Hai, para pelamar kerja. Sewaktu mengikuti proses wawancara kerja, tolong dong, jangan jual kesedihan. Ingat, situ lagi ikut tahap seleksi karyawan, bukan reality show atau kontes dangdut.
Sebagai rekruter, saya percaya bahwa kandidat dengan softskill berkomunikasi yang mumpuni biasanya jadi pertimbangan untuk dipilih. Kriteria tersebut bisa dilihat saat wawancara kerja. Kira-kira, apa mereka bisa memilah kalimat mana yang perlu disampaikan dan mana yang wajib direm.
Salah satu hal yang nggak perlu disampaikan adalah memohon biar diterima di perusahaan agar bisa membantu perekonomian keluarga. Nah, begini contohnya.
sebenarnya bisa jadi kandidat yg cocok, tp alih alih fokus ke validasi skill, dia malah ngomong gini, jadi kurang etis. kalo kalian jadi HR, kalian gimana menanggapinya? work! pic.twitter.com/u229KWyNyF
— baca likes dan carrd ‼️ (@worksfess) September 13, 2021
Jangan salah paham apalagi berpikir, saya atau HRD yang lain itu kejam, jahat, bahkan minim simpati. Bukan itu poin utamanya. Begini, dari ribuan kandidat potensial dan berkualitas yang sudah saya interview, hampir tak ada yang menyebutkan secara gamblang dan terang-terangan bahwa mereka pengin bekerja karena butuh uang atau perekonomian keluarga sedang rentan.
Iya, realitasnya memang demikian. Siapa pun yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan, tentu saja salah satu motivasinya adalah untuk mendapatkan penghasilan dan/atau mensejahterakan diri sendiri beserta keluarga. Hal tersebut memang sulit dimungkiri. Namun, menyampaikannya secara blak-blakan saat proses wawancara kerja, rasanya kurang tepat.
FYI, para HRD juga nggak akan ujuk-ujuk jadi melow, sedih, lantas meloloskan kalian hanya karena menyampaikan kalimat itu. Lebih jauh, alih-alih mendengar kesedihan tentang latar belakang kehidupanmu, HRD lebih pengin mengetahui tentang dirimu. Juga potensi dan kemampuan yang bisa diaplikasikan untuk perusahaan.
Sini, saya kasih bocoran. Ini boleh diingat sebagai saran berharga bagi kalian yang sedang mencari kerja atau dijadwalkan mengikuti proses wawancara kerja. Dibanding menjual kesedihan atau menunjukkan iba, hopeless, dan semacamnya, HRD lebih menyukai kandidat dengan daya juang tinggi, antusias, sekaligus semangat selama mengikuti proses seleksi karyawan.
Dalam konteks ini, situ lagi mengikuti proses seleksi karyawan. Bukan reality show atau kontes dangdut di TV yang durasinya bisa berjam-jam itu. Kontes yang pesertanya bisa menjual iba atau kesedihan lebih banyak, punya peluang lebih tinggi untuk memenangkan kontes. Bukan begitu konsep seleksi karyawan di ruang lingkup profesional, Sob.
Nggak ada tuh konsep penilaian, “Eh, kandidat ini butuh pekerjaan, nih. Dia mau membantu ekonomi keluarga. Mau nikah dan naikin orang tuanya naik haji. Kita dahulukan dia aja dibanding kandidat lain yang nggak menyebutkan hal serupa. Cita-citanya mulia. Soal cocok atau nggak dengan kriteria yang dibutuhkan perusahaan, itu urusan belakangan.”
Bukan. Bukan gitu, Sob. Jika kalian punya harapan seperti itu, tentu tidak salah dan menjadi lain persoalan. Bahkan, bisa kalian jadikan sebagai motivasi internal. Namun mohon maaf, “jalur belas kasih” ini belum bisa jadi penilaian akhir apalagi tolok ukur untuk diterima.
Daripada menjual kesedihan seperti itu, akan lebih greget jika kalian bercerita tentang pengalaman kerja dan/atau organisasi, pencapaian yang didapat sampai dengan saat ini, kemampuan yang cocok sekaligus bisa diaplikasikan untuk posisi yang dilamar, pernah mengikuti kursus atau webinar apa saja, dan seterusnya. Apa pun, yang penting bisa memberi gambaran tentang diri sendiri secara jelas kepada HRD.
Saran saya, saat dapat kesempatan wawancara kerja dengan HRD atau User, baiknya dipersiapkan secara matang. Kalau perlu, buat konsep atau daftar jawaban seperti apa yang akan disampaikan jika ditanya A, B, C, dan lain sebagainya. Lain dari itu, pada akhirnya, konsep wawancara kerja adalah berdiskusi. Jawabannya nggak perlu saklek banget dihafal. Terpenting, kalian harus tetap fokus dan selalu siap saat diberi pertanyaan apa pun. Ingat, jawaban yang menjual kesedihan/iba/hopeless, nggak membikin kalian secara otomatis akan diterima bekerja. Paham, Kisanak?