Memasuki hampir setahun hidup dengan si virus, lumayan banyak aspek kehidupan yang berubah. Barang tentu kita sama-sama tahu bahwa pada akhirnya semua harus beradaptasi mengikuti kondisi yang ada. Berbagai sektor bekerja keras seperti semboyan Presiden Jokowi “Kerja, Kerja, Kerja” yang sudah suntik vaksin itu. Masing-masing berusaha bagaimana caranya agar bisa bertahan dalam kondisi krisis. Mulai dari individu sampai korporat, bahkan juga negara-negara, yah minimal agar bisa menyambung hidup.
Akan tetapi, sebenarnya hidup itu nggak cuma soal makan. Manusia butuh cinta demi tenteramnya jiwa. Pada tahun-tahun yang lalu, kaum tuna asmara sang fakir cinta umumnya melancarkan serangan dengan nongkrong di kafe-kafe hits sambil mejeng atau bikin konten. Atau kalau masih kuliah, ya TP-TP alias tebar pesona ke adik tingkat lewat berbagai kegiatan kampus. Atau bisa juga ngajak gebetan nonton konser penyanyi kesayangan dan dilanjut besoknya nonton pameran seni. Nggak ada habisnya lah bahan buat nge-date, terutama bagi mahasiswa Jogja. Hahaha.
Nahas, setahun belakangan kaum ini mendapat larangan dari pemerintah dan orang tua. Katanya, “Di rumah saja, nggak usah bandel!” Apalah daya daripada jadi batu mending di rumah saja walaupun efeknya hati jadi gundah gulana. Setelah glundang-glundung beberapa lama selain gelisah, sang fakir cinta juga merasakan bosan yang luar biasa. Tentu bukan anak muda namanya kalau langsung menyerah gitu saja dan terima nasib. Sebagian dari kami berpikir gimana caranya mendapatkan pasangan yang didambakan walau masih berada di tengah pandemi. Satu hal yang terbersit pasti adalah instal aplikasi dating. Pasti banyak yang seperti diri saya ini kan, banyak yang menggunakan aplikasi kencan online. Yak, itu kesimpulan ngawur saya saja.
Fakta yang saya dapat berdasarkan analisa Google Trends terhadap data pencarian aplikasi dating Tinder, Tantan, OkCupid, dan Setipe selama tiga tahun terakhir (2018-2020) di Indonesia menyatakan bahwa trennya menurun! Begini ceritanya.
#1 Tinder, sang raja aplikasi online dating
Aplikasi besutan Amerika delapan tahun yang lalu ini berpusat di California. Sebagai rajanya aplikasi online dating, (berdasarkan banyaknya pencarian di Google Indonesia) Tinder menunjukkan penurunan sebesar 26,6% pada tahun 2020 dari yang sebelumnya mengalami penurunan sebesar 4,5%. Penurunan trennya nyaris enam kali lipat!
Walaupun begitu, nggak heran kenapa dari sekian banyak aplikasi dating, Tinder mendapat peringkat yang bagus. Hal ini karena Tinder memiliki tingkat user friendly yang tinggi alias gampang banget dinggo. Proses loading aplikasinya juga termasuk yang cepat. Salah satu ciri khas Tinder adalah keharusan mengaktifkan lokasi, karena kalau nggak diaktifkan Tinder nggak mau dibuka. Fitur itulah yang menyebabkan pengguna bisa lebih akurat mendapatkan match-nya.
Selain tinggal swipe kanan untuk suka dan swipe kiri untuk nggak suka atau menolak, Tinder memberikan keleluasaan untuk swipe sepuasnya asalkan mau bayar. Kalau nggak mau bayar ya bakal dibatasi, tapi masih terhitung banyak kok jumlah kuotanya. Kita juga bisa swipe atas untuk super suka. Kalau klik ini, nanti profil kita diprioritaskan untuk bisa dilihat doi. Gas pol, Gan, Sis! Kekurangan lainnya di Tinder adalah kalau nggak bersedia bayar, maka kita nggak bisa lihat siapa yang menyukai profil kita. Jadi untung-untungan gitu jatuhnya. Tapi, dengan begini malah ada keseruan tersendiri kalau doi yang disuka ternyata sudah suka duluan ke kita. Hehehe~
#2 Tantan, si runner up
Kalau si Tantan ini asalnya dari Tiongkok, Gaes~ Umurnya lebih muda dua tahun dari Tinder, yaitu enam tahun. Data dari Google Trends di Indonesia menunjukkan bahwa sebenarnya Tantan sempat naik sebanyak 86,2% pada tahun 2019. Tapi oh tapi, ternyata Tantan nggak lepas dari krisis. Buktinya tahun lalu mengalami penurunan sebesar 66,7%. Jauh banget, kan?
Tools yang dimiliki Tantan lumayan user friendly juga, tapi ya kesannya mirip sama Tinder. Bedanya, tampilan profil match Tantan lebih kecil, jadi agak ribet gitu. Kekurangan lain dari aplikasi dating ini adalah loading aplikasinya lama. Entah masalah HP jadul apa gimana ya, yang jelas susah pakai aplikasi ini. Tapi, kalau saya pikir lagi ini objektif kok, lha wong saya instal aplikasi-aplikasi ini di HP yang sama dengan jaringan internet yang sama. Intinya, saya sulit dapat match di Tantan! Padahal profil saya sudah sama kayak yang di Tinder, lho.
#3 OkCupid, si super detail
Oke, aplikasi ini memang pasarnya beda dari tiga aplikasi lain yang saya bahas di sini. OkC atau OkCupid adalah satu-satunya aplikasi yang bisa kasih match bule alias warga negara lain. Fun fact dari aplikasi ini adalah ternyata umurnya sudah 17 tahun Januari ini. Sudah boleh bikin KTP tuh. Wqwqwq. Fakta lainnya adalah OkC satu naungan sama Tinder. Basisnya sama-sama di Amerika sana.
Berdasarkan data yang sama, pada tahun 2020 OkC mengalami penurunan sebesar 25%, nggak jauh beda dari tahun sebelumnya yang juga turun sampai 33,4%. Penggunanya di Indonesia memang sedikit, tapi nggak bikin saya kesulitan cari match, kok. Aplikasi ini gampang dipakai, malah lebih gampang ini daripada Tantan, setara Tinder lah.
Tentu saja antara Tinder dan OkC memiliki perbedaan. Perbedaan mencolok di antara keduanya adalah OkC mengharuskan kita menjawab beragam pertanyaan yang memudahkan kita mengukur tingkat kecocokan kita dengan doi. Nantinya setiap profil seseorang akan menunjukkan kecocokan itu dengan persentase beserta detail pertanyaan dan jawabannya, mana yang setuju, mana yang tidak, dan mana yang belum dijawab. Bahkan, di dalam pertanyaan-pertanyaan itu kita berhak menentukan seberapa penting hal itu untuk kita. Detail banget pokoknya. Kurangnya satu, kurang banyak orang Indonesia yang pakai aplikasi dating ini.
#4 Setipe, “Aku cinta produk Indonesia!”
Terakhir, sudah pasti bisa ditebak kalau ini adalah aplikasi buatan dalam negeri. Umurnya setahun lebih tua dari Tantan, yaitu tujuh tahun. Walaupun slogan pakai produk sendiri sudah sering terdengar, ternyata nggak terbukti dengan sedikitnya pengguna Setipe. Dari tahun ke tahun, Setipe terus mengalami penurunan. Berdasarkan sumber yang sama, aplikasi dating Setipe konstan turun sebanyak 50% dari tahun 2018 hingga 2020.
Sebenarnya, aplikasi ini mudah digunakan, loading-nya pun cepat, bahkan memiliki fitur tingkat kecocokan berdasarkan pertanyaan dan jawaban yang telah kita berikan. Bedanya dari OkC, Setipe nggak memberikan fitur prioritas pada pertanyaan-pertanyaannya. Untuk awal-awal instal memang menyenangkan, tapi menjadi menyebalkan karena dalam 24 jam kita hanya bisa match dengan satu orang saja. Itu saja dipilihkan sistem, walau sepertinya masih bisa cari orang lagi asal nggak sampai 3 orang, sih. Coba bayangkan gimana kalau ternyata jawabannya saja yang cocok, tapi obrolannya nggak nyambung? Kelar, deh.
Jadi, intinya adalah saya nggak se-desperate itu yha buat cari pasangan! Sekian ulasannya, kalau sudah instal jangan lupa kasih tahu saya, ya. Ehehehe~ Candaaa.
BACA JUGA Kenapa sih kok Harus Malu Kalo Kepergok Main Tinder?