Tahun ini, seharusnya DCEU merilis dua film untuk tayang di layar lebar. Dua film tersebut yakni Black Adam dan Shazam: Fury Of The Gods. Karena harus bersaing dengan Avatar 2 pada Desember nanti, DCEU terpaksa mengalah dengan menggeser jadwal penayangan Shazam: Fury Of The Gods pada Maret tahun depan. Praktis, hanya Black Adam saja yang rilis tahun ini.
Black Adam sudah lama dinantikan fandom DC. Selain karena bercerita sosok anti-hero, Black Adam dibintangi oleh Dwayne “The Rock” Johnson yang merupakan salah satu aktor dengan bayaran termahal di dunia. Dan yang paling mengejutkan, The Rock sudah lama diproyeksikan menjadi Black Adam 15 tahun silam! Berkali-kali delay karena satu dan hal lain, Black Adam resmi tayang di layar lebar pada 19 Oktober 2022.
Saya langsung pesan tiket di hari pertama biar nggak kecipratan spoiler panas gara-gara medsos. Dan overall, Black Adam dibilang jelek sih nggak, cuma kalau dibilang bagus banget ya nggak juga. Ada plus-minusnya lah ya kenapa saya bilang gini.
Jika kalian pencinta film action, film ini cocok untuk kalian. Pada film ini, semua konflik harus selesai dengan cara adu jotos. Dari awal sampai akhir, penonton tak akan sempat menguap karena fight scene-nya bikin mata melek terus. Adu bacot bentar doang, langsung dilanjut adu jotos. Lirik dikit, jotos. Pokoke jotos-jotosan. Koreografi pertarungan jadi nilai plus film ini.
Setiap adegan action didukung dengan sinematografi yang menawan. Seluruh elemen di belakang layar berhasil membawa suasana film menjadi nyata. Seperti saat adegan di udara, suasana masa lalu, kehidupan di dunia lain, dan lain sebagainya. Semua direkam dengan baik dibantu dengan scoring yang mengiringi.
Action dari Black Adam sangat bagus. Terbukti dari awal kita disuguhi aksi dari The Rock menghabisi musuh sampai akhir. Namun, apakah Black Adam juga didukung dengan cerita yang bagus? Sayangnya, nggak.
Cerita dari Black Adam sangat simpel sehingga beberapa poin kurang dinarasikan dengan baik. Memang film ini menceritakan Black Adam sebagai anti-hero melawan musuh seperti Justice Society of America (JSA) dan Intergang untuk melindungi Kahndaq. Sayangnya, kurang dijelaskan beberapa poin penting seperti latar belakang Ishmael, cerita Adrianna yang kurang dikupas dengan emosional, dan kenapa harus JSA yang datang, bukan Justice League, untuk menengahi konflik.
Beberapa plot cerita mudah sekali ditebak oleh penonton. Dari awal sampai akhir, plot yang disajikan terkesan murahan sehingga mengurangi antusias dari penonton. Kalian bisa lihat pada saat adegan Black Adam bangkit dari kubur yang dengan gamblang diperlihatkan dalam film. Silahkan kalian cari sendiri mana yang saya maksud biar nggak kebanyakan spoiler di sini.
Karakterisasi pemain juga menjadi sorotan. Beberapa bagus, namun beberapa lainnya cukup mengganggu. Black Adam berhasil digambarkan sebagai anti-hero yang punya jalan sendiri melawan ketidakadilan. Beberapa kali juga bodo amat dengan saran JSA agar nggak sembarangan bunuh musuh. JSA juga demikian. Kelompok superhero beranggotakan Dr. Fate, Hawkman, Cyclone, dan Atom Smasher digambarkan sebagai kelompok cinta damai dan nggak bakal main fisik jika kondisi memaksa mereka. Sayang, hanya Dr. Fate dan Hawkman saja yang mencuri perhatian. Kita semua sepakat jika tanpa kehadiran Dr. Fate dan Hawkman, film dari Black Adam bakal kurang banget.
Yang cukup mengganggu bagi saya yakni dengan kehadiran anak Adrianna. Setiap kali dapat menit main, selalu ada ocehan cringe ngalor-ngidul yang bikin gemes. Kalau bagi kalian wajar, ya maaf bagi saya nggak nyaman buat didenger. Padahal joke sarkas The Rock sudah disusun dan pecah telor, eh dirusak sama bacotan bocah cringe.
Kesimpulannya, Black Adam lebih cocok ditonton bagi pencinta film action minim adu bacot. Tiap menit, tiap detik, DCEU dan WBD berhasil memberikan action yang mantap dibantu dengan sinematografi yang ciamik. Tapi, dengan banyaknya adegan fighting yang disajikan, sutradara jadi lupa dengan story yang seharusnya bisa disusun lebih rapi agar nggak kelihatan ampas. Dua jam bukan waktu yang ideal bagi Black Adam jika film ingin diceritakan lebih detail. Sebagian penonton malah nggak sadar jika pacing film terlalu cepat karena asyik nonton mereka baku hantam selama dua jam.
Atau memang itu tujuannya: dibikin penuh action karena nggak bisa bikin cerita yang bagus?
Black Adam belum bisa menyaingi pendahulunya seperti Aquaman dan The Suicide Squad. Namun, jika kalian ingin bernostalgia dengan film buatan Zack Snyder, Black Adam wajib ditonton karena punya vibe seperti Man of Steel yang banyak baku hantam serta efek slow motion khas dari Zack Snyder.
Dan buat yang belum nonton, jangan angkat kaki dari bangku bioskop dulu ya. Pokoknya jangan.
Sumber gambar: Akun Instagram @blackadammovie
Penulis: Muhammad Haekal Ali Mahjumi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA The Batman: Film Superhero kok Begini?