Bicara libur akhir tahun, sudah barang tentu merupakan momen yang dinantikan bagi para pemburu cuan. Akui saja, saya pun demikian. Tapi di sini, saya tidak ingin membicarakan destinasi pariwisata yang sudah familiar bagi sebagian orang. Itu sudah biasa, tapi saya ingin membicarakan soal Negeri Sejuta Pesona. Yaps, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Kalian kira Bali atau Jogja? Please banget.
Sebelum kalian putuskan untuk berlibur ke sini, saya sampaikan terlebih dahulu tentang sektor pariwisata Kabupaten yang saya sebut indah, tapi problematik. Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas wilayah sekitar 6.049,33 Km2. Landscape alam kabupaten ini, memanjang dari ujung perbatasan Kota Padang, hingga Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Sepanjang wilayahnya, kita akan dimanjakan dengan pemandangan laut di satu sisi, dan bukit-bukit di sisi sebelahnya. Menarik.
Sekilas saya berpikir, andai saja ini di Jogja pasti akan sesak, macet apalagi saat weekend, mungkin kurang lebih akan sama dengan pemandangan padat merayap sepanjang jalan Wonosari di hari sabtu dan minggu. Anehnya, di sini tidak demikan.
Daftar Isi
Pariwisata yang problematik
Sejujurnya, saat pertama kali menginjakkan kaki di kabupaten ini, saya merasa kagum, wabil khusus dengan keindahan alamnya. Serius, ini potongan surga atau bagaimana sih?
Kita mulai dari wisata Kawasan Mandeh. Pulau-pulau kecil yang berada di kawasan ini sungguh cantik dan luar biasa. Termasuk di Pulau Cubadak, yang secara khusus saya pernah menuliskannya dengan judul Pulau Cubadak, Surga Kecil di Sumatera Barat. Bagi saya, cukup wajar jika kawasan ini juga disebut sebagai Raja Ampatnya Sumatera Barat. Tapi yaaa, jangan dibayangkan persis dengan Raja Ampat.
Dari atas, kita bisa menikmati keindahan pulau itu sepanjang jalan yang menghubungkan Kawasan Mandeh-Bungus (Jalan alternatif Padang-Pesisir Selatan). Di kawasan mandeh saja, banyak sekali destinasi wisata yang dapat memanjakan mata. Bahkan untuk keliling seluruh pulau di kawasan tersebut, sehari saja tak cukup. Buktikan kalau nggak percaya.
Sebentar, rasa-rasanya nggak adil kalau hanya saya ceritakan yang indah-indahnya saja. Begini, secara logika dengan potensi yang sebesar itu, harusnya wilayah ini mampu menarik para wisatawan untuk berkunjung kesini. Entah mungkin karena belum terekspos, atau karena tidak digarap sektor pariwisatanya.
Tetapi, kelihatannya kalau belum terekspos sih nggak. Bagi orang-orang yang tinggal di Pulau Jawa, mungkin masih asing dengan Kabupaten Pesisir Selatan, apalagi dengan potensi pariwisatanya. Namun itu tidak berlaku bagi masyarakat Sumatera, khususnya Sumatera Barat.
Kabupaten Pesisir Selatan malah makin lesu
Menurut penuturan salah satu pelaku pariwisata, wisatawan-wisatawan yang datang ke daerah ini mayoritas dari luar Pesisir Selatan. Rata-rata mereka berasal dari Riau, Padang, Solok, dan sekitarnya. Artinya, wisata Pesisir Selatan cukup dikenal oleh dunia luar. Bahkan turis-turis asing pun juga datang ke sini, meskipun secara kuantitas tidak cukup banyak.
Anehnya fakta di lapangan sungguh jauh dari ekspetasi soal pariwisata dan potensinya. Meskipun menurut data statistik Kabupaten Pesisir Dalam Angka 2023, arus wisatawan domestik yang berkunjung di Kabupaten Pesisir Selatan pada 2022 adalah 942.240 orang. Meningkat 64 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan jumlah pengunjung asing juga bertambah menjadi 120 orang. Tapi, angka itu tidak berarti apa-apa. sebab, pelaku pariwisata justru merasa tak mendapat apa-apa. bahkan, mereka merasa pariwisata Pesisir Selatan makin lesu.
Hah?
Fasilitas objek wisata Kabupaten Pesisir Selatan yang kurang memadai
Bicara pariwisata, kita tidak bisa hanya menjual objeknya, tapi struktur penunjangnya juga harus “dijual”.
Di sinilah masalahnya. Soal fasilitas penunjangnya, mulai dari aksesibilitas, sektor pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan bagi saya juga belum bisa dikatakan memadai. Contoh kecilnya, jalan menuju kawasan wisata Mandeh itu nggak bisa dibilang bagus. Kalau jalan menuju wisata nggak bagus, ya apa yang mau dijual?
Contoh lain, di salah satu pulau di kawasan Mandeh, Pulau Kapo-kapo, jangan harap Anda bisa menemukan tempat sampah. Mungkin itu maksudnya baik, mungkin lho yaa. Misalnya, agar pengunjung membawa tempat sampah sendiri atau me-manage sampahnya sendiri.
Tapi, kan sampah tetep kudu dibuang. Iya kan?
Itu baru contoh di Mandeh. Kawasan lain ya mirip-mirip masalahnya. Jelas, PR Kabupaten Pesisir Selatan banyak banget ini.
Belajar dari yang gagal, tapi jangan ditiru!
Menurut saya, apa yang dikeluhkan oleh para pelaku pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan soal makin lesunya sektor ini juga harus menjadi perhatian pemerintah setempat. Berkah potensi alam yang begitu indah, cukup sayang kalau tidak membawa manfaat bagi masyarakat sekitar destinasi wisata.
Yang jelas, kalau memang mau untung di sektor pariwisatanya, ya perbaiki lagi penunjangnya. Sudah banyak contoh tempat wisata yang ambruk gara-gara fasilitas penunjang yang tidak memadai. Mau ikut-ikutan? Ya harusnya tidak.
Sumber gambar: Andrian Vernandes via Wikimedia Commons
Penulis: Faiz Al Ghiffary
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Hal yang Hanya Bisa Anda Dapatkan di Kota Solo