Sistem olahraga di Amerika Serikat dan sekitar (seperti Kanada) memiliki perbedaan mencolok ketimbang beberapa negara lain. Salah satu perbedaan tersebut adalah dengan menciptakan sebuah sistem bernama draft. Sedikit saja, tujuan diadakannya dari draft adalah untuk mengakomodasi lulusan SMA maupun mahasiswa yang memiliki bakat mumpuni untuk menjadi bintang baru dari sebuah cabor.
Liga-liga olahraga seperti MLB, NHL, MLS, serta NBA menilai bahwa sistem draft memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka karena dari sanalah nama liga terangkat melalui pemain-pemain terkenal dan menjadi perhatian seluruh dunia.
Kali ini saya akan membahas beberapa istilah sistem draft dari liga NBA. Sorry semuanya, karena saya hanya mengikuti NBA saja jadi lebih paham seluk beluk draft dari liga olahraga berlogo Jerry West. Terlebih momennya sedang pas karena sebentar lagi diadakan NBA Draft 2021. Oiya, saya tidak akan membicarakan secara rinci tentang draft karena jujur bikin kepala pusing. Oke deh langsung saja kita mulai.
NBA Lottery
Tim tidak bisa secara sembarangan menentukan nomor urut sesuai keinginan sendiri. NBA memiliki peraturan bahwa urutan dari nomor satu sampai enam puluh ditentukan dari rekor menang kalah tim musim lalu. Semakin buruk rekor tim semakin tinggi peluang untuk meraih urutan paling atas. Lho kok bisa tim ampas malah di posisi bagus? Logikanya begini. Ada calon bintang dengan prestasi mentereng di sekolah maupun kampus. Kemudian di-draft ke tim yang bertabur bintang bukankah bakal jadi cadangan? Oleh karena itu, mungkin maksud NBA mengkhususkan posisi teratas untuk tim dengan penampilan terburuk agar lebih mudah bagi calon pemain untuk berkembang.
Ketika penentuan urutan memasuki empat teratas, dilakukan pengundian ulang untuk menentukan urutan tim dari nomor satu sampai empat. Hal ini untuk mencegah kesengajaan tim untuk bermain buruk selama liga berlangsung dan otomatis meraih posisi satu.
Namun, tidak semua tim dengan rekor buruk mendapatkan hak pilih di posisi teratas. Bisa saja berubah jika mereka melakukan trade dengan melibatkan hak pilih baik di ronde pertama maupun kedua, sehingga hak mereka tadi berpindah tangan ke tim lain.
Bust
Ada harapan banyak orang bahwa urutan teratas akan menjadi bintang di NBA. Namun tidak semuanya konsisten untuk menjadi terbaik. Ada beberapa kejadian di mana pemain dengan urutan teratas gagal memenuhi ekspektasi sehingga hanya berstatus pemain biasa-biasa saja di NBA. Mereka yang gagal disebut banyak orang dengan sebutan “bust”. Sudah jelas timbul rasa kecewa dari fans ketika tim mereka mendapatkan urutan pick terbaik malah berujung zonk meskipun mendapat jatah bermain inti berkali-kali. Padahal kemampuan mereka selama bermain di tingkat sekolah maupun kampus sangat bagus dan digadang-gadang dapat bersaing di liga profesional.
Tekanan mental menjadi permasalahan serius bagi pemain, terutama jika punya riwayat cedera yang mudah kambuh sehingga sulit kembali ke performa terbaik. Terlebih, ada ancaman lain seperti media yang siap menyerang sisi mana pun dari pemain apabila gagal bermain dengan baik sehingga menjadi tekanan makin bertambah. Kondisi menjadi buruk apabila sudah tidak berstatus sebagai pemain di NBA sehingga harus bermain di kompetisi lain. Kasus “bust” dialami oleh pemain seperti Kwame Brown dan Greg Oden.
Steal
Beruntung nomor draft adalah angka biasa sehingga masih ada potensi dari non unggulan untuk membuktikan diri sebagai terbaik. Sebutan “steal” disematkan kepada mereka yang berada di golongan underrated (mulai dari 11-60) namun dapat bersaing di liga hingga mendapat titel All Star. Kebalikan dari “bust”, pada awalnya mereka diremehkan oleh pelatih untuk bermain secara regular, namun berkat kerja keras serta konsistensi berhasil memberikan dampak signifikan dengan memberikan sejumlah prestasi bagi tim serta dirinya sendiri.
Kobe Bryant, Giannis Antetokounmpo, serta Kawhi Leonard merupakan pemain-pemain bintang dan mengawali karir mereka melalui NBA Draft di nomor urut setelah angka 10. Bahkan MVP NBA saat ini, Nikola Jokic, adalah pemain yang awalnya diremehkan dan berada di nomor 41 saat NBA Draft 2014.
Undrafted
Bagaimana dengan nasib calon pemain NBA yang di-PHP saat NBA Draft? Masih ada kok jalan menuju karir profesional, meskipun harus mengorbankan tenaga ekstra keras untuk dilirik kembali. Golongan yang disebut sebagai “undrafted” ini merupakan golongan paling tabah dan percaya pada slogan “be yourself and never surrender”. Mereka yang memilih untuk tidak mundur demi keinginan yang masih terbuka.
“Undrafted” memiliki dua jalan untuk meyakinkan tim bahwa mereka pantas direkrut, yakni melalui NBA Summer League dan G League. Lebih mudahnya, Summer League merupakan tempat magang pemain muda dan apabila berhasil memberikan performa terbaik, bisa jadi mendapatkan kontrak profesional oleh tim. Sedangkan G League merupakan tim cadangan dari tim inti dan sewaktu-waktu pemain dapat bermain di NBA ketika dipanggil oleh tim inti. Sebenarnya sama, hanya saja peluang bagi “undrafted” ke NBA lebih mudah dicapai jika mendapat panggilan dari tim G League.
Kualitas pemain tidak dapat diremehkan jika membandingkan mereka dengan pemain yang sudah di-draft sebelumnya. Contoh pemain terbaik dari “undrafted” adalah Ben Wallace yang membawa Pistons juara dan meraih beberapa gelar individu serta Van Vleet di era sekarang yang menjadi pemain regular Toronto Raptors.
Dan itulah keempat istilah yang menghiasi seputar NBA Draft. Tentu harapan saya saat NBA Draft 2021 pada tanggal 30 Juli (waktu Indonesia) melahirkan bintang-bintang baru yang menghiasi NBA beberapa tahun kedepan. Tentu kasus “Bust” berharap tidak terulang kembali dan kalaupun bisa, saya harap Angkatan 2021 melebihi angkatan sebelumnya bahkan dapat menyamai angkatan Michael Jordan tahun 1984.
BACA JUGA Kyrie Irving Ternyata Benar, dan Kita yang Salah dan tulisan Muhammad Haekal Ali Mahjumi lainnya.