Bakso dan mie ayam menjadi pilihan ketika sudah buntu menentukan menu makanan. Sejak SD saya memang sudah menggemari dua makanan ini. Saya dan teman-teman pasti sempatkan memakan bakso atau mie ayam sepulang sekolah kalau ada uang saku lebih.
Kesukaan saya terhadap dua makanan itu berlanjut hingga dewasa. Ketika berada di luar kota, saya terkadang menyempatkan waktu untuk mencoba bakso atau mie ayam terenak di daerah tersebut. Mau apapun makanan khas kota tersebut, dua kuliner itu yang saya cicipi terlebih dahulu.
Makanan kesukaan saya ini sangat direstui seluruh anggota keluarga. Buktinya, ketika di rumah ada tamu, saya disuruh oleh emak saya untuk membeli bakso atau mie ayam sebagai suguhan. Pada kesempatan itu ikut senyum-senyum kecil karena pasti kebagian satu porsi sebagai tanda imbalan atas jasa yang telah saya lakukan. Hehehe.
Ribuan warung bakso dan mie ayam sudah saya coba. Tentu masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, ada satu kekurangan yang hampir terjadi di seluruh warung yang pernah saya kunjungi. Sebenarnya kekurangan yang minor saja, tapi bikin pengalaman kulineran jadi kurang mantap.
#1 Tidak melampirkan harga
Bagi saya, warung yang tidak melampirkan harga di daftar menu membuat trauma. Warung semacam ini pernah saya jumpai di Tawangmangu. Pada saat itu saya dan teman-teman yang kelaparan dan memutuskan menepi ke salah satu warung bakso dan mie ayam.
Kami sudah duduk dan melihat daftar menu yang tidak menyertakan harga. Ketika saya bertanya pada penjual, ternyata seporsi bakso dan mie ayam paling murah seharga Rp20.000. Nominal ini jelas membuat kami terkejut. Harga segitu termasuk mahal untuk ukuran dua kuliner itu.
Akhirnya kami memutuskan angkat kaki dari warung tersebut. Tentu saja dengan sedikit perasaan malu. Namun, itu sudah langkah tepat daripada kantong tidak selamat.
Baca halaman selanjutnya: Kerupuk yang melempem bikin kecewa berat…