Ayam goreng tepung kaki lima adalah andalan saat pengin makan agak “mewah” yang bikin aman kondisi keuangan.
Melihat ayam yang berlarian ke sana ke mari, sempat terpikirkan di benak saya, dengan adanya relasi yang cukup kuat antara ayam dengan manusia, sepertinya manusia akan segera depresi kalau ayam di dunia ini punah. Sudah diketahui bersama, kalau ayam adalah golongan makhluk hidup yang sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia. Daging, telur, bulu, bahkan eek-nya bisa menjadi sumber pundi-pundi cuan yang berlimpah ruah.
Salah satu pemanfaatan daging ayam sebagai sumber pundi-pundi rupiah adalah dagingnya. Kios pedagang kaki lima yang menjual ayam goreng tepung menjamur di negara kita tercinta ini. Ayam goreng kaki lima ini menandai adanya representasi kasta dalam masyarakat. Akibat banyak bisnis ayam goreng, kastanya pun banyak sekali. Kaum proletar seperti saya ini, cukuplah dengan membeli ayam goreng tepung kaki lima dengan harga Rp3.500 per potong. Ditambah nasi, dicocol sausnya sudah nikmat sekali.
Akan tetapi, dalam urusan membeli ayam goreng kaki lima ini, terkadang kita harus pilih-pilih. Meskipun sama-sama kaki limanya, sama-sama Rp3.500 dapat satu potong, bentuknya sama-sama paha, tapi sebagai masyarakat yang berlidah tentunya akan memilih-milih penjual tertentu.
Berikut beragam alasan memilih penjual ayam goreng tepung kaki lima tertentu yang menjadi dasar terbentuknya keputusan untuk langganan berdasarkan pengalaman saya:
#1 Komposisi tepung dan ayam
Terkadang ada saja penjual yang tidak memakai kesadaran empatinya ketika menjual ayam goreng. Judulnya aja yang jual fried chicken, nyatanya tepung goreng dengan sedikit daging ayam. Komposisi ayam dengan tepungnya lumayan curam. Tolong wahai penjual, nyalakanlah empatimu sedikit saja. Sudah tau klienmu ini miskin, kok, ya, masih mbok prank tho, Pak. Kalau bukan dari kamu, bagaimana kami mencukupi kebutuhan protein hewani kami?
#2 Tingkat kematangan
Tidak perlu chef Juna yang hanya bisa menilai suatu makanan itu overcook atau nggak. Kita sebagai rakyat jelata pun bisa. Tingkat kematangan tepung yang membaluri ayam harus diperhatikan. Betapa menjamurnya penjual ayam goreng tepung, maka kita juga harus hafal penjual mana yang menggoreng ayamnya sesuai dengan tingkat kematangan yang kita harapkan. Ingin yang garing banget, atau agak lunak ya silakan cari referensi.
#3 Merek saus
Biasanya, pasangan sejati ayam goreng tepung adalah saus. Ayam goreng tanpa saus, bagaikan sayur tanpa micin. Kurang sedap. Pasangan sejati ini juga menjadi perhatian pembeli. Ada yang membeli ayam goreng tepung di penjual tertentu hanya gara-gara dia lebih suka merek saus yang dipakai. Memang, sih, ada merek saus tertentu yang menduduki kasta tertinggi ayam goreng tepung. Bukan hanya saus tomat atau saus pedas, tetapi brand tertentu yang memang rasanya lebih nikmat. Repotnya, kalau sudah suka sama ayamnya, tapi sausnya nggak suka. Atau suka sausnya tapi nggak suka ayamnya. Repot dong kalau harus sedia saus sendiri di rumah.
#4 Lokasi gerobak tersebut
Bagi orang-orang tertentu dengan kemampuan mager yang sangat profesional, lokasi yang dekat dengan keberadaannya saat ini menjadi syarat wajib yang tidak boleh disepelekan. Bodo amat dengan rasa, tingkat kematangan, komposisi ayam dan tepung, apalagi merek saus, yang penting dekat dan tidak memerlukan waktu dan tenaga yang mubazir didedikasikan hanya untuk mengisi perut yang lapar. Bahkan, jika service penjual sekalian antar makin markotop bintang lima plus-plus.
Begitulah sedikit uraian tentang analisis singkat dan tidak dalam dari pemilihan ayam goreng tepung kaki lima yang merakyat. Artikel ini mungkin sedikit membantu untuk para pedagang yang sedang melakukan survey pasar. Namun, tanpa membaca ini pun sepertinya kalian juga paham, selama masih ada orang miskin yang nggak bisa beli ayam di KFC, dagangan kalian tetap laris.
BACA JUGA Menelusuri Paket Nasi Dada Ayam Paling Enak di Jogja dan tulisan Maharlika Igarani lainnya.