Tiga kata lucu: jasa screenshot iPhone
Selama ini saya mengira kalau bisnis sewa iPhone adalah bisnis yang nyeleneh. Pemilik bisnis pastilah orang jenius yang bisa melihat peluang akan ada manusia berkantong seret yang ingin naik kelas sosial dengan bantuan iPhone. Memiliki (sementara) ponsel berlogo apel kecokot dengan harga yang terjangkau. Begitulah inti bisnis ini, unik bukan?
Namun, di atas langit masih ada langit, hal serupa juga terjadi di sini. Bisnis sewa iPhone memang nyeleneh, tapi masih ada yang lebih nyeleneh lagi, yakni jasa screenshot iPhone.
Sumpah saya nggak pernah menyangka kalau jasa semacam ini beneran ada. iPhone menjadi barang eksklusif yang bahkan hasil gambar tangkap layarnya pun bisa diperjualbelikan. Sebagai pengguna android saya cuma bisa mengumpat. Brengkes!
Pengalaman pertama mencoba jasa screenshot iPhone
Saya mengetahui jasa ini pertama kali di X. Setelah melakukan penelusuran lebih lanjut, ternyata banyak akun yang menjual jasa serupa. Awalnya, saya meragukan nilai guna jasa ini. Maksud saya, mosok ada orang yang rela membayar sejumlah uang hanya demi gambar tangkap layar? Karena nggak mau asal ngejudge, saya mencoba terus cari tahu.
Harga adalah hal pertama yang saya cari. Harga untuk satu gambar tangkap layar berkisar Rp500 sampai Rp1.000, sedangkan untuk rekam layar berkisar Rp1.500 sampai Rp2.000 per 15 detik. Beruntung, harga yang ditawarkan lebih murah dari rokok Surya eceran, saya jadi nggak keberatan mencoba jasa ini.
Saya menghubungi salah satu penjual jasa screenshot iPhone untuk bertanya bagaimana cara menggunakan jasanya. Intinya, saya harus memberi tahu penjual mengenai apa yang ingin di-screenshot, misalnya layar kunci, Spotify, Instagram, dsb. Khusus untuk Instagram, saya akan diminta memberikan username dan password agar penjual bisa login.
Oleh karena opsi Instagram terlalu berisiko, saya memilih untuk screenshot layar kunci dan tiga musik di Spotify. Total yang harus saya bayar untuk 4 gambar adalah Rp2.000.
Menariknya, saya bisa request gambar tertentu atau mencantumkan nama saya di layar kunci. Hal yang sama juga berlaku di Spotify, penjual akan bertanya mengenai lagu apa yang saya inginkan. Meskipun murah, pelayanan yang diberikan sangat memuaskan. Penjual seakan memastikan kalau kebutuhan saya benar-benar terpenuhi. Istimewa pokoke jasa screenshot iPhone ini.
Kekurangannya hanya satu, yakni penjual nggak menggunakan fitur kirim gambar HD yang disediakan oleh WhatsApp. Alhasil gambar yang saya terima jadi sedikit buram mirip seperti download dari pinterest. Tapi, saya nggak mau banyak protes, toh bukan perkara besar.
Hidup berlandaskan gengsi, apa salahnya?
Oleh karena nggak mau rugi, saya mengunggah salah satu gambar tersebut ke akun Instagram. Dan, tentu saja saya menerima banyak respon menyenangkan dari teman-teman saya. Ternyata kreatif dalam mencurangi nasib dan sesekali mencoba menikmati gengsi sesaat bukan pilihan yang buruk.
Saya harus berterima kasih pada penyedia jasa screenshot iPhone yang nyeleneh ini. Menurut saya, mereka (penyedia jasa) pasti punya kesadaran kalau nggak semua orang punya privilese memiliki iPhone. Makanya mereka berusaha membagikan secuil pengalaman menggunakan ponsel tersebut dengan cara yang kreatif dan humanis.
Lagi pula, nggak ada yang dirugikan dari transaksi semacam ini. Penjual senang karena dapat cuan dan bisa membahagiakan orang lain. Di sisi lain, pembeli pun senang karena bisa punya bahan untuk pamer di sosmed. Toh, nggak ada salahnya juga orang mau pamer di sosmed.
Justru yang salah itu kalian yang nyinyir karena menganggap orang-orang ini nggak hidup sesuai kondisi dompetnya. Padahal mereka justru sedang hidup sesuai kondisi dompet, buktinya mereka lebih milih menggunakan jasa screenshot iPhone daripada maksa beli iPhone-nya langsung. Bener apa bener?
Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Rizky Prasetya