Sebagai orang Madura yang merantau, saya sudah terbiasa mendengarkan stigma orang luar terhadap orang Madura. Yang paling biasa saya dengar adalah orang Madura tipikal orang keras. Kemudian, jadi bega. Tidak ketinggalan pula bahwa orang Madura dianggap suka mencuri besi.
Beragam stigma saya tanggapi dengan biasa saja tanpa emosi. Sudah biasa kuping hamba mendengarkannya. Kecuali stigma yang satu ini saya tanggapi dengan serius, yakni, orang Madura suka main dukun.
Seketika hatiku tersentak mendengar pernyataan dari kawan kuliah, bahwa para tetangganya sering menasihatinya untuk berhati-hati kalau mau berteman dengan orang Madura. Sebab, katanya suka main dukun. Dan kalau sudah sakit hati, mainnya langsung santet. Bukan hanya satu kawan, bahkan kawan kuliah saya lainnya juga menceritakan hal sama bahwa orang Madura suka main dukun.
Saya saat mendengarkannya merasa geli dan ingin tertawa. Selama hidup sebagai orang Madura selama dua puluh tiga tahun, saya kok baru tahu kalau masyarakat luar menganggap orang Madura suka main dukun. Dari sana saya mulai merefleksikannya kembali, apakah benar orang Madura suka main dukun?
Banyak juga yang main dukun
Setelah saya merenungkan dengan flashback kisah kehidupan selama menjadi orang Madura, ternyata ada benarnya. Di kabupaten saya tinggal, ada desa yang dikenal sebagai tempatnya para dukun. Bahkan, hampir tersohor di kalangan masyarakat luas. Meski demikian, saya tidak mengetahui pasti, apakah benar desa tersebut banyak dukunnya atau tidak. Sebab, saya tidak pernah menggunakan jasa dukun.
Namun, saya mengetahuinya dari teman bermain saya. Teman bermain saya mengatakan kalau di desanya dan tetangga desanya, mudah untuk mencari dukun. Bahkan, setiap kali orang mau melakukan kepentingan tertentu dengan memakai jasa dukun, biasanya datang ke desanya atau tetangga desanya.
Saya juga teringat pernah menanyakan, “Sebanyak apa dukun di desamu?” Teman saya mengakui bahwa jumlah dukun di desanya terbilang banyak. Hingga dari banyaknya, tidak bisa dihitung dengan tangan.
Di sisi lain, saya juga teringat saat menjadi seorang siswa. Saya sempat mengikuti lomba. Dan sebelum lomba dimulai, saya diminta untuk minum air putih oleh pelatih. Sontak saya bergegas mengambil air putih yang saya beli. Tetapi, pelatih saya justru menyuruh untuk meminum air putih darinya. Seketika saya bertanya, “Kenapa kok harus minum air putih ini?” “Airnya dari dukun,” jawab pelatih.
Bukan hanya saya saja. Kawan-kawan saya lainnya di sekolah berbeda juga sering mendapatkan arahan dari pelatihnya untuk minum air putih atau memegang benda yang katanya diperoleh dari dukun. Bahkan, dukun memberikan arahan, dan arahannya terkadang terbilang nyeleneh. Yakni, jangan masuk lapangan lebih awal, biar tim lawan saja masuk lapangan terlebih dahulu. Atau saat bertanding menggunakan kostum dengan warna tertentu.
Uniknya, saat timnya kalah, pelatih akan mengatakan “kalah dukon”. Artinya, kalah dukun. Terkadang pelatih dan tim official bisa menebak bahwa tim lawan membawa dukun ke lapangan pertandingan. Bagaimana mereka bisa tahu? Katanya, dukun memiliki penampilan unik dan berbeda dari orang biasa.
Kacong yang menggunakan jasa dukun
Fakta lainnya datang dari novel Damar Kambang karya Muna Masyari. Damar Kambang merupakan novel dengan mengangkat kisah dari kehidupan orang Madura. Di salah satu bagian isi ceritanya terdapat adegan Kacong sebagai tokoh utama menggunakan jasa dukun. Tujuannya agar Cebbing linglung, sehingga terus-terusan mencari Kacong.
Jika demikian, apakah sudah pasti orang Madura suka main dukun? Belum tentu, kawan. Tidak semua suka main dukun. Percayalah bahwa masih ada orang Madura yang tidak percaya dukun. Ya sebagaimana orang daerah lain lah, ya pasti ada yang anti-mistis dan nggak percaya.
Mereka biasanya lebih mempercayai terhadap kuasa Allah daripada harus percaya pada dukun. Sehingga, mereka lebih berharap pada Allah daripada harus datang ke dukun. Katanya, kalau meminta ke Allah hati menjadi tenang, serta tidak bayar. Sedangkan kalau pergi ke dukun, sudah membuat hati tidak tenang, ribet, dan masih bayar lagi.
Dan ketika mengeluarkan uang saat menggunakan jasa dukun, belum tentu hasilnya sesuai harapan. Sehingga, uang terbuang dengan sia-sia. Berbeda dengan meminta pada Allah, meski terkadang tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, tetapi Allah memberikan gantinya dengan sesuatu lebih baik.
Orang Madura lainnya yang tidak percaya pada dukun, bukan karena percaya pada Allah saja. Melainkan mereka juga percaya dengan namanya kerja keras. Hasilnya kan jelas. Sehingga, segala keinginan dari hidupnya bisa tercapai.
Jadi tidak selamanya orang Madura suka main dukun, kawan. Jangan asal fitnah saja. Lah, masak kalau ada seseorang yang berteman dengan orang Madura, kemudian ketika dia sakit mendadak, masak ya nyalahin temennya? Aneh.
Begitu juga kalau ada orang Madura hidupnya sukses, jangan terlalu dangkal berpikirnya. Dikit-dikit memfitnahnya “palingan main dukun”. Coba sesekali lihat usaha kerasnya dahulu. Pun saat orang Madura berhasil mendapatkan pasangan berparas memesona, jangan pula dangkal dengan menilai bahwa sudah menggunakan pelet dari dukun.
Atau kalau ada orang Madura berparas ganteng dan cantik, terus dikatakan main susuk. Tidak selalu, kawan. Memang dasarnya ganteng dan cantik. Contohnya kayak saya ini.
Ya jadi bisa disimpulkan, bahwa memang ada yang suka main dukun. Meski demikian, jangan memberi stigma suka main dukun. Orang dari daerah lain pun ya kek gitu. Tidak semuanya percaya pada dukun. Stigma kek mana lagi ini lah.
Penulis: Akbar Mawlana
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Profesi yang Lekat dengan Orang Madura