Toilet pesawat adalah toilet paling nggak nyaman, titik!
Hampir seluruh moda transportasi pernah saya gunakan selama hidup berkarier sebagai pemudik. Mulai dari kapal Pelni jarak jauh, bus AKAP, kereta, dan pesawat. Tapi, ada satu moda yang selalu bikin saya deg-degan. Betul tebakan kalian, pesawat.
Benar bahwa pesawat adalah transportasi paling aman, dengan rasio kecelakaan yang paling kecil. Tapi, tetap saja, berada di ketinggian ribuan meter bukanlah hal yang menyenangkan juga kalau dipikir-pikir. Selain perkara keamanan, ada satu hal yang bikin saya deg-degan dengan pesawat, yaitu toilet pesawat.
Saya pikir, selain toilet kereta api, toilet pesawat adalah toilet paling nggak nyaman yang pernah saya coba. Bahkan, menurut saya, mendingan toilet kereta api. Kalau toilet bus mah, anggap aja itu aksesoris, wong seringnya nggak dipakai.
Pasti kalian bertanya-tanya, kok bisa? Bahkan ketimbang kereta api?
Baiklah, saya beri alasannya.
#1 Harus memilih waktu yang tepat
Waktu yang tepat adalah kunci kalau pengin memakai toilet pesawat. Saya punya pengalaman tersendiri perkara ini.
Dalam perjalanan dari Makassar ke Cengkareng (Bandara Soetta), saya sempat mengalami gejolak perut yang bikin saya mau nggak mau harus pakai toilet pesawat. Padahal, sepanjang perjalanan dari rumah ke Bandara Hasanuddin, perut saya biasa saja.
Nah, dalam proses panggilan alam, ha kok ada pengumuman kalau penumpang harus berada di kursi penumpang. Ya mau nggak mau, saya akhiri panggilan alam meski tidak tuntas. Kalian pasti paham rasa yang tak usai itu kek mana
Maka dari itu, kalau terpaksa pakai, mending segera pakai sewaktu perjalanan baru dimulai atau paling lambat di tengah-tengah. Kalau sudah di akhir perjalanan, ya mau gimana lagi, tahan sekuat tenaga. Sedih? Saya tahu kok rasanya.
#2 Nggak tenang karena turbulensi
Saya masih parno ketika terjadi turbulensi, meskipun jam terbang saya sudah cukup banyak. Ketika dihadapkan pada situasi mules di toilet pesawat dan turbulensi yang terjadi secara bersamaan. Saya sangat tidak tenang dan bimbang untuk fokus menyelesaikan masalah perut atau berdoa meminta keselamatan. Sungguh pengalaman BAB yang paling tidak syahdu selama saya hidup.
“Eh, tapi toilet kereta api kan goyang-goyang, jadi nggak nyaman juga.”
Ya beda atuh, ini turbulensi. Kereta mah goyangnya nggak sengeri pesawat.
#3 Konsep toilet kering
Bilik toilet yang terdapat dalam pesawat memiliki konsep kloset yang sangat jauh berbeda dengan apa yang biasa saya temui. Kloset dari toilet pesawat sangat kering dan tidak memiliki genangan air, bahkan tidak ada alat penyemprot air di sebelah kloset. Teknologi yang digunakan dalam kloset adalah vacuum dengan permukaan antilengket seperti panci.
Mungkin ini satu dari sedikit perkembangan teknologi yang begitu saya benci. Mana bisa saya sebagai orang Indonesia pada umumnya menggunakan toilet dengan konsep yang minim air dan kering seperti di toilet pesawat? Beruntung saya tak lupa membawa satu botol air mineral ke dalam toilet saat itu.
#4 Nggak bisa santai
Dengan jumlah penumpang sebanyak itu, saya heran kok bisa-bisanya bilik toilet cuman ada dua. Hal itu bikin saya sering kali nggak tenang dalam memakai toilet. Ha ya gimana, kalau ada yang ngantre kan jadi nggak tenang. Bikin waswas kalau kebetulan harus memakainya dalam waktu yang lama.
#5 Nggak bisa lepas alas kaki
Saya adalah aliran orang yang ketika melaksanakan “panggilan alam” wajib mencopot alas kaki. Sayangnya saat menggunakan toilet pesawat, kita dilarang melepas alas kaki. Hal ini saya ketahui saat saya iseng mencari berbagai hal unik terkait pesawat. Katanya dengan tetap menggunakan alas kaki akan meningkatkan persentase keselamatan saat keadaan darurat dan tidak bau sikil selama perjalanan. Tapi, bikin nggak nyaman saat menunaikan panggilan alam.
Itulah alasan-alasan yang bikin saya beranggapan kalau toilet pesawat itu adalah toilet paling nggak nyaman untuk digunakan, bahkan ketimbang kereta api. Kalau kalian nyaman-nyaman aja, selamat. Anda pasti orang yang bisa survive di segala tempat. Tapi, kalau kalian juga nggak nyaman, nggak apa-apa, temennya banyak.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Toilet Bus: Fasilitas atau Sekadar Hiasan?