Hegemoni persepakbolaan di Jawa Barat, sejauh mata memandang, memang didominasi oleh Persib Bandung. Klub yang berdiri pada 1933 ini menjelma sebagai salah satu klub terbaik sekaligus terkaya di negeri ini dengan julukan “Los Galacticos-nya Indonesia”. Keuangan yang mandiri, prestasi, serta basis fans yang militan merupakan hal-hal yang membikin “Pangeran Biru” begitu populer di Jawa Barat. Hampir seluruh warga Jawa Barat adalah ‘Bobotoh’ (sebutan fans Persib). Tak ayal, orang-orang (terutama yang berada di luar Jabar) kerap menganggap bahwa di Jawa Barat cuman ada Persib saja.
Hal ini mungkin benar dan mungkin juga tidak. Klub-klub asal Jawa Barat memang sulit untuk mengimbangi hegemoni Persib. Apalagi Persib sudah berbentuk badan usaha PT. Persib Bandung Bermartabat yang, boleh dibilang, cukup sukses dalam mengelola klub ini baik dari segi manajemen maupun keuangan. Di sisi lain, kebanyakan klub di Jawa Barat memang masih bergantung pada dana APBD atau paling tidak investor yang datang sesekali dan pergi juga seenaknya. Bagaimanapun, industrialisasi sepak bola membikin investor hanya ingin menyuntik klub yang “menjual” saja. Hal-hal inilah yang membuat banyak klub-klub di Jawa Barat sulit untuk mengimbangi Persib. Ya, keuangan memang selalu menjadi momok menakutkan bagi klub-klub yang tergilas zaman.
Di Liga 1, kita mengenal Persikabo 1973 yang bermarkas di Bogor. Meski cara untuk naik tingkatnya fasad betul, yakni PS Tira yang merger dengan Persikabo—yang sebetulnya masih berada di Liga 3. PS Tira jelas meminjam nama Persikabo untuk menarik perhatian Kabomania agar bisa mendukung klub mereka kelak. Mereka sadar bahwa nama ‘PS Tira’ sama sekali tidak menjual. Apalagi mengingat sejarahnya yang ujug–ujug sudah ada di kasta tinggi persepakbolaan Indonesia. Namun, tentu kurang adil rasanya jika kita melupakan klub sepak bola di Jawa Barat lainnya hanya karena mereka kurang populer atau hanya karena tidak bisa mengikuti zaman saja.
Di Jabar bagian selatan, kita mengenal PSGC Ciamis, Persikotas Tasikmalaya, Perkesit Cianjur, hingga Persigar Garut. Yang pertama adalah klub yang boleh dibilang cukup familiar, setidaknya untuk warga Jawa Barat sendiri. Tim berjuluk “Laskar Galuh” yang bermarkas di Stadion Galuh Ciamis ini pada 2019 sempat menancapkan dirinya kembali di Liga 2. Dalam perjalanan merajut asa menuju Liga 1 itu, mereka harus puas terdegradasi dan hingga sekarang masih berjuang (kembali) di Liga 3. Prestasi terbaik mereka adalah menjadi semifinalis Divisi Utama 2014 lalu.
Beralih ke bagian utara dan wilayah pantura, ada PSGJ Cirebon dan PSIT Cirebon, Persima Majalengka, Pesik Kuningan, Persika Karawang, Persindra Indramayu, hingga Persipasi Kota Bekasi dan Persikasi Kabupaten Bekasi. Selain Persika Karawang dan Persipasi, seluruh klub di wilayah ini belum pernah promosi ke Liga 2. Untuk Persipasi sendiri, meski sempat melebur dengan Pelita Bandung Raya dan menjadi “Persipasi Bandung Raya” di ISL 2015, namun karena pada saat itu kompetisi PSSI dibekukan oleh FIFA, maka impian untuk bermain di level tertinggi pun kandas. Identitas Persipasi pun kini dipertanyakan karena seluruh saham sudah dibeli Achsanul Qosasi yang mengubah nama klub ini menjadi Madura United. Namun, kini, melalui Rahmat Effendi sebagai Wali Kota, Kota Bekasi sudah mendirikan klub baru pengganti Persipasi bernama Patriot Candrabhaga.
Di Bandung Raya, ada Persikab Kabupaten Bandung yang sudah sedikit saya bahas di sini. Selain Persikab, ada juga Persikabbar Kabupaten Bandung Barat. Sama seperti Persikab, mereka juga masih berada di Liga 3. Yang paling mengejutkan tentu PSKC Kota Cimahi yang berhasil promosi ke Liga 2 tahun ini. Tim yang dilatih legenda Persib, Robby Darwis, ini kini sedang mempersiapkan diri dengan mantap agar bisa berbicara banyak di Liga 2.
Di Bogor raya, selain Persikabo, ada juga klub bernama PSB Bogor yang kini masih tertahan di Liga 3 seri 2 zona Jawa Barat. Di Depok, daerah yang sering dibully karena inovasi wali kotanya yang kelewat inspiratif, ada Persikad Depok yang malang melintang di dunia persepakbolaan Indonesia. Mereka pernah berpeluang masuk ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia andai PSSI tak mengubah regulasi dari Liga Indonesia menjadi Liga Super Indonesia pada 2007 lalu. Meski mereka akhirnya tetap konsisten di Divisi Utama, namun, karena permasalahan finansial, tim berjuluk Serigala Margonda ini dijual dan berganti nama menjadi Bogor FC pada 2017 kemarin. Namun, kini, berkat kekecewaan masyarakat Depok atas hilangnya Persikad, muncul Persikad baru bernama Persikad 1999. Selain tim ini, kita bahkan dikejutkan dengan klub Red Bull Depok FC yang sempat disomasi oleh Redbull (ada-ada saja!) dan akhirnya mengganti logo klubnya.
Klub sepak bola di Jawa Barat yang saya sebut di atas sudah barang tentu tak banyak dikenal oleh banyak orang, bahkan mungkin oleh orang Jawa Barat sendiri. Bahkan, beberapa tahun ke belakang klub-sepak bola di Jawa Barat juga sudah semakin banyak—yang tentu akan terlalu panjang jika dibahas di sini. Tetapi, di tengah-tengah popularitas Persib atau Persikabo yang acap kali dianggap sebagai representasi dwitunggal sepak bola di Jawa Barat, klub-klub di atas nyatanya juga sedang bergeliat menyiapkan rancangan dan strategi agar bisa tetap eksis di kancah persepakbolaan Jawa Barat bahkan Indonesia.
BACA JUGA Persikab Kabupaten Bandung Mati di Tanahnya Sendiri dan tulisan Raihan Rizkuloh Gantiar Putra lainnya.