Netflix baru saja merilis serial terbaru berjudul Glitch, sebuah misteri-komedi yang bercerita tentang penculikan manusia oleh alien. Serial ini ditulis oleh Jin Han Sae yang sebelumnya juga menulis untuk serial Netflix, Extracurricular. Di kursi sutradara, ada Roh Deok (Very Ordinary Couple). Glitch adalah serial pertama Roh Deok. Dan duet Han Sae X Deok menghasilkan perpaduan gaya yang “nyeleneh” dan janggal, berbeda dari drama Korea secara umum.
Serial ini juga menggaet Jeon Yeo Bin (Vincenzo, After My Death) dan Im Jin Ah alias Nana (The Swindlers) sebagai pemeran utama. Keduanya menampilkan chemistry yang kuat sebagai sahabat dan sukses membuat penonton mau berempati walau yang mereka lakukan kadang konyol dan nggak masuk akal.
Perpaduan cerita alien dan pseudoreligion
Glitch mengisahkan tentang pencarian Lee Si Guk (Lee Dong Hwi), kekasih Hong Ji Hyo (Jeon Yeo Bin) yang tiba-tiba menghilang secara misterius. Hilangnya Si Guk diduga berhubungan dengan penampakan alien yang Ji Hyo lihat. Dengan bantuan Huh Bo Ra (Nana) dan anggota lain dari klub UFO, Ji Hyo mendekati rahasia besar yang menggemparkan.
Tak seperti yang saya duga sebelumnya bahwa serial Netflix terbaru ini akan menjadi serial misteri seperti Stranger Things atau science fiction seperti film Denis Villeneuve, Arrival, Glitch justru memadukan cerita alien dengan pseudoreligion (kultus/sekte) yang secara mengejutkan jadi satire yang tajam. Tentu saja ini hal bagus lantaran Glitch berani keluar dari formula cerita alien yang membosankan—mereka membuat cerita ini menjadi lebih membumi tanpa menghilangkan unsur konspirasi yang kompleks.
Meski Glitch memiliki premis yang menarik dan karakter utama yang kuat, serial ini nggak mampu menuntaskan subplot yang sudah diperkenalkan kepada penonton di awal. Misalnya, apa yang sebenarnya terjadi pada Si Guk (dan ke mana perginya kucing Si Guk, Ji Young), penjelasan yang kuat tentang penampakan alien yang (hanya) Ji Hyo lihat, dan beberapa karakter yang nggak berkembang. Konklusi besarnya pun tampak ditulis dengan malas. Penulis mampu bertele-tele selama sepuluh episode, tapi nggak mampu menuntaskannya dengan baik. Jujur, saya kurang puas dengan serial Netflix terbaru ini.
Gagal menghibur penonton
Sebetulnya kalau penulis bisa fokus ke konflik utama, Glitch akan jadi serial Netflix yang paling unik tahun ini. Jika materi cerita dipadatkan menjadi 6 atau 8 episode dan beberapa karakter nggak penting dihapus, Glitch akan sangat efektif dan lebih seru. Untuk apa membuat penonton penasaran dengan perintilan kecil kalau pay-off di akhir nggak layak?
Selain itu, serial ini juga buruk dalam menempatkan lelucon. Sebagian besar lelucon ditulis dengan rapi, tetapi beberapa ditempatkan di momen yang nggak pas. Misalnya, momen ketika Ji Hyo sedang berpura-pura menjadi Mesias. Kenapa di momen yang seharusnya menegangkan itu harus ada lelucon yang nggak perlu—lucu nggak, bikin gedek iya.
Meski gagal menjadi tontonan yang sepenuhnya menghibur, harus saya akui Glitch berhasil dalam beberapa hal. Salah satunya adalah dalam pengemasan narasip eksistensialisme yang sedikit banyak mengingatkan saya pada film terlarang Anunnaki. Film ini juga konon menceritakan alien adalah Tuhan yang telah membangun bumi ketika umat manusia belum cukup canggih. Selain itu, Glitch juga mengingatkan saya pada Eternals, film Marvel yang memiliki kesamaan narasi dengan Anunnaki. Bedanya, Glitch dikemas dengan lebih sederhana dengan menggunakan pseudoreligion yang memang umum di masyarakat.
Glitch juga tribute untuk para ahli teori konspirasi yang mendedikasikan hidup mereka untuk menemukan kebenaran di balik video YouTube dan buku-buku yang kebenarannya diragukan. Glitch cukup percaya diri dengan hal tersebut, dan itu bagus. Serial ini sangat ambisius, dan kadang cenderung ke arah pretensius, tetapi tampaknya para kreatornya nggak peduli dengan itu. Mereka hanya percaya pada apa yang mereka buat. Saya apresiasi kepercayaan diri itu.
Sungguh sangat disayangkan premis yang menarik dan jajaran cast yang mumpuni nggak dimaksimalkan dengan baik. Serial Netflix terbaru ini berakhir jadi sajian anyep yang porsinya kebanyakan.
Jujur saja, nggak ada banyak alasan untuk menonton serial ini. Kalau kalian nggak punya cukup banyak waktu dan bukan pegiat teori konspirasi atau tertarik pada cerita soal alien, sebaiknya di-skip saja. Satu-satunya alasan saya menonton adalah karena Jeon Yeo Bin dan Nana. Untung saja keduanya tampil brilian.
Penulis: Rizal Nurhadiansyah
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 10 Serial Netflix Paling Buruk yang Pernah Ada.