Pada suatu masa, Trans TV pernah menjadi televisi penuh acara komedi. Salah satu acara yang lumayan awet dan berkesan adalah Sketsa. Acara itu merupakan lakon komedi yang dihadirkan dalam sketsa pendek, sesuai dengan judulnya. Acara yang dimulai pada 2008 ini, memang merupakan salah satu ikon dari Trans TV. Sama dengan pendahulunya Extravaganza, yang sempat menjadi andalan dari Trans TV juga. Siapa sih yang nggak ingat dengan kalimat ajaib, “Tapi, nggak gitu juga kaleee!”
Pak Oding dan Ojan adalah tokoh-tokoh andalan Sketsa. Yang menurut teori yang didapatkan dari selembar kitab kelor abad pertengahan, yang ditulis oleh jendral dari Madagascar, mereka adalah ayah dan anak. Selain mereka ada juga Adit Insomnia, pernah juga Rachel Maryam, Natalie Sarah, Galih Ginanjar, Chika Jessica, Dwi Andika, Soraya Larasati, Edi Brokoli, dan masih banyak lagi. Tapi, Ojan dan Pak Oding adalah pemain yang selalu ada, istilahnya aktor utama. Acara ini punya banyak season, tapi tak pernah berubah konsepnya. Bisa dibilang monoton tapi manjur. Nggak kayak penanganan pandemi oleh pemerintah. Monoton, cuma ganti nama, dan nggak ada yang manjur. Eh, pemerintah dunia sihir Harry Potter tapinya.
Yang menjadi trademark dari acara ini adalah kalimat ajaib tadi. Kalimat yang akan selalu dilontarkan saat menuju pengungkapan punchline. Alurnya selalu sama dan tak jarang para penonton bisa menebak punchline-nya. Meskipun begitu, ada saja penonton setia acara ini, termasuk saya. Saat acara komedi lain berusaha menghindari guyonan yang monoton dan mudah ditebak, mereka justru hadir dengan punchline pasaran dan kodian. Atau kita sebut saja, receh banget.
Acara ini memang super receh. Jokes kodian yang mereka hadirkan, diulang-ulang ratusan kali dengan treatment yang berbeda, namun tak membosankan. Para penikmat acara ini sudah mafhum, sudah paham, jika memang acara ini berkonsep super duper receh. Kadang kala ada kejutan, seperti mematahkan asumsi yang agak bombongan dan ampuh membuat kita kaget. Atau terkadang para aktor dan aktrisnya yang memberi kejutan lewat peran yang dimainkan.
Tentu kita ingat Ojan yang berperan jadi tukang hipnotis. Dengan mata hitam mirip masa lalu Om Dedi, Ojan akan berkata, “Tatap mata, Ojan!” dan tawa bergemuruh. Tak hanya Ojan, ada bapak dan kakaknya yang juga jadi tukang hipnotis, alias keluarga tukang hipnotis. Seringkali Ojan dan aktor yang lain juga berperan dengan pakaian wanita. Gimmick aneh dan nyeleneh inilah yang jadi daya tarik dan pembeda dari jalan cerita yang hampir selalu mirip.
Kiranya acara ini bisa kita anggap sebagai acara legendaris. Si Ojan, main di acara ini sejak belum sunat sampai jakunnya menonjol dan tumbuh kumis. Selama itulah saya mengikuti acara itu. Dari saya masih bocah dan ikut bertumbuh bersama Ojan. Saya kira tak hanya saya yang punya cerita romantis dengan acara ini. Acara yang bahkan nggak ada romantis-romantisnya, tapi bisa melahirkan kenangan indah penuh guyonan receh.
Acara ini menunjukkan pada banyak pihak, receh itu adalah kekuatan. Receh jika dikelola dengan apik, bisa juga menjadi ciri khas. Receh yang sistematis, nggak asal bikin yang penting viral. Sekarang nyari konten receh itu mudah, yang viral juga banyak, tapi yang benar-benar menghibur itu jarang. Sketsa memang sengaja bikin tayangan receh, nggak mengada-ada, dan enak diikuti.
Acara Trans TV yang sekarang juga bagus-bagus, apalagi talkshow-nya. Yang isinya joget mulu dan host-nya bercanda sendiri-sendiri. Receh juga, cuma kurang asoy. Tapi, yang terpenting nggak sereceh twit para buzzer, yang sering bikin malu sendiri orang yang baca. Dan sejujurnya halal bagi kita berteriak dengan lantang ke muka mereka, “Nggak gitu juga kaleee!”
Sumber gambar: YouTube TRANS TV Official
BACA JUGA Sisipan Iklan Layanan Masyarakat di Dua Sinetron Prime Time Andalan RCTI Ramashok Blas! atau tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.