Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Knalpot Brong di Magelang: Jadi Tradisi dan Peluang Usaha

Anisa Fitrianingtyas oleh Anisa Fitrianingtyas
12 Juni 2023
A A
Knalpot Brong di Magelang: Jadi Tradisi dan Peluang Usaha

Knalpot Brong di Magelang: Jadi Tradisi dan Peluang Usaha (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Di daerah kalian ada tradisi konvoi pakai motor dengan knalpot brong nggak?

Siapa yang nggak kesal kalau bertemu dengan motor modif khususnya di bagian knalpot di jalanan? Knalpot motor itu dimodifikasi supaya berbunyi nyaring. Dan saya sejujurnya nggak suka jenis motor ini.

Bayangkan, produsen motor sudah capek-capek membuat inovasi supaya suara kendaraan makin senyap, eh di luar sana malah tak sedikit orang yang menyukai suara kendaraannya bisa terdengar bahkan dari radius 300 meter. Entah terbuat dari apa kuping orang-orang itu.

Belum lagi kalau naik motor dengan knalpot berbunyi nyaring itu yang susah bukan cuma orang sekitar yang mendengar suaranya, tapi juga penumpang motor. Kalau mau ngomong kan jadi susah banget, harus pakai urat biar kedengeran sama driver-nya.

Motor yang saya maksud ini di sebagian wilayah di Pulau Jawa lazim disebut motor dengan knalpot brong.

Knalpot brong dan Magelang

Tahun 2016, ketika saya menjalani KKN di kaki Gunung Sumbing, saya berkenalan dengan motor knalpot brong. Ada puluhan pengendara motor melakukan konvoi menggunakan atribut tertentu. Mereka berpawai dan dengan sengaja membuat harmonisasi dengan knalpot brong ini.

Efeknya tentu saja suaranya memekakkan telinga dan asapnya mengepul di udara. Rasanya seperti sedang ada fogging pembasmian nyamuk Aedes aegypti.

Saya yang saat itu sedang dalam posisi sebagai tamu tentu nggak bisa mengatakan apa-apa selain berusaha kabur dari tepi jalan. Kemudian saya berdoa semoga itu adalah kali terakhir saya bertemu konvoi motor semacam itu.

Baca Juga:

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

Ternyata saya salah. Tuhan menyuruh saya melihat dan bahkan hampir menjadi salah satu partisipan kegiatan. Ya, tersebutlah suatu ketika di kampung suami saya di Magelang mepet Purworejo sana, ada acara halalbihalal, pengajian, dan khataman.

Acara ini begitu meriah hingga mendatangkan dai dari luar daerah. Acara diawali dengan tahlil di pagi hari, dilanjutkan dengan pawai, dan terakhir halalbihalal. Ternyata pawai yang dimaksud ya pawai dengan motor knalpot brong yang pernah saya saksikan beberapa tahun sebelumnya.

Demi menyukseskan acara tersebut, adik ipar saya sampai menyewa motor knalpot brong. Nggak tanggung-tanggung, dia menyewa motor 2 tak dengan harga 175 ribu rupiah. Akhirnya di pagi itu, sekali lagi saya harus mendengarkan suara yang menggelegar dan bikin kepala nyut-nyutan.

Motor brong, kebanggaan lokal, dan peluang usaha

“Apik to Mbak, ada iring-iringan motor kayak ngono,” kata ibu mertua saya sambil tersenyum.

Saya hanya bisa tersenyum kecut, kecut sekali. Sesekali saya juga mengelus kepala dan telinga saya. “Gimana bagusnya, Bu?” gumam saya di dalam hati.

Di tengah-tengah keinginan saya untuk lari dari acara tersebut, saya tertahan lantaran cerita ibu mertua. Menurut blio, adalah sebuah kebanggaan bisa menyewa motor brong, motor yang meramaikan acara.

Ya bener juga, sih. Dengan kehadiran motor itu, nggak perlu ada sound system saat iring-iringan pawai berjalan. Cukup mengiring pawai menggunakan motor tersebut sambil digeber agar keluar suara khasnya.

Usut punya usut, ternyata uang yang dikeluarkan untuk menyewa motor dengan knalpot brong itu nggak murah. Harga sewa per event mulai dari 90 ribu hingga 500 ribu rupiah. Sungguh harga yang menurut saya nggak masuk akal. Buat apa menyewa motor begitu? Tapi kehadiran motor ini seolah sudah menjadi tradisi acara khusus.

Harga sewa motor tersebut biasanya ditentukan dari spek kendaraan yang akan disewa. Untuk motor bebek biasa berkisar 90 ribu sampai 200 ribuan, sementara untuk motor sport harganya bisa lebih mahal. Biasanya penyewa cukup menelepon pihak penyedia untuk memesan, motor pun akan diantar ke rumah.

Kalau dipikir-pikir lumayan juga bisnis motor seperti itu. Apalagi jenis motor yang digunakan biasanya motor lawas yang bodong, alias mati pajaknya. Motor mati pajak biasanya harganya murah. Apa ya nggak untung banyak kalau bisa disewa seminggu tiga kali?

Apalagi penyuka motor brong ini nggak pandang bulu. Mereka bahkan kadang sengaja memilih untuk menyewa motor 2 tak. Motor yang jenis bensin dan olinya harus dituang bersamaan. Kata adik saya, mereka bahkan punya racikan khusus agar aroma knalpotnya wangi.

Akhir dari keluh kesah

Pada akhirnya dengan alasan harus siap-siap makeup, saya bisa aman nggak perlu ikut konvoi. Selain saya takut tiba-tiba marah karena dari awal sudah pengin marah, kuping saya pun jadi aman.

Ketika suami saya kembali dari konvoi, beberapa kali saya memanggil dia. Satu kali, dua kali, sampai tiga kali panggilan saya nggak didengar. Ketika saya colek, barulah suami saya melepas sumpelan kapas di telinganya.

Wooo, lha pantes iso anteng. Dia bisa tenang ikut pawai karena kupingnya terlindungi. Saya kira kan karena suka sama motor itu makanya harus dinikmati suaranya. Ya ternyata sama aja. Tau gitu daripada saya marah-marah dalam hati kan berarti halal untuk saya memakai penutup telinga. Hehehe…

Penulis: Anisa Fitrianingtyas
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Knalpot Brong: yang Pakai Sumringah, yang Dengar Sengsaraaargh.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Juni 2023 oleh

Tags: knalpot brongkonvoimagelang
Anisa Fitrianingtyas

Anisa Fitrianingtyas

Putu Bumi Sukowati, suka makan pecel.

ArtikelTerkait

Daripada Bikin Malioboro, Ada Baiknya Magelang Fokus Wisata Seribu Candi Saja

Sudah Saatnya Magelang Menjadi Daerah Istimewa

17 Januari 2023
3 Makanan Tradisional yang Hampir Dilupakan Warga Magelang

3 Makanan Tradisional yang Hampir Dilupakan Warga Magelang

2 Maret 2025
3 Spot Terbaik untuk Ngabisin Duit di Magelang (Pexels)

3 Spot Terbaik Ngabuburit Sekaligus Ngabisin Duit Jelang Petang di Magelang

13 Maret 2025
3 Kuliner Magelang yang Layak Dikenal Orang Banyak selain Kupat Tahu

3 Kuliner Magelang yang Layak Dikenal Orang Banyak selain Kupat Tahu

1 November 2024
Mengungkap Budaya Kental Mahasiswa Asal Magelang_ Pulang terminal mojok

Mengungkap Budaya Kental Mahasiswa Asal Magelang: Pulang

5 Oktober 2021
Oleh-oleh Khas Magelang yang Perlu Kamu Ketahui biar Tahunya Nggak Cuma Getuk

Oleh-oleh Khas Magelang yang Perlu Kamu Ketahui biar Tahunya Nggak Cuma Getuk

26 November 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih
  • Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.