Sebagai lulusan jurusan Sastra Inggris, sebenarnya saya kenyang denger keluh kesah kawan yang kerap ditanyai tentang hal-hal ajaib tentang jurusan ini. Saya sih jarang ditanya, soalnya memang saya nggak akan ngasih jawaban yang menyenangkan. Misal, tiap ditanya mahasiswa Sastra Inggris itu bisa apa, saya selalu jawab “bisa ngantemi ndasmu”.
Pertanyaan-pertanyaan ajaib tentang jurusan ini sebenarnya tidak muncul tanpa sebab. Saya kira memang Sastra Inggris ini bukan jurusan yang bisa dipahami dengan sederhana, apalagi pakai pandangan hitam-putih. Sebenarnya, setiap jurusan itu ya harusnya nggak boleh dilihat hitam-putih, tapi ya gimana lagi.
Hal tersebut diperparah lulusan jurusan ini yang profesinya ajaib. Ajaib dalam artian bener-bener nggak linear. Saya nggak usah sebutin contohnya apa lah ya, wong kalian pasti nemu sendiri.
Makanya, nggak perlu kaget kalau ada yang bilang Sastra Inggris itu adalah jurusan yang overrated. Terlihat keren karena ada kata “sastra” dan “Inggris”. Orang negara ini kan nggumunan. Denger kata sastra nggumun, denger orang ngomong pake bahasa Inggris dianggep dewa. Nggak percaya? Tuh, liat aja betapa banyak orang yang mendewakan bule.
Tapi apakah benar jurusan ini dianggap overrated? Debatable. Tapi kalau tanya saya, saya sih bakal jawab iya. Kenapa? Biar cepet aja.
Daftar Isi
Janji yang kelewat bombastis
Sebelum lanjut, saya perlu menekankan satu hal, kuliah itu adalah cara kita membentuk pikiran agar semakin terasah, sistematis, dan bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi, bisa dibilang kuliah itu membentuk pondasi kita sebagai manusia. Saya setuju kalau kuliah itu memang buat cari kerja, karena memang perusahaan butuh manusia yang bisa berpikir sistematis serta berguna. Nah, kalau hal ini udah dipahami, nanti bakal lebih paham dengan penjelasan saya. Lanjut.
Saya ingin menyalahkan banyak pihak yang berlebihan dalam mempromosikan jurusan Sastra Inggris. Ada yang bilang kalau jurusan ini adalah pencetak duta besar atau kerja di kedutaan besar. Itu nggak salah, tapi ya nggak bisa dijadikan kebenaran tunggal. Ya saya bisa memahaminya sih, namanya promosi, pasti bombastis. Tapi hal ini jugalah yang bikin banyak orang kelewat tinggi memandang jurusan ini.
Padahal jurusan ini, ya, nggak seheboh itu. Kalau ilmu yang dipelajari keren, iya. Saya mempelajari sedikit ilmu subtitling, sedikit ilmu sastra, juga belajar sedikit filsafat selama kuliah. Kenapa sedikit? Ya, maklum. Saya kuliah 14 semester, jelas terlihat kalau saya nggak paham sama kuliahnya. Tapi, tetap saja, bagi saya, ilmu yang diajarkan keren. Tapi kan jurusan lain juga begitu. Ilmunya pasti keren, karena bisa membuka cakrawala pikiran.
Ngeri kali wak mulutku, membuka cakrawala pikiran.
Mahasiswa Sastra Inggris ada yang nggak mandi
Selain janji yang kelewat bombastis, mungkin kehidupan anak Sastra Inggris lah yang bikin jurusan ini dianggap overrated. Banyak yang menganggap karena jurusan ini mempelajari bahasa dan budaya asing, setidaknya, manusianya akan lebih keminggris dan berpakaian yang necis.
Keminggris sih, bisa dianggap valid lah. Sebab nggak jarang juga saya menemukan kawan sejurusan yang ngomongnya jadi ala Jaksel. Tapi apakah itu bermasalah? Ya nggak. Coba situ terpapar bahasa asing 5 hari dalam seminggu, niscaya ngomonge kecampur. Saya aja jadi nyampur bahasa Indonesia sama Jawa kok kalau ngomong gara-gara merantau ke Jogja. Tapi beneran perkara bahasa Jaksel ini. Saya nggak keganggu. Kan ada mapel tentang itu juga.
Untuk perkara necis atau “beradab”, ini saya yang nggak setuju. Mentang-mentang mahasiswa Sasing itu mempelajari Shakespeare dan British Culture and Literature (duh, ketauan nih angkatan saya), bukan berarti kami tiba-tiba punya aksen dan berpakaian seperti Thomas Shelby. Nggak gitu konsepnya. Mahasiswa Sasing ada yang nggak mandi (itu saya), fashion pop punk sadboi (saya), dan ngomongnya tetep medok (kalau ini, bukan hanya saya).
Wong saya pernah nemu mahasiswa Sastra Inggris pake maskernya Kaneki di kampus. Sumpah.
Lapangan kerjanya beneran luas, asal…
Kali ini, bahasan saya serius. Yang bikin saya nggak begitu terima ketika jurusan saya berkuliah (dan hampir di-DO) ini dianggap overrated adalah, karena kalau perkara lapangan kerja, beneran luas. Ilmunya banyak yang kepakai soalnya. Misal, ada beberapa ilmu di Writing dan Reading III/IV yang kepakai di kerjaan saya. Ilmu-ilmu di mata kuliah Translation kepakai banyak saat saya berusaha memahami dokumen atau artikel berbahasa Inggris. Bahkan saya berani bilang, saya bisa menulis (tidak buruk-buruk amat) ini ya gara-gara mata kuliah Translation.
Mempelajari budaya asing (dalam konteks ini, biasanya, Amerika-Inggris-Australia) bisa bikin kita lebih luas dalam berpikir. Sejarah, corak pemerintahan, serta custom yang tiap negara punya bikin kita lebih mudah jika mau apply kerjaan di negara tersebut. Nggak jarang juga lulusan Sastra Inggris yang beneran laku di luar negeri. Tapi lagi-lagi, itu balik ke mahasiswanya. Nek gaweane mung kukur-kukur neng kamar kos, ya susah.
Jadi ya, kalau dibilang lapangan kerjanya luas, saya setuju itu. Mahasiswa Sastra Inggris, mungkin lebih tepat “dibikin jago” dalam perkara adaptasi, jadi ya, banting setirnya mudah. Perkara ilmunya kepakai atau nggak, itu beda cerita.
Iya, jurusan Sastra Inggris overrated, iya…
Itulah yang bikin saya nggak mau debat sama orang yang bilang jurusan Sastra Inggris itu overrated. Ya mau dijelasin pun mereka nggak bakal paham, karena memang jurusan ini nggak menawarkan hal-hal yang linear. Ilmu-ilmu yang ada, memang dipelajari sebagai bekal agar bisa menjadi manusia yang bisa berpikir. Sebab, memang itulah guna sastra, mencetak manusia pemikir. Betul, kan?
BTW, yang saya omongin ini baru permukaan banget. Saya nggak mau bahas detil karena… buat apa? Kan nggak akan paham juga, bakal pakai kartu “lhA KalAU cUmA beLaJaR bAHAsa INGGRis kaN Bisa KurSus”. Coba, kalian mau ngomong sama orang berotak seukuran kampas rem motor? Nggak kan?
Jadi, bagi kalian mahasiswa Sastra Inggris yang mulai stres dan tertekan gara-gara pandangan orang, udah, tenang. Masa depan buram itu nggak hanya milik kalian. Kalau ada yang bilang ini itu, udah, iyain aja biar cepet. Pikirkan cara bahagia versi kalian, soalnya kalau mikir masa depan, yang ada malah budrek.
Ya gimana, wong negara ini bisa diatur sesuai maunya pihak itu-itu aja kok.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kuliah Sastra Inggris Biar Lancar Berbahasa Inggris: Tidak Segampang Itu