Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

COD Marketplace Sekarang Nyusahin, Mending Hilangkan Aja

Paula Gianita Primasari oleh Paula Gianita Primasari
4 Februari 2023
A A
COD Marketplace Sekarang Nyusahin, Mending Hilangkan Aja

COD Marketplace Sekarang Nyusahin, Mending Hilangkan Aja (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Mekanisme pembayaran dengan cara COD atau cash on delivery pastinya sudah tidak asing lagi di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia. Wajar saja, perilaku membeli barang secara online telah menjadi pola konsumsi yang umum dilakukan banyak orang, terlebih setelah adanya pembatasan aktivitas warga akibat pandemi. Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, orang memanfaatkan fasilitas belanja online di beberapa marketplace, khususnya yang menyediakan subsidi ongkos kirim.

Sayangnya, tidak semua pembelanja online mempunyai akun rekening di bank untuk melakukan pembayaran secara transfer maupun top-up dompet digital. Oleh sebab itu, pihak marketplace melakukan inisiatif dengan mencantumkan fitur COD demi melayani segmen pasar tersebut.

Walaupun baru banyak menuai kritik tajam lantaran sejumlah kasus yang viral belakangan ini, sejatinya COD sudah lama dilakukan dalam transaksi jual beli. Jauh sebelum marketplace menyerang, para penjual dan pembeli di media sosial Facebook dan forum jual beli—yang kerap disebut FJB—Kaskus juga menerapkan mekanisme pembayaran tersebut. Tentunya, COD zaman dulu memiliki prosedur dan karakteristik yang berbeda dengan COD saat ini karena ketimpangan teknologi. Namun, tidak sedikit warganet yang berpendapat kalau COD era Kaskus dan Facebook adalah yang terbaik ketimbang sistem yang berjalan sekarang.

Tidak percaya? Rasa-rasanya, menilik dari beberapa berita di dunia maya mengenai perlakuan semena-mena terhadap kurir jasa logistik yang mengantar paket sudah cukup menjadi bukti betapa nyusahinnya mekanisme COD sekarang ini.

Kurir dan seller marketplace banyak yang dirugikan

Beberapa kurir mengeluh kudu bolak-balik melakukan pengantaran karena pihak penerima paket menyatakan tidak ada di rumah sehingga tidak dapat melakukan pembayaran. Mending kalau pada akhirnya tagihan tersebut dilunasi. Sialnya, sering kali ujung-ujungnya pembeli juga menolak membayar sehingga kurir harus putar balik lagi mengembalikan kiriman tersebut ke perusahaan ekspedisi. Apa namanya kalau nggak ngerjain orang?

Tak cukup sampai di situ saja, beberapa kurir yang apes bisa mengalami hal yang lebih buruk lagi. Misalnya, ada pembeli yang nekat membuka paket sebelum melunasi tagihan. Setelah dibuka, pembeli tadi malah seenak jidat menolak membayar nominal yang tertera dengan alasan isi kiriman tidak sesuai dengan apa yang dipesan.

Pada kasus seperti ini, jelas pihak kurir yang dirugikan. Sebab, sesuai SOP jasa ekspedisi, kurir tidak diperkenankan menyerahkan paket sebelum pembeli melunasi invoice yang tercantum. Biasanya jumlahnya adalah harga barang ditambahkan ongkos kirim. Akan tetapi, kalau paket sudah terlanjur terkoyak, mau tak mau kurir wajib menanggung seluruh biaya paket tersebut. Sebab secara prosedur, paket yang telah dibuka tidak dapat diretur ke penjual.

Kurir COD rentan mengalami kekerasan

Selain kerugian secara materi, hal yang lebih brutal juga pernah dialami oleh seorang kurir ekspedisi. Akhir bulan Januari lalu, beredar kabar di internet kalau ada seorang kurir di Banyuasin, Sumatra Selatan, yang ditusuk oleh konsumen. Apa lagi latar belakangnya kalau bukan pihak penerima yang menolak membayar kiriman yang telah dipesan sebelumnya.

Baca Juga:

Sistem COD: Menguntungkan Buyer, Merugikan Seller

4 Barang dan Jasa “Gelap” yang Tidak Pernah Saya Sangka Dijual di Facebook Marketplace

Boleh dibilang, sistem COD sekarang ini benar-benar memanjakan konsumen marketplace, tetapi mengesampingkan pihak-pihak lainnya. Bukan hanya kurir dan perusahaan logistik, tetapi juga penjual yang kehilangan opportunity cost. Niatnya mau mempermudah calon pelanggan, malah berujung celaka.

Melihat dari sederet fenomena tersebut, sepertinya tidak berlebihan bila mekanisme COD saat ini sebaiknya ditiadakan saja. Beberapa penjual di marketplace bahkan sudah menonaktifkan fitur COD dari lapak mereka karena paham betul sistem pembayaran tersebut berpeluang merugikan mereka. Prosedur COD saat ini sudah melenceng jauh dari sistem serupa di masa kejayaan forum legendaris Kaskus dan Facebook. Kala itu, COD jauh dari drama dan huru-hara. Semuanya berjalan dengan adem ayem.

COD di era FJB dan Facebook hanya melibatkan dua pihak

Kira-kira kenapa ya COD di era Kaskus dan Facebook dulu bisa sukses? Faktor pertama terkait erat dengan rantai distribusi pengiriman. COD di era keemasan FJB Kaskus dan Facebook hanya melibatkan dua pihak yaitu pembeli dan penjual. Dengan kata lain, transaksi langsung dilakukan oleh pihak pertama dan kedua, tanpa penengah.

Sementara itu, rantai distribusi mekanisme COD di marketplace jauh lebih panjang karena melibatkan beberapa pihak. Di samping pembeli dan penjual, ada platform marketplace, perusahaan jasa ekspedisi, serta kurir yang terlibat dalam prosesnya. Masing-masing pihak pastinya memiliki kepentingan sendiri-sendiri.

Rantai distribusi yang panjang tersebut berpeluang besar menciptakan gesekan konflik antarpihak karena kepentingan serta aturan yang berbeda-beda. Semakin pendek jalur transaksi, semakin kecil kemungkinan problem yang timbul.

Pembeli di era FJB dan Facebook tidak asal check out

Faktor kedua dari keberhasilan COD di zaman FJB dan Facebook adalah karena pembeli saat itu jelas memiliki buying power. Mereka tidak asal check out karena merasa pembelian bisa dibatalkan sewaktu-waktu akibat adanya sistem COD ala marketplace.

Pembeli di FJB dan toko online Facebook dengan penuh kesadaran diri langsung menghubungi pelapak yang bersangkutan. Umumnya, komunikasi antarkeduanya dilakukan melalui pesan singkat lewat ponsel masing-masing guna mencapai kesepakatan waktu dan lokasi bertemu. Semacam kopi darat, gitu.

Di masa yang lalu, opsi COD dipilih pembeli untuk menghindarkan risiko ditipu. Seandainya ada ketidaksesuaian antara deskripsi barang di lapak online dengan realitanya, konsumen bisa langsung protes ketika tatap muka dengan penjual. Dengan kata lain, para konsumen di masa tersebut adalah serious buyer, bukan tipe konsumen nakal seperti kasus COD yang banyak diberitakan sekarang.

Konsumen lapak FJB Kaskus dan Facebook justru merasa diuntungkan dengan transaksi COD, begitu pula dengan penjualnya. Pasalnya, pihak penjual langsung mendapatkan uang ketika bertransaksi saat itu juga tanpa harus menunggu proses yang lama seperti di marketplace sehingga uang bisa cepat diputar untuk modal kembali.

Jadi, apakah kamu setuju sistem COD marketplace sekarang mendingan dihapus saja?

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Perkara yang Bikin Saya Kesal Saat Mengantar Paket COD.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2023 oleh

Tags: codFacebookforum jual belimarketplaceonline shop
Paula Gianita Primasari

Paula Gianita Primasari

Mahasiswa doktoral UNDIP jurusan Manajemen Pemasaran asal Semarang.

ArtikelTerkait

Saya Baru Pernah Belanja Online dan Tidak Malu untuk Mulai Memahaminya mojok.co/terminal Praktik Cross-border Bisa Hancurkan UMKM Lokal, Kenapa Terus Dibiarkan? terminal mojok.co

Praktik Cross-border Bisa Hancurkan UMKM Lokal, Kenapa Terus Dibiarkan?

10 Oktober 2021
transaksi cod di warung kopi jual beli online cod facebook mojok.co

Seni dalam Melakukan Transaksi COD

18 Juni 2020
Riset Terbaru, Tokopedia Paling Memuaskan Dibanding 5 Marketplace Lain mojok.co

Riset Terbaru, Tokopedia Paling Memuaskan Dibanding 5 Marketplace Lain

28 April 2022
pedagang buku penjual buku online toko buku online Segalau-galaunya Hubungan Tanpa Status, Masih Lebih Galau Tak Kesampaian Beli Buku di Tanggal Tua

Sisi Manis Pedagang Buku Online, Profesi yang Bikin Saya Banting Setir Sekian Tahun Lalu

30 April 2020
bisnis kontrakan

Orang Bisnis Kontrakan kok Disuruh Ikhlas, Memangnya Lagi Buka Pengungsian?

5 November 2021
5 Alasan Sebaiknya Kita Nggak Daftar dan Pakai Shopee Paylater terminal mojok.co

5 Alasan Sebaiknya Kita Nggak Daftar dan Pakai Shopee Paylater

27 April 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.