Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat sebuah kabar yang bikin penasaran. Jadi, katanya, di Surabaya ada sebuah wisata alam. Namanya Romokalisari Adventure Land Surabaya dan saya tertarik mengunjunginya. Namun, sayang, niat tersebut pada akhirnya berakhir dengan kekecewaan. Jadi begini ceritanya.
Sebagai perantau di Surabaya, pemandangan sehari-hari saya sungguh monoton. Mulai dari gedung-gedung pencakar langit, mall, jalanan macet, hingga lampu merah yang lama banget. Sudah begitu, sebagai mahasiswa, kehidupan saya juga nggak jauh dari kampus.
Oleh sebab itu, ketika mendengar bahwa Romokalisari Surabaya bisa memberi pengalaman “menyatu dengan alam”, tentu saja saya tertarik. Sayang sekali, setelah mengalaminya sendiri, saya sarankan kamu untuk berpikir dua kali kalau mau berlibur ke sana.
Daftar Isi
Sulitnya menjangkau lokasi Romokalisari Surabaya
Wisata Romokalisari Adventure Land berlokasi di Jalan Romokalisari I, Romokalisari, Kecamatan Benowo, Surabaya. Lokasi tersebut jauh dari segala arah. Ya, jauh dari Surabaya selatan, timur, pusat, bahkan utara. Bahkan lokasi Romokalisari Surabaya lebih dekat dengan Gresik.
Kalau naik motor dari Ketintang, membutuhkan waktu 40 menit. Dan, jalanan di Surabaya, meski hanya 40 menit di atas motor, bisa bikin tua di jalan. Cuaca yang panas, debu jalanan melebihi nalar, dan kudu menyabung nyawa kerena berkendara bersama truck transformer. Sungguh, untuk mencapai wisata berkedok “adventure land” saja butuh usaha besar.
Jangan memasang ekspektasi terlalu tinggi
Saya kapok ketika berwisata di Romokalisari Surabaya. Pertama, mungkin karena saya memasang ekspektasi terlalu tinggi. Bukan tanpa sebab. Saya berekspektasi tinggi setelah melihat berbagai video di media sosial memperhatikan bahwa wisata ini bisa disebut seperti “Cimory Land” versi alam Surabaya.
Namun, iklan tidak seindah realitanya. Ekspektasi saya tentang ademnya semilir angin di sebuah wisata alam musnah setelah saya merasakan hawa panas lebih mendominasi. Ya gimana, ya. Lokasi Romokalisari Surabaya itu berada di wilayah pesisir.
Kedua, pihak manajemen tidak menyediakan informasi yang jelas terkait wahana. Selain itu, bagi pengunjung yang baru pertama datang, tidak mendapat info mengenai paket wisata. Padahal, paket wisata bisa membantu pengunjung untuk bisa segera menentukan mau menikmati wahana tertentu.
Di Romokalisari Surabaya memang ada wahana berkuda, jet ski, skoci, mini zoo, playground, ATV, dan perahu. Namun, pada akhirnya, saya hanya berkeliling dan mengamati orang-orang yang sama bingungnya seperti saya. Dan untuk yang berkeluarga dan membawa anak-anak, paling mentok bermain di playground.
Kurang bersahabat untuk dompet
Murah atau mahal sebenarnya relatif. Sebagai pelajar, Romokalisari Surabaya cukup mahal bagi saya. Ketika berkunjung ke sana, saya tidak diberi tiket masuk dan cuma membayar parkir senilai Rp3 ribu.
Namun, mulai tahun ini, sudah ada tiket masuk. Untuk dewasa, tiketnya Rp10 ribu (hari biasa) dan Rp15 ribu (hari libur). Untuk anak-anak, tiketnya Rp3 ribu (hari biasa) dan Rp5 ribu (hari libur). Selain tiket masuk, untuk menikmati wahana, harus membayar Rp10 sampai Rp50 ribu dengan ketentuan tertentu.
Sekilas, angka-angka di atas tidak terlalu besar. Namun, bagi pelajar dan mahasiswa, harganya bisa terbilang tidak murah. Setiap mau mencoba wahana, kudu membayar. Ada yang Rp50 ribu lagi. Mempertimbangkan nasib mahasiswa, apalagi merantau, mahalnya Romokalisari Surabaya sungguh berat di dompet.
Selain wahana yang mahal, harga-harga makanan di Romokalisari Surabaya juga nggak nyaman untuk dompet. Harga paling murah untuk makanan adalah Rp20 ribu per porsi belum termasuk minumannya.
Bagi saya, di mana dana untuk healing terbatas, mengunjungi Romokalisari Surabaya terbilang makin berat. Mungkin adegan dramatis yang tersaji justru ketika mengeluarkan uang demi membayar wahana, ketimbang untuk healing yang nggak seberapa.
Oleh sebab itu, dari pengalaman saya, jika pengin mencari suasana adem, jangan Romokalisari Surabaya. Mending ke mall saja. Malah lebih adem dan murah.
Penulis: Desy Fitriana
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Malang Memang Merana, tapi Surabaya Lebih Payah kalau Memperdebatkan Wisata Alamnya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.