasukan warung ucok dalam situasi yang jauh dari fase lepas landas. Sebab, warung ini cenderung hanya mengandalkan pelanggan setia dan kurang menggapai para pembeli umum yang lebih luas.

Tidak seperti warung Madura, warung Ucok adalah usaha skala menengah 

Aspek terakhir yang berimbas bagi pamor warung ini adalah “idealisme” mereka yang condong kepada usaha skala menengah ketimbang kecil. Warung ucok sering kali mengandalkan bangunan model rumahan, sehingga mempunyai ukuran toko yang relatif besar.

Lain cerita kalau berbicara soal warung Madura yang belakangan sukses dalam mengelola toko-toko skala kecil. Kehadirannya menjamur di mana-mana. Jika lokasi warung Madura terdekat lebih sering ditanyakan, maka alarm harus segera dibunyikan. Bagaimanapun, jumlah produk yang dijual niscaya berbanding lurus dengan tingkat jangkauannya di pasaran, bukan?

Rezeki sudah ada yang mengatur, saya mengamini hal itu. Tetapi, apabila ogah merombak strategi, senja kala warung ucok barang tentu tinggal menunggu waktu saja. Nasibnya boleh jadi seperti raksasa Tupperware yang malah berada di ambang kebangkrutan dan seolah-olah mengais jati dirinya yang hilang entah ke mana.

Penulis: Muhammad Faisal Akbar
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Saya Orang Madura dan Sepakat Warung Madura Tidak Buka 24 Jam

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 Mei 2024 oleh

Tags: depoktoko kelontongwarung madurawarung ucok
Muhammad Faisal Akbar

Muhammad Faisal Akbar

Penikmat sastra, komedi, dan sepak bola indah.

ArtikelTerkait

prank hantu

Lima Usulan Alternatif Prank Hantu untuk Para YouTuber di Depok

17 Juli 2019
Punya Rumah Dekat Pintu Tol Limo Depok Lebih Banyak Apesnya daripada Untungya Mojok.co

Punya Rumah Dekat Pintu Tol Limo Depok Lebih Banyak Apesnya daripada Untungnya

20 Juli 2024
Perbedaan dan Persamaan Bahasa Betawi di Jakarta dan Depok terminal mojok.co

Perbedaan dan Persamaan Bahasa Betawi di Jakarta dan Depok

1 Februari 2022
Sebagai Warga Kota Jogja, Saya Iri dengan Orang-orang yang Tinggal di Kecamatan Depok Sleman Mojok.co

Sebagai Warga Kota Jogja, Saya Paling Iri dengan Orang-orang yang Tinggal di Kecamatan Depok Sleman

24 Juli 2024
Circle K Lempuyangan, Tempat Ngedate Underrated di Jogja, Bisa Deep Talk Tanpa Bikin Dompet Boncos! warung madura

Circle K Wajib Belajar pada Warung Madura kalau Mau Tetap Bertahan dari Gempuran Kompetitor yang Makin Hari Makin Melesat

27 Juni 2025
5 Hal yang Selalu Ada di Warung Madura dan Tidak Disadari Pelanggan

5 Hal yang Selalu Ada di Warung Madura dan Tidak Disadari Pelanggan

16 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.