Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Dewi Sri di Mata Orang Sunda

Arik Gustian Satria Ferdian oleh Arik Gustian Satria Ferdian
14 Januari 2023
A A
Dewi Sri di Mata Orang Sunda Terminal Mojok

Dewi Sri di Mata Orang Sunda (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Orang Sunda pada zaman dulu percaya kehadiran Dewi Sri akan membawa kesuburan bagi tanaman mereka.

Ada dua hal yang saya yakini dalam tulisan ini. Pertama, kalian pasti setuju kalau Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan suku bangsa. Kedua, sebagai orang Indonesia, kalian pasti sudah nggak asing dengan tanaman padi sebagai asal muasal nasi yang menjadi makanan pokok kita. Nah, sebagai orang Sunda, saya mau sedikit berbagi mengenai budaya orang Sunda yang berkaitan dengan padi.

Dalam adat kepercayaan orang Sunda, ada keyakinan terhadap Dewi Padi atau yang dikenal dengan Sanghyang Sri atau nama panggungnya Dewi Sri. Sebenarnya, apa sih yang menjadi latar belakang orang Sunda meyakini adanya Dewi Sri ini?

Pada dasarnya, masyarakat Sunda memiliki kultur sebagai masyarakat peladang. Salah satu alasannya karena kondisi alam Jawa Barat yang subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Sebelum pabrik-pabrik dan rumah cluster mendominasi seperti sekarang ini, kebanyakan orang Sunda menggantungkan nasib mereka dari hasil bertani, khususnya padi untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka sendiri.

Sampai sekarang nasi tetap nggak akan tergantikan, dan ini terlihat dari semboyan orang Sunda “asa can dahar mun can dahar sangu”. Adanya ketergantungan terhadap hasil bertani itulah yang mendasari masyarakat Sunda percaya adanya Dewi Sri bisa membawa kesuburan. Kepercayaan terhadap Dewi Sri tercermin dari upacara-upacara berkaitan pertanian yang diadakan orang Sunda, misalnya upacara Seren Taun dan upacara Mapag Cai.

Saya pernah menanyakan hal ini kepada bapak saya yang sejak remaja aktif dalam kegiatan bertani hingga kini. Fyi, bapak saya orang Sunda asli, lho.

“Pak, kalau dulu pas panen ada perayaan khusus buat Dewi Sri?”

“Wah, dulu mah rame atuh nyambut panen teh kayak ada hajatan. Makanan teh segala ada kayak nasi liwet, nasi tumpeng, nyembelih kambing, apalagi makanan tradisional kayak rengginang, opak, kolontong, tangtang angin mah ada semua,” kata Bapak saya. “Beres panen teh ngadain kesenian tarawangsa kan bentuk terima kasih ke Dewi Sri karena sudah dilancarkan sama hasil panenna dilimpahkan.”

Baca Juga:

4 Ciri Warung Sunda yang Masakannya Dijamin Enak, Salah Satunya Lalapan Selalu Segar

3 Kuliner Solo yang Bikin Culture Shock Lidah Sunda Saya

Menurut keterangan bapak saya, di Desa Jatisari yang berada di Banjaran, Kabupaten Bandung Selatan, selain upacara syukuran tadi, masyarakat biasanya melakukan upacara Mapag Cai yang diadakan satu tahun sekali. Upacara ini bertujuan meminta doa agar sawah-sawah masyarakat nggak mengalami kekeringan. Biasanya warga desa akan menyembelih kambing dan berjalan ke arah hulu air sambil diiringi dengan kendang penca.

Tradisi-tradisi tersebut jadi gambaran singkat bagaimana orang Sunda zaman dulu percaya akan adanya Dewi Sri yang bisa membawa kelancaran terhadap hasil panen mereka. Sebaliknya, orang Sunda juga percaya kalau tradisi ini nggak mereka lakukan, ada ketakutan Dewi Sri nanti marah sehingga hasil panen mereka nggak sesuai harapan.

Seiring zaman yang makin berkembang, kepercayaan dan tradisi terhadap Dewi Sri semakin memudar. Di Desa Jatisari sendiri hal ini terjadi. Salah satu alasannya karena kepercayaan terhadap agama Islam makin menguat.

Kepercayaan terhadap agama ini membuat masyarakat berasumsi bahwa mempercayai kekuatan selain dari Allah merupakan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Maka tak heran jika tradisi dan kepercayaan yang bertentangan dengan ajaran agama ini lambat laun kehilangan eksistensinya di masyarakat. Generasi-generasi selanjutnya tak lagi melakukan atau bahkan nggak tahu bahwa kepercayaan terhadap Dewi Sri dan upacara-upacara yang dilakukan dulunya jadi bagian dari rutinitas masyarakat Sunda.

Jika kita amati, kepercayaan lokal di berbagai daerah juga mengalami hal sama. Hanya beberapa desa yang masih mengamalkan dan memilih untuk bertahan dengan adat dan tradisi yang sudah ada turun temurun itu. Desa-desa itu yang biasa kita kenal dengan nama desa adat, jumlahnya pun relatif sangat sedikit.

Bagi saya pribadi, ini tentu saja cukup mengkhawatirkan. Jika orang Sunda sudah melupakan tradisi mereka sendiri, nantinya tradisi-tradisi tersebut sudah nggak dikenal lagi oleh generasi-generasi yang akan datang. Selanjutnya, tradisi tersebut bakal hilang kayak kebanyakan temen kita yang hilang kalau kita sedang dalam kesusahan. Eh.

Bagaimanapun tradisi lokal merupakan sebuah kekayaan budaya yang selayaknya mendapat perhatian lebih. Setidaknya agar orang-orang Sunda di era sekarang ini maupun ke depannya tahu mengenai tradisi dan budayanya sendiri. Makanya penting untuk mempelajari kebudayaan karena rasanya kurang afdal jika kita mengaku sebagai orang Sunda hanya karena dilahirkan di tanah Sunda tanpa tahu budaya kita sendiri.

Penulis: Arik Gustian Satria Ferdian
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Reaksi Saya sebagai Orang Sunda Saat Dipanggil Mas.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2023 oleh

Tags: Dewi Sriorang sunda
Arik Gustian Satria Ferdian

Arik Gustian Satria Ferdian

Eks mahasiswa sejarah yang memiliki ketertarikan terhadap sepak bola dan apa pun yang bernada sastra.

ArtikelTerkait

Memahami Bahasa Medan Sehari-hari biar Kamu Nggak Ngerasa Digas

Kamus Bahasa Sunda yang Perlu Dipelajari Biar Kamu Lebih Nyunda

5 Mei 2020
Kata ‘Aing’ dan ‘Dia’ dalam Bahasa Sunda Banten Aslinya Nggak Kasar, Bro! terminal mojok.co

Ciri Khas Nama Sunda yang Unik dan Jadi Identitas Kebanggaan

14 Oktober 2020
4 Ciri Warung Sunda yang Masakannya Dijamin Enak, Salah Satunya Lalapan Selalu Segar

4 Ciri Warung Sunda yang Masakannya Dijamin Enak, Salah Satunya Lalapan Selalu Segar

20 November 2025
Sisi Lain dari Orang Sunda yang Murah Senyum Mojok.co

Sisi Lain dari Orang Sunda yang Murah Senyum 

14 November 2023
cewek bandung cantik, orang sunda

Cari Jodoh? Orang Sunda aja

31 Mei 2020
Pedoman Etika bagi Perantau Pemula di Tanah Sunda Terminal Mojok

Pedoman Bersikap Ramah sebagai Perantau Pemula di Tanah Sunda

20 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.