Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Ben & Jody, Perwujudan Keresahan Aktivisme Angga Dwimas Sasongko dengan Cara Bersenang-senang

Muhammad Sabilurrosyad oleh Muhammad Sabilurrosyad
30 Januari 2022
A A
Ben & Jody, Perwujudan Keresahan Aktivisme Angga Dwimas Sasongko dengan Cara Bersenang-senang terminal mojok.co

Ben & Jody, Perwujudan Keresahan Aktivisme Angga Dwimas Sasongko dengan Cara Bersenang-senang (Akun Instagram Visinema)

Share on FacebookShare on Twitter

Buat saya, Angga Dwimas Sasongko adalah sutradara dan pencerita handal di Indonesia. Saya sudah terpukau padanya semenjak film Hari Untuk Amanda. Setelah itu, karya-karya lainnya bermunculan menaikan namanya seiring dengan menguatnya nama Visinema sebagai wadah Angga untuk berkarya.

Kini, Visinema sudah lebih dari sekadar wadah berkarya Angga seorang. Sudah banyak film dihasilkan dari sutradara-sutradara lainnya. Hasilnya, tidak semua saya suka, tidak semua mendapat resepsi baik dari penontonnya pula. Tapi, hal yang saya selalu apresiasi adalah keberanian Visinema dalam bereksperimen dan bereksplorasi.

Secara genre dan pilihan tema, film-film Visinema begitu kaya. Mencoba animasi, bikin romansa sci-fi, atau eksplorasi beragam profesi mulai dari barista hingga dukun manten. Bukan cuma genre dan tema, akhir-akhir ini Visinema begitu menarik perhatian terkait memperlakukan IP (Intellectual Property).

Melalui film terbarunya, Ben & Jody, film ini seolah menjadi representasi langkah Visinema sekaligus Angga dalam menciptakan karya film. Secara mengejutkan, Ben & Jody yang merupakan karakter dari film Filosofi Kopi, tiba-tiba hadir dengan kemasan sajian film aksi. Ada banyak yang bisa dibahas. Mulai dari ide membuat film aksi itu sendiri, soal mengganti genre sebuah franchise, hingga eksplorasi temanya.

Pada akhirnya, film ini cukup berhasil dalam memasuk akalkan segalanya. Secara watak dan karakter, saya berhasil dibuat memahami adanya kemungkinan arah dunia Ben dan Jody jadi rollercoaster seru terjebak adu jotos dan tembak.

Ben yang awalnya tampak naif, idealis, dan keras kepala, terasa masuk akal apabila berakhir jadi seorang yang vokal melawan korporat yang mengancam masyarakat akar rumput. Sementara Jody, rasa sayangnya pada Ben serta kepintarannya memutar otak, rasanya mempermudah cerita untuk memasukkannya begitu saja ke pusaran konflik, sekaligus menjadi fasilitas memasukan elemen investigasi pada karakternya.

Film ini berhasil memanfaatkan karakter Ben dan Jody menjadi alat transisi genre yang berakhir cukup mulus. Karakter mereka berhasil menunggangi isu yang dibawa untuk kemudian dikemas dengan aksi-aksi menyenangkan.

Sebagai penonton biasa yang mengikuti perjalanan karier Angga Dwimas Sasongko, saya cukup tau kalau dia adalah sutradara yang juga getol bersuara sebagai aktivis. Dan melalui film ini, saya tak tertahankan mencoba cocoklogi akan apa saja isu yang disentil Ben & Jody.

Baca Juga:

Film Pangku Jadi Gerbang untuk Saya sebagai Laki-laki Memahami Isu Gender

Empire XXI Saya Nobatkan sebagai Bioskop Kesayangan di Jogja

Isu utamanya jelas, soal konflik agraria yang ter-capture pada konflik pengambilan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit. Setelah itu, beberapa isu terbaca melalui detail-detail kecil. Selain isu lingkungan dan aktivisme, ada soal premanisme, soal betapa sia-sianya melibatkan pihak berwajib yang pada akhirnya berjuang sendiri, hingga soal kurungan manusia yang ternyata, eh, kok, beneran ada?

Namun, jangan berharap isu yang dibawa di sini diperdalam. Tampaknya Angga pun secara jelas dan sadar memilihnya, bawa isu-isu yang ada cukuplah menjadi latar belakang cerita. Itu sebagai penyebab kenapa Ben dan Jody harus terseret dalam kondisi yang mengenaskan. Pada akhirnya, Angga tampak ingin bersenang-senang membuat film laga.

Untuk sajian laga, awalnya film tampak menolak menjadi sajian aksi mindless. Film berhasil meyakinkan saya bahwa Ben dan Jody bukanlah Rambo dan Chuck Norris. Sepanjang film mereka ketakutan, sempat mencoba melakukan aksi, tapi ketidakmampuan mereka membuat saya bisa memaklumi kekurangmampuan Angga meracik aksi spektakuler. Maksudnya, kalaupun film ini memiliki kesulitan meracik aksi spektakuler, film berhasil menemukan alasan penguat kenapa film ini lebih cocok ke arah realistis ketimbang aksi spektakuler mindless.

Ada alasan kenapa saya punya prasangka Angga masih belum luwes dalam meracik aksi dan ketegangan. Saya adalah salah satu penonton yang kurang puas dengan racikan aksi Angga di film Wiro Sableng. Jadi, kadang di satu sisi saya melihat ini sebagai penebusan Angga dalam menjajal genre laga atau aksi.

Hasilnya, film ini sangat jelas terlihat sebagai bukti perkembangan Angga dalam meracik aksi. Ben & Jody berhasil memiliki adu tembak, ledakan, dan koreografi silat yang memukau. Tapi di sisi lain, racikan itu belum bisa padat dan konsisten. Masih ada beberapa arahan aksi dan camerawork yang terasa miss.

Selanjutnya, kepercayaan saya pada film ini yang memilih jalur aksi realis mulai digoyahkan saat Ben dan Jody bertemu kelompok masyarakat yang tinggal di hutan. Dan mereka punya sekelompok orang yang bisa memanah orang dengan pose yang keren.

Saya tidak akan menganggap kehadiran orang-orang ini adalah media Angga memasukan isu masyarakat Adat, kalaupun ada ya cukup sebagai aksesoris. Pasalnya, secara kontribusi aksi, kehadiran mereka membawa elemen komikal dengan desain pakaian yang tampak keren. Belum lagi keikutsertaan anggota anak kecil yang bersikukuh mau ikut bertarung. Ini menjadi pertanda bagi saya kalau di babak ketiga, sajian aksi bakal sekalian untuk bersenang-senang. Yuk mari nikmati sajian aksi adu jotos, adu silat, hingga adu jurus silat.

Pada akhirnya, film tetap harus berakhir di Ben dan Jody. Kalau karakter masyarakat pedalaman adalah bagian yang komikal, Ben dan Jody adalah bagian serius dan realis. Ketika jatah layar sudah kembali ke mereka berdua, penonton akan dibawa kembali dari angan-angan, kembali menapak bumi, kembali melihat masalah dan isunya lagi.

Angga memang bersenang-senang membuat film ini. Meski resepsi penonton pada film ini cukup beragam, dan memang bukan film yang sempurna, Ben & Jody tetap sebuah eksplorasi yang menarik dari Angga dan Visinema.

Penulis: Muhammad Sabilurrosyad
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 Januari 2022 oleh

Tags: Ben & JodyFilmFilosofi Kopi
Muhammad Sabilurrosyad

Muhammad Sabilurrosyad

Tukang nonton.

ArtikelTerkait

Rekomendasi 5 Film Indonesia Terbaik Sepanjang Tahun 2023

Rekomendasi 5 Film Indonesia Terbaik Sepanjang Tahun 2023

27 Desember 2023
Pesan Moral dari Film Akhir Kisah Cinta Si Doel: Jangan Cari pasangan yang Terlalu Baik

Pesan Moral dari Film Akhir Kisah Cinta Si Doel: Jangan Cari pasangan yang Terlalu Baik

30 Januari 2020
Stigma Sarjana Matematika yang Bikin Malu Kalau Pamer Gelar terminal mojok.co

Rekomendasi Film tentang Matematika yang Pernah Saya Tonton

15 September 2020
Film Bokep Adalah Tontonan dengan Skenario Paling Membosankan yang Pernah Ada terminal mojok.co Kalau Bosan sama Skenario Film Bokep, Tonton Sampai Selesai dan Tambah Referensi Filmnya terminal mojok.co

Kalau Bosan sama Skenario Film Bokep, Tonton Sampai Selesai dan Tambah Referensi Filmnya

23 November 2020
Film-Film Bong Joon-ho dan Kapan Waktu Terbaik untuk Menontonnya

Film-Film Bong Joon-ho dan Kapan Waktu Terbaik untuk Menontonnya

12 Februari 2020
Di Kampung Saya, Tidak Boleh Ada Film yang Sad Ending terminal mojok.co

Di Kampung Saya, Tidak Boleh Ada Film yang Sad Ending

9 November 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.