Main atau tinggal di Jakarta, tapi nggak cobain kulinernya? Merugi sekali, Anda. Kuliner dengan rasa autentik dari berbagai daerah, harga receh rasa mevvah, kuliner cina peranakan, sampai kuliner timur tengah dan makanan ala Eropa kegemaran para ekspatriat yang tinggal di Kemang tersedia di Jakarta. Kalian tinggal pilih yang sesuai bujet saja. Tapi, yang paling wajib dicicipi adalah kuliner legendaris di Jakarta.
Bicara soal kuliner legendaris, biasanya yang terpikir adalah area Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Nggak salah, tapi juga kurang tepat. Untuk membuktikannya, simak daftar kuliner legendaris di Jakarta berikut ini. Let’s go!
#1 Bakso Kumis Blok S (sejak 1970-an)
Jajanan nomor satu sedunia sudah pasti bakso. Dan tempat kulineran paling komplet di Jaksel sudah pasti Blok S. Gampang banget cari Bakso Kumis Blok S, kalian tinggal datang ke Pujasera Blok S di Jalan Birah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Bukanya mulai pukul 09.00 sampai tengah malam.
Bakso di sini jadi favorit saya lantaran kuahnya bening, nggak menggunakan rebusan tetelan dan tulang. Selain itu, rasa baksonya pun jadul, nggak aneh-aneh. Ada dua jenis bakso di tempat ini, bakso urat dan bakso halus. Harga seporsi Bakso Kumis Blok S memang cukup mahal dibanding yang lain, tapi nggak nyesel, kok. Makan dua butir bakso saja tanpa perlu tambahan mi—di sini memang nggak disediakan mi—sudah bikin perut kenyang.
Bagi yang suka kuah bakso berlemak dan tasty, mungkin kalian akan sedikit kecewa. Tapi percayalah, kalian nggak bakal lupa rasa bakso di tempat ini begitu mencicipinya sekali. Satu lagi yang menarik, pembeli bisa meracik bumbu sendiri, lho.
#2 Soto Jakarta Bang Madun (sejak 1970-an)
Masih di Kebayoran Baru, tepatnya di Jalan Barito, ada soto legendaris yang resep sotonya sesuai kaidah persotoan. Ilmu dari almarhum Pak Bondan, nih, beda soto dengan sop ada pada dagingnya. Daging sop direbus saja, sedangkan daging untuk soto selain direbus juga digoreng.
Soto Jakarta Bang Madun rasanya berbeda dari soto ala Jakarta lainnya. Kuahnya dicampur susu, nggak cuma santan seperti soto Betawi pada umumnya, dan ada campuran sambal kacang! Bikin teringat pecel rawon Banyuwangi lantaran konsepnya sama, makanan berkuah ditambah sambal kacang.
Kalau kalian sudah cobain Soto Jakarta Bang Madun, nggak bakalan lupa rasanya, serius! Tempat makan ini buka mulai pukul 08.00, pas untuk sarapan. Jangan datang di jam makan siang, sudah pasti antre dan susah dapat tempat duduk.
#3 Gado-gado Cemara (sejak 1947)
Kalau sudah sarapan penuh karbo, waktunya brunch. Pilih menu yang nggak bikin perut terlalu kenyang dan tentunya berserat, apalagi kalau bukan gado-gado. Umumnya, orang akan menyebut Gado-gado Bonbin di Jalan Cikini jika menyebut gado-gado legendaris, tapi saya lebih suka Gado-gado Cemara.
Kuliner legendaris satu ini berada di Jalan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di Gado-gado Cemara, racikan bumbunya adalah kacang tanah yang dicampur dengan kacang mete. Gimana nggak nagih coba? Sudah pasti enak, no debat.
Kalau kalian nggak suka gado-gado, tempat makan satu ini menyajikan menu lainnya. Ada asinan sayur, lontong cap gomeh, ikan pesmol tenggiri, sop buntut, gule kambing, nasi goreng kambing, hingga es duren. Praktis buat berkunjung sekeluarga dengan selera makanan yang berbeda-beda.
#4 Restoran Trio (sejak 1947)
Jam makan siang di Jakarta Pusat paling tepat pergi ke restoran dengan menu beragam. Nah, kalau kalian nggak keberatan soal kehalalan makanan, bisa makan babi panggang lho di Restoran Trio di Jalan Soeroso, Cikini. Jam bukanya agak tricky, dari pukul 10.00 sampai 14.00, kemudian buka lagi pukul 16.00 sampai 20.00. Harganya agak pricey, kisaran ratusan ribu per orang. Tapi, katanya sih sesuai banget sama rasa makanannya.
Apa yang bikin rasa makanan Restoran Trio istimewa? Meski restoran, rasa makanan di sana katanya rumahan banget, bikin ingat makanan buatan ibu dan kampung halaman. Terutama bagi kalian yang beretnis Tionghoa, ya.
#5 RM Pondok Djaja (sejak 1969)
Pengin dapat banyak menu untuk dikunjungi sekeluarga dan halal? Ke rumah makan Padang, dong. Lokasinya ada di Jalan Hasyim Ashari, Jakarta Pusat. Salah satu rumah makan Padang tertua di Jakarta, nih. Banyak yang bilang RM Pondok Djaja nggak autentik lantaran rasa makanannya khas Minang Melayu dengan ciri perpaduan masakan Padang dan peranakan.
Sebagai rumah makan Padang tertua, menu paling laris di sini bukan rendang, melainkan ayam goreng. Buka mulai pukul 11.00 sampai 16.00 saja, jadi jangan sampai kesorean kalau ke sana.
#6 Es Krim Ragusa (sejak 1932)
Setelah makan makanan bersantan, paling enak membasahi rongga mulut pakai es krim. Soal es krim, nggak ada yang lebih legendaris dari Es Krim Ragusa di Gambir. Vibe toko es krim jadul berasa banget di sini, jadi sebaiknya makan di tempat biar rasa es krim jadulnya makin nendang. Buka mulai pukul 10.00 sampai 21.00. Setelah pandemi, kabarnya mereka nggak melayani dine in, sih.
Favorit saya, dan sepertinya banyak orang, adalah Spaghetti Ice Cream dan Banana Split. Atau kepingin rasa yang lebih sederhana khas abang-abang jualan? Ada es krim nougat (kacang) dan vanilla. Versi rame pun ada, es krim tiga rasa yaitu nougat, strawberry, vanilla dengan bolu pandan dan coklat. Kalau ke sini jangan kaget dengan enci-enci yang jutek, ya. Blio seperti itu biar pengunjung lebih tertib. Maklum, antrean panjang, Gaes.
#7 Kopi Es Tak Kie (sejak 1927)
Nggak suka es krim yang rasa susu banget? Ngopi saja gimana? Yuk, ke Kopi Es Tak Kie di Gang Gloria, Glodok. Jangan kesiangan, tempat ini sudah tutup pukul 14.00 siang dan buka sejak pukul 06.30. Suasana kedainya pecinan banget, nggak afdal kalau nggak duduk sebentar di sini.
Kopi di sini istimewa, konon terbuat dari racikan lima jenis kopi Lampung. Menunya sedikit, hanya ada kopi hitam dan kopi susu. Meski begitu, perlu datang ke kedai ini setidaknya sekali seumur hidup untuk merasakan ngopi di kedai kopi pecinan jadul. Kalau mau ngemil pun bisa, asal nggak keberatan dengan makanan non-halal. Ada menu bakso pangsit, bakmie, dan nasi campur.
#8 Nasi Tim Pasar Pagi Ayauw (sejak 1968)
Jangan sedih kalau nggak bisa ngemil di Kopi Es Tak Kie. Di Pasar Pagi lantai 1, ada nasi tim legendaris Ayauw rekomendasi almarhum Bondan Winarno. Nasi tim adalah makanan khas peranakan, dan mumpung di area Kota Tua, kalian harus coba nasi tim pagi di sini. Hanya perlu jalan kaki sebentar dari Glodok ke Asemka.
Favorit saya biasanya ditambah telur ayam kampung mentah di atas nasi yang panas. Supaya telur terasa lebih enak karena kematangannya pas, biasanya saya tutup dengan nasi panas. Atau bisa juga diaduk saat nasi masih panas. Sebagai pelengkap, ada semangkok kuah kaldu ayam panas dan acar ketimun. Nggak kepingin makan nasi? Tenang, ada bakso goreng, otak-otak, siomay, dan cakwe.
#9 Mie Ayam Pinangsia (sejak 1968)
Nggak afdal ke Jakarta tanpa mencicip mi ayam, menu favorit jutaan warga. Kalau makanan peranakan nggak cocok di lidahmu, mi ayam pasti cocok-cocok saja, kan? Masih di area Kota Tua, ada kedai mi yang sangat terkenal. Lokasinya di Jalan Pinangsia Raya. Kata mereka yang mengerti, Mie Ayam Pinangsia ini perpaduan mi gaya Hongkong dengan rasa mi ayam khas Jakarta.
Kabarnya mi ayam di kedai ini autentik, bisa menjadi standar mi ayam khas Jakarta. Selain rasa mi yang jadul, rasa topping ayamnya juga lumer. Kedai ini juga menyajikan nasi tim dan nasi capcay. Buka sejak pukul 07.30 sampai 18.00, cocok untuk samilan sebelum makan malam.
#10 Nasi Uduk dan Ayam Goreng Mat Lengket (sejak 1973)
Buat yang suka kuliner malam, Nasi Uduk dan Ayam Goreng Mat Lengket di Cipinang ini buka dari pukul 17.00 sampai 22.00. Lokasinya di Jalan Raya Bekasi Timur, Klender, Jakarta Timur. Mudah ditemukan kok karena selalu ada antrean.
Apa yang bikin pengunjung ramai antre? Cerita dari mulut ke mulut, sejak awal buka sampai sekarang pihak pemilik nggak bersedia membuka cabang karena ingin menjaga kualitas rasa. Soal kualitas memang juara, dalam sehari habis 200 ekor ayam kampung! Bukan ayam biasa, harus ayam kampung yang diternak di kampung, dibiarkan berkeliaran bebas, dan masih perawan. Duh, mau jadi ayam goreng saja syaratnya banyak, yha~
#11 Asinan Betawi H. Mansyur (sejak 1970-an)
Dikenal juga dengan nama Asinan Kamboja karena lokasinya di Jalan Kamboja, Rawamangun, Jakarta Timur. Asinan Betawi itu berbeda dengan asinan Bogor, kalian harus coba minimal sekali kalau ke Jakarta. Nah, asinan Betawi paling enak se-Jakarta ya di sini tempatnya. Buka pukul 10.00 sampai 21.00. Saking terkenalnya, tiap ke sini pasti antre. Meski antreannya panjang, pelayanannya cepat, kok.
Isian di Asinan Kamboja ini ada selada, timun, toge, tahu mentah dipotong dadu, kacang dan kol mentah diiris. Kemudian disiram dengan bumbu kacang khas asinan dengan rasa gurih, pedas, manis, dan asam. Pelengkapnya ada kerupuk mi kuning dan kerupuk pink. Duh, saat ngetik ini saja saya nggak sadar menelan ludah. Enak banget, sumpah! Kalau sudah merasakan enaknya Asinan Kamboja, saat makan asinan betawi di tempat lain, pasti rewel protes soal ini itu.
Kalau diperhatikan, 11 tempat kuliner di atas bisa dikunjungi dalam waktu satu hari, lho. Saya sengaja menulis tempat yang mudah dijangkau baik kendaraan umum maupun pribadi. Siapa tahu kalian hendak berkunjung ke Jakarta dan ingin makan beragam kuliner enak di lokasi yang berdekatan.
Sebenarnya banyak banget kuliner legendaris di Jakarta. Karena Jakarta adalah melting pot beragam budaya, makanya kulinernya pun beragam. Dan nggak susah untuk mencari kuliner dengan rasa autentik atau sudah dimodifikasi namun tetap sopan pada pakem resepnya. Tinggal pilih mana yang sesuai selera, bujet, dan kondisi kesehatan. Jangan sampai seharian sibuk berwisata kuliner lalu besoknya angka kolesterol mencelat sampai ke planet lain.
Stay healthy, stay hungry, Gaes!
Penulis: Aminah Sri Prabasari
Editor: Intan Ekapratiwi