Suzuki Avenis 125 layaknya lelucon yang dilempar Suzuki untuk menghibur
Sejak pertama kali diperkenalkan akhir tahun lalu, agaknya Suzuki Avenis 125 yang terlalu bagus itu masih susah untuk “diterima” sebagai skutik yang layak dipinang. Bahkan di awal kemunculannya, orang-orang sudah memberi dukungan untuk sales Suzuki biar makin tabah dan berusaha lebih keras dalam memasarkan produk terbaru itu. Bayangkan betapa skeptisnya orang-orang dengan sepeda motor yang satu ini. Miris, Avenis 125 nasibnya penuh hujatan ketimbang laris manis dibeli.
Bisa dibilang Suzuki gabutnya nggak kira-kira soal hal ini atau malah terlalu kepedean karena menganggap para loyalis produk Suzuki dikira akan suka-suka saja. Mungkin iya suka, tapi bukan di Negeri Konoha ini. Kalau boleh berpendapat, saya sendiri malah menganggap Suzuki Avenis 125 kurang worth it dipinang. Alasan satu, ya karena emang kurang worth it saja, ehe. Sebenarnya, menurut saya ada beberapa alasan simpelnya sih:
Harga yang mahal
Harga sebuah skutik agaknya menjadi hal yang krusial sebagai penentu motor itu bakal banyak dipinang apa nggak. Ya kalau harganya kemahalan pastinya orang-orang, termasuk saya sendiri bakal ogah buat melirik. Bayangkan, meliriknya saja males loh, apalagi sampai niat beli.
Oke-oke, saya paham status unitnya yang memang CBU (completely built up) alias unitnya utuh berbentuk motor didatangkan dari luar negeri bukan dirakit di dalam negeri. Ya memang wajar kalau hal tersebut bikin harga skutik satu ini jadi mahal karena beban pajaknya lebih mahal. Tapi nggak semahal itu juga dong, kan. Malah dicap motor overpriced, minim fitur. Masak satu unit Suzuki Avenis 125 dihargai hampir Rp30 juta dan hanya dapat kembalian Rp30 ribu doang. Gila sih ini.
Padahal dengan nominal budget yang sama, pabrikan lain sudah menawarkan skutik dengan keunggulan seabrek, fitur bejibun, dan jauh lebih layak untuk dibawa pulang kalau mau di-compare. Motor matic Suzuki jatuhnya tetap ketinggalan jauh, nggak worth it. Saya pikir Yamaha Fazzio udah kelewat pricy, tapi ternyata Avenis 125 lebih nemen. Saya pikir kali ini Suzuki memberikan kerja yang terlalu berat kepada sales-salesnya.
Bodi acak adul dan fitur minim pakai banget
Saat pertama melihat proporsi bodi dari Suzuki Avenis 125 ini, jujur saja memang kurang menarik banget. Serasa jauh dari selera pencinta roda dua tanah air. Batin saya, “Desain begini mana laku di sini, motor baru tapi desain bodinya acak adul banget.”
Proporsi bodi, tiap detailnya kerasa nggak pas. Apalagi saat melihatnya dari samping—ini angle yang paling jelek menurut saya—kelihatan banget diameter roda belakang kurang gede. Bannya kecil banget sepintas kayak gajah naik sepeda mini.
Bayangkan seaneh apa motor matic yang bodinya gembul malah memakai diameter ban depan 12 inci, sementara ban belakangnya malah diperkecil jadi 10 inci saja. Jadi serba wagu dan visualnya nggak enak dipandang. Entah ini yang salah diameter ban yang terlalu kecil atau bodi yang kebesaran, entahlah. Yang pasti proporsi kayak begini bukan desain yang bakal laris di Indonesia, menurut saya. Pun bikin nggak nyaman dikendarai kalau bannya terlalu kecil begitu.
Soal fitur yang ditawarkan Suzuki Avenis 125 juga nggak menawarkan fitur berlebih di harga yang bisa dibilang pricy. Dari lampu sein yang masih bohlam biasa belum memakai lampu tipe LED. Sampai desain motornya yang kelewat futuristik sehingga kelihatan nyeleneh. Belum lagi soal kunci kontak yang masih konvensional, belum anti curanmor. Padahal brand lain sudah memakai keyless di harga yang sama. Hmmm…
Baca halaman selanjutnya
Motor masa kini, pendingin masa kayak gitu?