Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menuai Banyak Likes, Tapi Mampus Dikoyak Sepi

Ginanjar Seladipura oleh Ginanjar Seladipura
5 September 2019
A A
Grup Facebook Warga Demak Nggak Kalah Gayeng dari Info Cegatan Jogja terminal mojok.co

Grup Facebook Warga Demak Nggak Kalah Gayeng dari Info Cegatan Jogja terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Baca Juga:

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Mari coba perhatiin linimasa, feed, sambil mendengarkan Eleanor Rigby-nya The Beatles. Itu mashook banget hooknya. Ah, look at all the lonely people~
Rasanya basi banget kalau hari gini kita masih ngomongin manusia yang tepekur menghadap layar gadget ketimbang ngobrol seru sama kawan di sebelahnya. Eh, tapi, sudah dengar kan kalau Instagram sedang melakukan eksperimen untuk menghilangkan fitur “likes” dari platformnya? Kabar terakhir menyatakan bahwa Instagram akan menambah jumlah negara yang akan dikenai percobaan ini. Belum terlalu jelas apakah Indonesia akan kena juga, kayaknya sih enggak, sebab taruhannya besar sekali untuk coba-coba di market seseksi Indonesia.
Tidak lama kemudian, Facebook juga mengumumkan hal serupa. Mereka sedang memikirkan untuk coba-coba menghilangkan fitur likes di platformnya. Ini ada apakah, kenapa kok para penggedhe media sosial tersebut malah berniat meniadakan salah satu fitur paling basic yang mereka punya?! Lha trus nanti para buzzer socmed ngukur kadar influence-nya  dari mana? hehe
Media sosial nan absurd
Media sosial itu agaknya sudah menjadi istilah yang mulai meleset. Harapannya sosial media ini adalah wadah untuk bersosial-sosial ria, banyak kawan, dipenuhi berbagai macam hal yang  menggembirakan. Dia memadukan dua unsur penting: Interaksi sosial, dan konsumsi media yang instan. Perpaduan keduanya bisa menyajikan media alternatif yang ciamik, tapi sayangnya perpaduan tersebut bisa juga membuat manusia makin terasing, kesepian, atau malah depresi.
Bayangkan sebuah skenario dimana seorang pengguna Facebook atau Instagram membagikan sebuah info yang menurutnya penting, menyenangkan, yang dilihat dari banyak segi kualitas konten, sekiranya akan menuai banyak likes. Tapi barangkali dia lupa, ada faktor-faktor lain yang membuat sebuah post bisa menuai banyak likes, yang seringnya bahkan tidak terkait sama sekali dengan isi pesan. Sesuatu yang disebut sebagai algoritma atau apalah itu.
“Yah, kalau yang kayak gitu malah lebih disukai, baiklah. Aku tak sing ngalah, trimo mundur~“
Bagi Facebook, skenario diatas kurang menguntungkan. Artinya ada orang-orang yang mulai enggan berbagi di Facebook. Jumlahnya tidak sedikit. Buat bisnis iklan Facebook, skenario serupa juga bisa merugikan. Facebook tentu ingin para pengiklan mendapatkan atensi sesuai dengan kocek yang oleh para juragan ini dirogoh dalam-dalam. Facebook juga tentunya ingin duit para pengiklan itu masuk melalui jalur yang mereka siapkan, dan bukannya melalui jalur-jalur independen para penggunanya yang menasbihkan diri sebagai influencers itu.
Sementara disisi lain, ada entitas seperti Snapchat yang kelihatannya berhasil memikat hati kaum muda. Anak-anak ini begitu fasihnya saling berbagi berbagai macam hal tanpa menodai linimasa, tanpa likes, tapi atensinya tetap bisa diukur. Cerdas!
Instagram sebagai anaknya Facebook mulai juga membuat fitur serupa, Instastory, kelihatannya berhasil juga. Facebook coba mengadopsi fitur serupa. Tapi rasanya kok masih ganjil. Ramashoook!
Ada udang dibalik batu
Kalau di Indonesia, ada isitilah UUD, ujung-ujungnya duit. Terkesan pragmatis. Tapi kok rasanya benar. Dibalik platformnya yang berhasil menjungkirbalikkan trend bagaimana manusia bermedia, tentu ada keinginannya untuk mengabdi pada niat yang hakiki: Kapitalisma.
Sekadar info, Facebook adalah pihak yang mengembangkan library React JS, sebuah teknologi frontend kiwari yang agaknya sudah ada di semua website besar yang kamu kunjungi tiap hari. Bahkan Twitter sebagai kompetitor, juga menggunakan React dengan pasrah. Sungguh keji. Fyi, Twitter juga punya hal serupa: Bootstrap Framework, tapi itu cuma CSS framework, jelas, Facebook nggak butuh pakai itu.
Bukankah yang demikian ini memang masih berada dalam semangat produk-produk kapitalisma? Kalau situ nggak ikutan pakai, situ nanti yang repot dan konyol sendiri.
 
Btw, saya belum terlalu ngulik website Mojok. Sudahkah web nakal banyak akal ini memakai react? Kalau belum, apakah ini tandanya Mojok memang anti kapitalisme? Ampun dibully lur, salam aspal gronjal.
Sama seperti teknologinya yang terdepan, Iklan Facebook pun didesain dengan matang. Tepat guna. Berbasis data (minimal demografi dan psikografi).
Membuat sistem iklan cerdas macam ini yang MySpace gagal lakukan beberapa tahun silam. Kalau kita ingat-ingat, MySpace dulu adalah rajanya media sosial. Tapi dia hancur oleh teknologinya yang mulai usang, dan iklan-iklannya yang agresif (ingat iklan mukulin monyet yang kalau di klik malah bikin kita pergi ke situs survey? Anying, itu annoying banget!).
Tidak demikian dengan iklan Facebook. Ads di Facebook itu rapi, dan disematkan dengan cermat, seksama, dan presisinya sangat canggih, atau bahkan sudah ada di level menakutkan. Kita baru ngobrol apa sama teman, eh, tiba-tiba iklan produk terkait tau-tau nongol di timeline.
Ya, mereka emang ngerekam percakapan kita sih. Dan kita dengan dungunya menyerahkan diri dengan gembira sambil meng-klik I accept laman persetujuan yang memang sengaja didesain supaya kita malas baca isinya itu.

Seandainya saya adalah Mark Zuckerberg, lini bisnis iklan ini yang akan saya optimasi habis-habisan. Paling tangible soalnya. Duitnya jelas, cetha wela-wela. Sekalipun itu berarti harus mengorbankan fitur paling sederhana nan menyenangkan, fitur likes. Sehingga nantinya tidak perlu ada lagi ukuran-ukuran disukai atau tidak itu berdasarkan ikon jempol belaka. Betapa semu. Betapa sepinya. (*)

BACA JUGA Jualan Cilok Dekat Lokasi KKN di Desa Penari: Cerita Versi Kang Cilok atau tulisan Ginanjar Seladipura lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 September 2019 oleh

Tags: FacebookinstagramkesepianlikesMedia Sosialperkembangan zaman
Ginanjar Seladipura

Ginanjar Seladipura

ArtikelTerkait

alay

Memangnya Alay Ya Kalau Sering Merekam Ini dan Itu?

8 Oktober 2019
3 Ciri Giveaway Abal-abal yang Bikin Orang Tertipu terminal mojok.co

Maha Benar Netizen dengan Segala Ke-Jancuk-annya

26 Mei 2019
instagram

Percuma Instagram Berinovasi, Nggak Ngaruh Tuh Sama Kecemasan Saya

11 Oktober 2019
polemik sains debat sains facebook goenawan mohamad as laksana sulak alay di facebook

Menjadi Alay dan Bahagia di Facebook Tahun 2010an

26 April 2020
Rombengan Online di Facebook Adalah Forum Jual Beli Paling Cepat Laku terminal mojok.co

Rombengan Online di Facebook Adalah Forum Jual Beli Paling Cepat Laku

27 Maret 2021
alasan jokowi tunjuk prabowo jadi pemimpin proyek food estate pulang pisau kalimantan tengah mojok.co

Prabowo, Politisi dengan Feeds Instagram Paling Keren

30 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.