Penjual yang tidak menyediakan uang kembalian adalah penjual yang menyebalkan.
Kegiatan transaksional merupakan hal yang mendasar bagi kita semua. Penjual dan pembeli memiliki hubungan yang saling membutuhkan. Penjual membutuhkan pembeli untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah, sedangkan pembeli membutuhkan penjual untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah. Oleh karena itu, kedua belah pihak ini harus saling menyenangkan saat melakukan kegiatan transaksi.
Transaksi yang menyenangkan adalah transaksi yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Penjual sebagai produsen sepatutnya memberikan pelayanan yang baik, begitu pun dengan pembeli sebagai konsumen harus bertransaksi dengan baik. Setidaknya itulah anggapan saya tentang proses transaksional yang ideal, yang dapat memberikan kenyamanan bagi penjual dan pembeli.
Namun, pada kenyataannya anggapan saya tentang proses transaksi ideal itu tidak selalu terimplementasi di dalam praktiknya. Ada hal-hal yang tidak bisa diprediksi dalam pelaksanaannya. Yang terjadi di lapangan justru ada juga proses transaksi yang tidak menyenangkan salah satu pihak, entah itu penjual atau pembeli. Hal inilah yang akhir-akhir ini saya alami.
Pengalaman bertemu penjual yang tidak menyediakan uang kembalian
Ada salah satu apotek di sekitar rumah saya yang sering membuat saya jengkel. Pasalnya, sudah beberapa kali saya membeli obat di apotek itu dan sering sekali tidak ada kembaliannya. Mereka berdalih dengan kalimat “baru buka” atau “belum ada uang receh”. Sekali dua kali masih bisa saya maklumi, tapi ternyata lanjut sampai sekarang sehingga saya merasa sangat jengkel.
Ketika mereka mengatakan bahwa tidak ada uang kembalian, dan saya pun tidak memegang uang pas, di situlah terjadi deadlock. Dalam sepersekian detik, awkward moment terjadi. Saya dan pegawai apotek tertegun dan bertatap mata sembari menunggu siapa yang selanjutnya akan bicara.
Baca halaman selanjutnya: Akhirnya saya mengalah…