Di era disruptif seperti sekarang ini, ada banyak cara dalam apply CV ke banyak perusahaan untuk segala posisi yang diinginkan dan sesuai dengan kualifikasi. Di ruang lingkup profesional, LinkedIn menjadi salah satu platform yang populer saat ini karena cukup user friendly dan sangat mudah dalam proses registrasi. Tampilannya cukup menarik karena seperti media sosial pada umumnya. Bisa posting status, story, dan terkoneksi sekaligus berkomunikasi dengan HRD perusahaan secara langsung melalui fitur yang tersedia.
Sampai dengan saat ini, ada banyak sekali HRD yang posting iklan lowongan kerja di akun LinkedIn-nya masing-masing dengan berbagai syarat dan format yang dicantumkan. Bagi kandidat yang berminat dengan lowongan kerja yang diposting, kebanyakan akan diminta untuk apply CV ke email kantor yang sudah dilampirkan. Namun, tidak sedikit pula yang mencantumkan nomor kontak untuk lebih memudahkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai recruiter, saya pun terbiasa posting iklan lowongan kerja yang dibutuhkan perusahaan melalui LinkedIn. Bagi siapa pun yang berminat untuk apply, saya selalu mempersilakan untuk apply CV melalui email resmi kantor yang sudah dicantumkan pada setiap postingan yang dibuat.
Persoalan yang sering kali saya hadapi setelahnya, hampir selalu ada kandidat atau pencari kerja yang merespons di kolom komentar dengan kalimat, “Interested, Pak”, “Berminat”, dan sebangsanya. Maksud saya, jika memang berminat dan ingin coba kirim CV dan/atau surat lamaran, sangat dipersilakan untuk mengikuti format yang sudah dianjurkan sesuai iklan yang di-posting di LinkedIn. Bukan dengan berkomentar, “Interested”, tentunya.
Fenomena seperti ini masih berlanjut sampai dengan saat ini, seakan menjadi kebiasaan yang patut dipertahankan saat ingin menunjukkan ketertarikan sekaligus melamar kerja melalui LinkedIn.
Setiap kali lihat job seeker bilang "Interested" di iklan loker di LinkedIn, rasanya mau bisikin halus:
"Pak / Bu, kenapa gak langsung kirim CV aja? Kan udah tertulis email rekruter!!!!!!" 🥲🥲
— @rekrutmen.co.id (@rekrutmen_idn) April 27, 2021
Entah siapa yang memulai dan bagaimana prosesnya. Nyatanya, cara tersebut cukup populer dilakukan oleh para pencari kerja yang aktif di LinkedIn—meski bagi saya, cara ini sangat tidak disarankan. Sebab, pada dasarnya, paling aman jika kirim CV sesuai format atau prosedur yang ditentukan oleh HRD. Agar lebih mudah saat menyortir CV kandidat yang sesuai dengan kualifikasi.
Percaya, deh. Setiap HRD punya prosedur dan formatnya masing-masing saat posting iklan lowongan kerja. Ini untuk meminimalisir apply CV atau melamar di luar dari format yang sudah ditentukan. Kalaupun tetap ngotot melakukan hal tersebut, konsekuensinya akan memperkecil peluang kalian untuk terpilih mengikuti proses awal dari HRD.
Dibanding melakukan sesuatu yang over-inisiatif—dengan memberi komentar “Interested” tapi tidak memberi dampak apa pun—saya punya saran yang lebih bisa dipertanggungjawabkan dan sangat mungkin dilakukan, semisal kalian tertarik dengan iklan lowongan kerja yang di-posting di LinkedIn.
Pertama, hindari berkomentar “interested” jika tidak diminta/menjadi persyaratan dari HRD. Akan lebih baik jika add profil HRD di LinkedIn, lalu menyapa via fitur message dengan sopan dan sebagaimana mestinya. Perkenalkan diri, beritahu skill yang dimiliki, juga pernyataan bahwa kalian tertarik dengan posisi tersebut. Ingat, hindari penggunaan “P” jika belum direspons oleh HRD terkait. Pokoknya, jangan.
Kedua, kalaupun HRD lupa mencantumkan format untuk submit CV, dibanding hanya berkomentar “interested” akan lebih profesional jika bertanya tentang format kirim CV atau prosedur yang harus dipenuhi. Dalam hal ini, kata “interested” tidak akan memberi dampak yang signifikan. Opsi lain, kalian bisa juga add profil HRD yang dituju, lalu kirim pesan bersamaan dengan CV kalian. Tunjukkan bahwa kalian memang antusias untuk mengikuti proses seleksi karyawan di perusahaan tersebut.
Ketiga, jika ada seseorang yang kurang jelas juntrungannya, posting info lowongan kerja, tapi tidak ada nomor kontak atau alamat email khusus, lalu malah meminta kalian untuk memberi respons di kolom komentar dengan kata “interested”, “berminat”, termasuk, “Tolong cek profil saya, Pak” dan lain sebagainya, sebaiknya jangan diikuti.
Lagipula, bagaimana caranya orang tersebut bisa menentukan profil para pelamar kerja cocok dengan kualifikasi yang dibutuhkan hanya bermodalkan kata “interested”? Screening profil-nya gimana gitu? Oke, bisa dengan mengklik profil LinkedIn satu per satu. Namun, uji validitasnya bagaimana dan seperti apa?
FYI, hati-hati dengan hal sebangsa itu. Alih-alih di-review untuk proses interview, akun yang menyarankan untuk memberi respons “interested” di kolom komentar malah hanya ingin memanfaatkan moment agar engagement profilnya di LinkedIn naik. Ya, sistemnya sebelas-dua belas lah dengan momen, “Ketik 1 di kolom komentar agar kalian masuk surga.”
BACA JUGA Suka Duka Jasa Pembuat CV dan Surat Lamaran Kerja: Nggak Lolos Seleksi Dicerca, Giliran Sukses Dianggap Biasa dan artikel Seto Wicaksono lainnya.