Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Anime

Nonton Rurouni Kenshin Saat Anak-anak dan Dewasa Itu Beda Sensasinya

Raden Muhammad Wisnu oleh Raden Muhammad Wisnu
22 Januari 2022
A A
Nonton Rurouni Kenshin Saat Anak-anak dan Dewasa Itu Beda Sensasinya terminal mojok.co

Nonton Rurouni Kenshin Saat Anak-anak dan Dewasa Itu Beda Sensasinya (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bisa dikatakan, Rurouni Kenshin merupakan sebuah anime terbaik di dekade 90-an. Anime yang diadaptasi dari manga karya Nobuhiro Watsuki ini bercerita tentang taubatnya seorang pembunuh berdarah dingin bernama Kenshin Himura. Tepatnya, setelah rezim Klan Tokugawa yang telah berkuasa selama lebih dari 250 di Jepang berhasil diruntuhkan.

Setelah penggulingan Klan Tokugawa tersebut tercapai, atau disebut dengan Restorasi Meiji, Kenshin memutuskan untuk menjadi seorang pengembara. Ia berkeliling Jepang dengan membantu orang lain yang membutuhkan pertolongannya sebagai penebus dosa atas segala perbuatannya ketika membunuh banyak orang untuk mewujudkan Restorasi Meiji.

Saya ingat betul, sejak 20 tahun yang lalu, bahkan hingga tulisan ini saya tulis, saya begitu menggemari anime ini. Tidak terhitung sudah berapa kali saya menamatkan anime ini selama saya hidup. Akhirnya saya menyadari, ada perbedaan besar nonton anime ini saat saya masih anak-anak dan ketika saya sudah dewasa.

Dua puluh tahun yang lalu, saya dan banyak teman saya kerap mengidolakan sosok Kenshin Himura setelah menonton anime ini di salah satu televisi swasta. Kami mengidolakan Kenshin bukan saja karena blio tokoh utama anime ini. Namun, karena blio sering kali membela rakyat yang ditindas oleh penguasa maupun orang yang lebih kuat. Saat itu, saya dan teman-teman saya sering menggunakan penggaris di kelas untuk bermain pedang-pedangan sambil memperagakan gerakan samurai yang dipertontonkan anime tersebut.

Waktu itu saya dan teman-teman saya tidak peduli apa pun latar belakang musuh Kenshin. Kenshin yang harus menang dan Kenshin yang paling benar! Pokoknya, waktu saya kecil, pemahaman yang saya tahu, tokoh utama itu orang suci layaknya seorang Santo atau Nabi yang nggak pernah salah sama sekali, termasuk Kenshin Himura. Namun, semuanya berubah ketika saya menonton anime ini 20 tahun kemudian.

Saya akhirnya mengerti bahwa Kenshin Himura bukanlah orang suci seperti yang saya pahami 20 tahun lalu. Sebelum memutuskan jadi pengembara, Kenshin tidaklah lebih dari “pesuruh” para imperialis untuk menggulingkan pemerintahan Klan Tokugawa yang sudah berkuasa di Jepang selama lebih dari 250 tahun. Para imperialis menginginkan perubahan besar-besaran pada struktur sosial, ekonomi, dan politik Jepang setelah selama 250 tahun tidak ada perubahan signifikan. Oleh karena itu, mereka pengin ada revolusi.

Kenshin ditugaskan di lapangan oleh pemerintahan imperialis untuk membunuh para politisi dan samurai yang tetap setia pada Rezim Tokugawa. Kedua kubu yang bertempur tersebut sama-sama menggunakan kekerasan dan cara yang kotor untuk mewujudkan mimpinya masing-masing. Kebetulan saja, para imperalislah yang memenangkan revolusi sehingga Restorasi Meiji bisa terwujud.

Sepuluh tahun setelah Restorasi Meiji, keadaan sosial, ekonomi, dan politik Jepang tidak banyak perubahan yang berarti. Perbedaan paling signifikan adalah pensiunnya para samurai yang sebelumnya bekerja pada politisi maupun tuan tanah karena penggunaan pedang atau katana dilarang keras di Jepang. Banyak samurai yang akhirnya beralih profesi sebagai petani, nelayan, bahkan jadi preman bayaran karena tidak punya keahlian apa pun selain kemampuan menggunakan pedang.

Baca Juga:

5 Istilah di Jurusan Ilmu Politik yang Kerap Disalahpahami. Sepele sih, tapi Bikin Emosi

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

Sepuluh tahun setelah Restorasi Meiji, ada begitu banyak orang yang kecewa pada Pemerintahan Meiji. Pasalnya, mereka sudah mengkhianati apa yang telah ia perjuangkan saat Perang Bakumatsu dulu. Orang-orang di dalam Pemerintahan Meiji malah banyak yang sibuk memperkaya diri hingga melakukan tindak pidana korupsi alih-alih membawa Jepang ke arah yang lebih baik. Bahkan, banyak samurai yang dulu berjuang untuk Restorasi Meiji malah dibuang dan dibunuh oleh Pemerintah Meiji karena dianggap tahu terlalu banyak, seperti Makoto Shishio. Padahal Makoto Shishio adalah “pesuruh” pemerintah imperialis ketika revolusi, sama seperti Kenshin.

Dua puluh tahun yang lalu, saya begitu membenci Makoto Shishio selain karena ia musuh dari Kenshin. Ia tega membunuh banyak orang hanya untuk ambisi politiknya menjatuhkan Pemerintahan Meiji. Saat ini, saya paham perasaan Makoto Shishio karena saat Perang Bakumatsu. Ia rela jadi “pesuruh” pemerintah imperialis untuk membunuh politisi dan samurai yang setia pada klan Tokugawa sama seperti Kenshin. Saat perang berakhir, ia malah dibakar hidup-hidup oleh pemerintah karena tugasnya dianggap sudah selesai dan supaya tidak membocorkan rahasia negara.

Dua puluh tahun yang lalu saya hanya fokus pada aksi-aksi mengagumkan Kenshin ketika memainkan pedangnya. Saya juga hanya fokus pada aksi-aksi Sanosuke Sagara ketika baku hantam dengan penjahat. Sekarang, saya jadi tahu latar belakang masing-masing tokoh dan ini bikin saya merinding sampai menangis terharu. Semua tokoh yang ada pada anime ini memiliki latar belakangnya masing-masing karena ketidakpuasannya pada pemerintah, baik pada masa kekuasaan Klan Tokugawa hingga pada masa Restorasi Meiji.

Saya begitu terharu ketika menonton adegan empat anggota Oniwabanshu yang gugur saat melindungi Komandan mereka Shinomuri Aoshi dari seriangan gatling gun. Bahkan di saat-saat terakhir, dengan bangganya mereka berkata, “Aku bangga telah menjadi bagian dari Oniwabanshu dan rela mati demi komandannya.”

Saya juga dibuat begitu terharu ketika menonton adegan seorang biksu bernama Yūkyūzan Anji yang akhirnya membelot dari ajaran Buddha setelah menyaksikan anak asuhnya di kuil dibakar hidup-hidup oleh Pemerintah Meiji. Saat itu, Pemerintah Meiji memang menggalakan gerakan Anti-Buddhis sebagai bentuk gerakan politiknya.

Nonton Rurouni Kenshin saat dewasa membuat saya sadar bahwa dalam hidup, tidak ada yang abadi, terutama dalam politik. Kita bisa melihat, para aktivis 98 yang dulu berjuang menjatuhkan Rezim Orde Baru untuk Reformasi, mengkhianati apa yang mereka perjuangkan dulu ketika sudah duduk di kursi pemerintahan. Kita juga bisa melihat, para aktivis 66 yang dulu berjuang untuk menjatuhkan Rezim Orde Lama untuk Rezim Orde Baru, telah mengkhianati apa yang mereka perjuangkan dulu.

Nonton Rurouni Kenshin saat dewasa pun kerap kali membuat saya frustasi dan overthinking memikirkan hidup. Ini berbeda dengan 20 tahun yang lalu saat saya bisa menikmati anime ini tanpa dibuat frustasi dan overthinking. Sungguh, nonton Rurouni Kenshin saat anak-anak dan dewasa itu punya sensasi yang sungguh berbeda.

Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Januari 2022 oleh

Tags: jepangPolitikRurouni Kenshin
Raden Muhammad Wisnu

Raden Muhammad Wisnu

Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana. Akun ini dikelola oleh beberapa admin. Silakan follow akun Twitternya di @wisnu93 dan akun Instagramnya di @Rwisnu93

ArtikelTerkait

Sisi Gelap Dunia Kerja Jepang Memahami Karoushi dan Burakku Kigyou Terminal Mojok

Sisi Gelap Dunia Kerja Jepang: Memahami Karoushi dan Burakku Kigyou

2 Desember 2022
5 Alasan Banyak Pemain Asal Jepang Memilih Berkarier di Liga Indonesia

Jepang Cahaya Asia: Alasan Pemain Jepang Sukses Menembus Eropa

8 Januari 2023
Menelisik Hak Asasi Tiap Manusia untuk Mendapatkan Tidur Siang yang Berkualitas

Menelisik Hak Asasi Tiap Manusia untuk Mendapatkan Tidur Siang yang Berkualitas

1 November 2019
Merayakan Idul Adha sebagai Minoritas di Jepang terminal mojok

Merayakan Idul Adha sebagai Minoritas di Jepang

17 Juli 2021
partai menang, yang lain ngontrak

Dunia Milik (Partai) yang Menang, yang Lain Ngontrak

11 Mei 2019
4 Kesamaan Bekasi dengan Yogyakarta Jakarta

Untuk Para Artis yang Terjun ke Politik, Nggak Usah Nyalon di Bekasi

14 November 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.