Lama saya tidak nulis di mojok, eh maksud saya terminal mojok. Saya tahu para pembaca budiman yang membaca tulisan-tulisan saya begitu rindu dan haus akan mutiara hikmah yang terkandung di dalam tiap tulisan saya. Saya bukannya tidak menulis dan mengirimkannya ke terminal mojok kok, bukan. Tulisan-tulisan yang saya kirim ke sana banyak yang mental. Alias ditolak. Aduh jadi pingin misuh. Eh kok malah curhat? Ya itu sebagai intermezo saja.
Untuk menyambut kedatangan saya yang siap menghentak jagad dunia perjombloan tanah air, maka setelah permenungan yang lama, pada akhirnya kali ini saya akan kembali mengisi kekosongan-kekosongan di hati para pemirsa sekalian dengan tulisan nirfaedah yang saya buat. Terima kasih sudah mau menunggu.
Kali ini saya akan memulainya dengan kata bahasa. Bahasa adalah sebuah kesepakatan, konsensus bersama, dan misuh adalah sistem tanda yang pastinya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Maka misuh bisa dibilang juga sebuah kesepakatan bersama (ini kesoktahuan saya saja, jangan terlalu dipercaya).
Netizen Indonesia yang maha benar, tidak pernah salah baik perangainya, dan luhur budinya. Dalam menggunakan media sosial tentunya ingin melakukan yang terbaik dalam segala hal. Entah itu membranding diri, fokus jualan, menulis di dinding media sosial, maupun memisuhi liyan atau keadaan sebagai hasrat dan bentuk eksistensi pelampiasan yang hakiki kepada hidup yang makin lama makin berat ini. Karena sebagian netizen memiliki falsafah hidup “saya misuhmaka saya ada”.
Namun ternyata misuh seringkali dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik, buruk, dan tidak etis, menentang norma kesopanan cum adat ketimuran. Padahal dalam penelitian disebutkan bahwa kadar misuh bisa menentukan kadar kecerdasan seseorang. Meskipun saya tidak tahu apa relevansi keseringan misuh dengan kecerdasan.
Pro dan kontra terkait pisuhan pun semakin menjadi-jadi. Dalam semesta permakian, kita terpecah menjadi dua kubu. Ada yang pro dengan misuh ada yang kontra dengan misuh.
Nah untuk itu, kali ini saya datang dengan membawa segenggam cinta pandangan dan niat baik untuk menggabungkan dan mengakomodasi antara golongan pro maupun kontra dalam dunia permakian tadi. Saya mengusulkan jalan tengah, yakni jalan memaki dengan cara yang halus dan benar.
“Tapi kan tetap saja itu misuh namanya, sayang” kata mba-mba cantik kecamataan, yang ada andeng-andeng kecil di ujung kanan dagunya, yang sedang membaca tulisan ini. Ya setidaknya pisuhan yang saya usulkan ini tidak sevulgar, separah dan sefanatik orang-orang yang gemar misuh dengan kaffah itu.
Ini juga sebagai sebuah ikhtiar saya untuk menjaga stabilitas netizen dalam menggunakan media sosial dengan bijak dan ngegas.
Lalu pisuhan apa saja yang bisa digunakan untuk memaki dengan halus tanpa mengurangi bobot makna yang dikandungnya, berikut penjelasannya.
1. Bgsd
Nah inilah keunikan bahasa, ia termaknai dalam kognisi kita dengan sendirinya. Orang yang pro dan kontra dengan permisuhan pun paham dengan apa yang saya tulis. Entah kalau maksud, motif dan tujuan. Itu si tergantung siapa yang sedang berkepentingan. Secara estetika pesan pun, bgsd itu malah seperti menyampaikan pesan damai kepada sesama, ungkapan kemesraan, dan keakraban sesama netizen yang enteng betul jarinya dalam mem-bgsd-i liyan.
Nah kata-kata ini mungkin bisa menjadi alternatif makian kasar dengan cara yang halus.
2. Qntl
Lihat betapa uniknya huruf-huruf ini, dan sebagian besar dari kalian saya haqqul Yaqin pasti mengerti dan paham dengan susunan huruf tersebut mengartikan atau menandakan apa. Ya, pisuhan yang seperti inilah yang sebetulnya bisa diakomodasi oleh kedua kubu yang bertentangan tadi. Agar terjalin sebuah keakraban yang paripurna.
Bukankah manusia itu diciptakan oleh Tuhan untuk saling mengenal kemudian saling melupakan dan meninggalkan tanpa alasan satu sama lain. Qntl menjadi semacam oase di Padang pasir yang tandus. Tanpa menyakiti hati liyan, Qntl menjadi semacam makian yang bersahabat dan lucu Lucu endase
3. Jmbd
Ya betul sekali pikiran kita sama, kita tahu apa makna dan arti huruf tersebut. Persis. Tapi yang membedakannya adalah impresi, tekanan yang ditimbulkan oleh kata jmbd bagi tiap-tiap orang pasti berbeda.
Jmbd dengan beragam penekanan dan tinggi rendah suara juga menentukan pesan yang dibawa oleh kata jmbd. Sebagaimana seperti kata bgsd.
Memang ada hal-hal yang berbeda, bagaimana cara menyampaikan dan siapa yang menyampaikan. Oleh karenanya jika ingin memaki kepada orang lain seharusnya kita juga perlu berpikir dua kali, tapi kebanyakan otak netizen negara +62 memang mengandung DNA Bar-bar, kalau sudah memaki, kadang lupa daratan, bahkan berpikir saja tidak. Pembaca mojok boleh bgsd tapi jangan berlebihan ya. Ingat apa-apa yang berlebihan itu tidak baik.
4. Asw
Meskipun ia tidak salah, tapi dalam keadaan marah, warga +62 biasanya sering menggunakan kata ini untuk melampiaskan kekesalannya terhadap keadaan maupun kepada orang lain.
Dengan menggunakan kata asw ini, diharapkan bisa meminimalisir perpecahan di antara netizen yang sedang menjalani laku misuh. Dan tentu saja kita sebagai manusia yang beradab berharap yang terbaik, agar tidak sampai terjadi baku hantam. Meskipun Tuhan menciptakan dua tangan untuk baku hantam.
5. Mntn
Kenapa kata ini saya masukan di sini? Ya itu ciri khas tulisan saya, pokoknya harus ada twistnya di akhir meskipun terkesan memaksakan. Memang mntn salah apa? Loh kamu ga tahu ya sebagian mntn itu ada yang merangkum semua 4 makian di atas. Setuju? Angkat tangan yang setuju dengan saya? Turunkan tangannya yang tidak setuju dengan saya. Ya terima kasih.
Nah demikianlah setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, setiap ada tulisan pasti ada pembacaan. Saya percaya kepada para pembaca tulisan saya yang budiman sudah pada cerdas, dan bisa mengambil intisari hikmah dan hakikat pesan sebenarnya yang ingin saya sampaikan di dalamnya. Atas perhatiannya selama ini saya ucapkan terima kasih. Salam sayang dari sini.
BACA JUGA Misuh dan Pergaulan Anak Muda atau tulisan Juli Prasetya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.