Ada bahaya yang mengancam kesehatan bayi yang diberi kopi instan Good Day oleh ibunya, lho!
Saya kira siaran langsung yang mempertontonkan orang tua diguyur malam-malam adalah konten paling nggak beradab di TikTok. Ternyata saya salah, ada lagi konten lain yang nggak kalah anehnya. Kali ini bukan lansia yang dieksploitasi, melainkan bayi. Usianya juga belum genap setahun.
Sejauh ini memang belum ditemukan kalimat eksplisit yang merujuk pada ngemis online. Jadi saya nggak tahu persis apa motivasi si ibu menyuapkan kopi instan Good Day pada anaknya yang masih berumur 7 bulan. Video tersebut menuai kontra dari netizen di berbagai platform media sosial. Sebab apa yang dilakukan si ibu jelas-jelas bisa membahayakan sang bayi.
Bagaimanapun kopi instan bukanlah minuman yang sesuai untuk bayi. Kopi nggak disarankan untuk diminum anak-anak hingga usia 12 tahun. Bahkan memberikan kopi untuk bayi yang step juga nggak disarankan, mau sesedikit apa pun jumlahnya. Keberhasilan kopi dalam meredakan step pada bayi belum ada bukti ilmiahnya, sehingga life hack ini bisa dikategorikan sebagai mitos.
Bahaya memberikan kopi instan pada bayi
Kopi mengandung kafein yang bisa membuat jantung berdebar kencang. Selain itu, konsumsi kopi juga dapat mengganggu jam tidur bayi. Mereka akan mengalami insomnia, sedangkan di siang hari mereka cenderung terlalu aktif. Padahal bayi butuh waktu istirahat yang banyak untuk proses tumbuh kembangnya, lho. Kurangnya jam tidur bisa membuat suasana hati si bayi memburuk, mudah gelisah, dan mudah rewel.
Mengonsumsi kopi juga tidak baik untuk pencernaan, sebab dapat menaikkan produksi asam lambung. Nggak menutup kemungkinan si kecil akan mengalami diare karena organ pencernaannya nggak siap menerima kopi instan. Ujung-ujungnya bayi akan mengalami dehidrasi jika diarenya nggak ditangani dengan tepat.
Orang dewasa saja nggak sedikit yang pencernaannya bermasalah gara-gara minum kopi, lha apalagi bayi. Nggak heran kalau di video yang viral di TikTok tersebut disebut sang anak bisa pup 10 kali sehari. Dan frekuensi pup yang berkurang jadi 9 kali sehari bukanlah prestasi.
Konsumsi kopi juga dapat meningkatkan produksi urin. Pada bayi, kondisi ini bisa mengakibatkan gangguan penyerapan kalsium. Padahal kalsium sangat dibutuhkan oleh bayi untuk pembentukan tulang dan gigi. Justru konsumsi kopi yang terus menerus bisa merusak gigi si kecil karena kandungan asam pada kopi yang cukup tinggi dan bersifat korosif.
Kandungan gizi kopi instan yang nggak layak untuk anak
Ada bahaya yang mengancam dari kopi instan kemasan, yakni gula dan garam. Good Day Mocacinno yang diberikan pada video itu punya kandungan gula 13 gram dan natrium 10 mg per saset.
Dilansir dari website resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia, penambahan gula dan garam pada MPASI anak di bawah 1 tahun perlu dikontrol. Anak boleh diberikan gula dan garam jika pemberian gula dan garam dapat membuat anak mau makan.
Penambahan garam dan gula ini ada batas maksimalnya. Garam yang diberikan tak boleh lebih dari 0,4 gram natrium atau < 1 gram garam sehari. Sedangkan untuk gulanya nggak boleh lebih dari 1 sendok teh atau sekitar 4 gram. Nah, sekarang coba bandingkan ambang batas aman ini dengan kopi instan Good Day tadi. Udah kelewat jauh, kan?
Apalagi dengan pede-nya si ibu masih sempat mencari pembenaran kalau kopi instan Good Day mengandung susu. Lebih baik daripada kental manis yang sudah disepakati untuk dicoret dari produk susu. Padahal nih ya, susu di Good Day juga nggak jelas-jelas amat keberadaannya.
Komposisi di balik kemasan Good Day Mocacinno cuma tertulis krimer nabati. Sedangkan pada kemasan Good Day Duet tertulis krimer nabati (mengandung susu). Cuma varian rock salt caramello pada Good Day Duet yang mencantumkan susu skim bubuk. Itu pun jumlahnya masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan harian bayi.
Bahaya kelebihan gula dan garam pada anak
Konsumsi gula dan garam berlebih sejak dini akan menyebabkan anak rentan terhadap obesitas, hipertensi, dan diabetes. Obesitas akan menjadi pintu gerbang dari penyakit-penyakit yang lebih serius jika nggak ditangani dengan tepat. Selain itu aktivitas bayi bisa mengalami gangguan jika berat badannya berlebihan.
Perlu diingat bahwa kondisi bayi yang gembul dan menggemaskan nggak selamanya berdampak positif. Bisa jadi mereka sedang mengalami malnutrisi, sebab gizi yang diasup nggak seimbang. Mudahnya mereka terlalu berlebihan mengasup hal-hal nggak berguna, dan kekurangan nutrisi-nutrisi baik yang diperlukan untuk tumbuh kembangnya.
Bayi yang nampak lahap memakan makanan nggak sehat nggak bisa menjadi pembenaran, lho. Secara naluriah bayi bakalan mangap kalau disuapin sesuatu ke mulutnya. Apalagi makanannya punya rasa-rasa yang menyenangkan. Sebab selama 6 bulan mereka biasa minum susu yang rasanya tawar. Padahal tubuhnya sedang nggak baik-baik saja mencerna makanan-makanan bermasalah itu.
Alasan finansial nggak bisa dijadikan pembenaran pemberian kopi instan
Dalam banyak kasus serupa, finansial sering dijadikan alasan atas keteledoran ini. Padahal ketika hamil dan pada akhirnya melahirkan, artinya kita harus sudah siap berkomitmen mencukupi kebutuhan si anak. Nggak perlu serba mahal, yang penting aman dan sesuai umurnya.
Tuhan sudah menganugerahkan ASI yang bisa didapat secara gratis. ASI sangat bernutrisi dan murah untuk menyambung hidup si kecil. Jika ASI nggak keluar, masih banyak opsi susu formula murah yang lebih layak dengan syarat harus dikonsultasikan terlebih dulu ke dokter anak. Biasanya fasilitas kesehatan setempat juga akan memberi bantuan untuk bayi kurang gizi dari keluarga kurang mampu. Sebab saya juga pernah menerima bantuan itu di usia balita. Intinya, banyak sekali jalan untuk memberikan asupan gizi yang layak untuk si kecil jika orang tua mau berusaha.
Dalam kasus video viral, si kecil sudah berumur 7 bulan. Memasuki usia MPASI, susu bukanlah sumber makanan utama. Bayi bisa diberi makanan padat yang gizinya jauh lebih kompleks. Banyak lho opsi bahan makanan murah untuk MPASI yang kualitas gizinya nggak murahan.
Perlunya sanksi dari instansi terkait
Kalau alasan pemberian kopi instan karena nggak punya uang untuk beli susu, si ibu kan masih bisa ber-TikTok ria, kenapa bujet belanja kuota internetnya nggak dipakai buat beli kebutuhan si kecil aja, sih? Logikanya bener-bener nggak jalan, deh. Diingatkan viewers pun tetap nggak mempan. Nyatanya dia dengan enteng lebih memilih bisa TikTok-an daripada ngasih makanan layak ke anaknya. Jelas sebuah keteledoran yang disengaja.
Untuk Dinas Sosial, saya rasa ibu-ibu meresahkan seperti ini perlu ditertibkan dan diberi sanksi tegas, deh. Supaya ke depannya nggak ada lagi orang tua problematik yang bisa membahayakan anaknya sendiri. Si ibu juga perlu diberi edukasi tentang parenting yang layak.
Saya jadi semakin yakin kalau pendidikan untuk perempuan itu sangatlah penting. Biar bisa jadi ibu yang baik dan nggak ngawur kayak ibu yang lagi viral ini. Jadi, nggak perlu insecure berlomba-lomba nikah dan punya anak cepat-cepat kalau memang belum siap.
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi