Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mentang-mentang Saya Keturunan Tionghoa, Bukan Berarti Saya Bisa Bahasa Cina

Ferdian oleh Ferdian
18 Januari 2021
A A
bahasa cina keturunan tionghoa mojok

bahasa cina keturunan tionghoa mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap kali saya bertemu dengan orang baru. Hal pertama yang orang-orang lihat dari saya pasti penampilan. Hal ini sudah pastinya hal yang wajar. Tidak bisa dimungkiri, kita semua pasti akan melihat penampilan seseorang saat pertama kali bertemu karena memang itu yang kelihatan saat pertama kali.

Penampilan saya yang sedikit memiliki ciri keturunan Tionghoa seperti mata sipit dan kulit putih cenderung menarik perhatian orang-orang untuk mengorek-ngorek background saya. Wajar sebenarnya, namun entah mengapa saya suka kesal terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan kepada saya. Terlebih, pertanyaan yang paling membuat saya kesal adalah pertanyaan “Bisa bahasa Cina dong?” Atau yang lebih parah lagi, kadang mereka ini nggak nanya, tapi langsung nyuruh “Ngomong Cina dong!”

Hei hei hei! Anda siapa?! Enak betul Anda menyuruh-nyuruh saya ngomong bahasa Cina. Masalah di sini bukannya saya tersinggung dengan “Cina”, tetapi masalahnya adalah sejak lahir saya nggak bisa ngomong bahasa Cina. Jadi, tolong berhenti. Jangan malah memaksa saya dengan berkata, “masa nggak bisa sih? Kamu kan Cina?” Hei! Hal ini justru membuat saya bertambah geram.

Memang, saya tahu betul bahwa bahasa adalah identitas penting bagi seseorang. Keturunan Tionghoa tanpa bisa bahasa Cina itu bagaikan sayur tapi cuma pancinya. Jadi seperti seseorang yang kehilangan jati dirinya. Ya tapi, mau bagaimana lagi? Sudah dari pabriknya saya dibuat seperti ini. Jangan salahkan saya.

Saya sempat penasaran dengan hal ini. Saya pun mencari-cari alasan mengapa saya tidak diberkati skill berbahasa Cina. Dan semakin dicari, saya justru berkesimpulan bahwa ini semua karena nenek moyang saya.

Saya terlahir sebagai keturunan Cina benteng yang letaknya bisa kalian search sendiri lah di google. Cina benteng ini memang dikenal sebagai keturunan Tionghoa yang budaya Tionghoanya sudah agak luntur atau bisa dibilang sudah terakulturasi budayanya dengan budaya-budaya lokal seperti Betawi dan Sunda. Makanya tidak heran, dibandingkan bahasa Cina, saya justru lebih mengerti bahasa Sunda.

Dari sanalah, entah sejak keturunan ke berapa, nenek moyang saya mulai berhenti mengajarkan anak-anaknya atau cucu-cucunya untuk berbahasa Cina. Mungkin nenek moyang saya dulunya penganut paham minimalis yang berpikiran daripada ribet menghafal banyak bahasa dan pusing, yaudahlah belajar bahasa Indonesia aja.

Atau mungkin juga dulunya nenek moyang saya sangat jatuh cinta dengan bahasa pribumi sampai-sampai melupakan bahasanya sendiri dan kebablasan sampai anak cucunya. Oleh karena itulah, di keluarga saya sendiri tidak ada satu pun yang berbahasa Cina. Kami lebih sering menggunakan bahasa Indonesia yang sudah dibumbui sedikit bahasa Sunda serta bahasa Betawi. Dan, bahasa yang kami gunakan ini sering dibilang juga sebagai bahasa Cina benteng.

Baca Juga:

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Minyak Gosok sampai Obat Kuat, Ini 5 Obat Cina yang Wajib Ada di Rumah Saya

Alasan mengenai nenek moyang saya yang cinta betul dengan kebudayaan pribumi nampaknya masuk akal. Hal ini pun didukung bukti kuat dari keturunannya orang-orang Cina benteng yang lebih suka mendengarkan musik-musik berbahasa lokal dibandingkan berbahasa Cina.

Dalam hajatannya orang-orang Cina benteng, jarang sekali saya nemu hiburan-hiburan yang berbau Cina. Saya justru lebih sering menemukan hajatan yang nanggap atau diisi hiburan gambang keromong yang berbahasa Betawi. Dan malahan, gambang keromong ini sudah seperti hal wajib yang mesti ada di dalam hajatan. Hajatan tanpa gambang keromong beserta cokeknya adalah sebuah kehampaan sejati dalam sebuah hajatan.

Dari hal-hal tersebut, saya tidak menyalahkan nenek moyang saya sedikit pun. Yang saya salahkan justru mindset manusia-manusia yang bertanya atau memaksa saya berbahasa Cina. Hei! Coba kalian pikirkan. Coba kalian renungkan. Hanya—

Bentar-bentar, kenapa malah nyanyi. Balik lagi. Tidak semua keturunan Tionghoa itu wajib hukumnya untuk bisa berbahasa Cina. Sama halnya, tidak semua orang Yogya mesti bisa bikin gudeg, atau orang Bali mesti bisa nari Kecak, atau pegawai Geprek Bensu harus bisa bikin ayam geprek. Nggak! Itu semua nggak harus.

Eh, pegawai ayam geprek ya harus bisa bikin ayam geprek ya? Ya pokoknya itulah.

Lagipula, sebagai warga negara Indonesia yang baik, saya lebih suka menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Saya juga lebih menyukai kebudayaan yang ada di Indonesia. Dan saya akan senang, kalau memang nenek moyang saya tidak mengajarkan anak cucunya bahasa Cina lantaran kecintaannya dengan nusantara.

Jadi, berhenti menyuruh saya ngomong bahasa Cina karena saya nggak bisa. Lagian, emangnya Anda siapa nyuruh-nyuruh saya? Presiden? Bukan kan? Tapi, saya jadi penasaran. Presiden kalau ketemu saya bakalan nyuruh saya ngomong Cina nggak ya? Who knows.

BACA JUGA Penggunaan Kata ‘Aing’ dalam Bahasa Sunda untuk Pemula dan tulisan Ferdian lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Januari 2021 oleh

Tags: bahasa cinacinationghoa
Ferdian

Ferdian

Mahasiswa pengonsumsi hama dan penyakit tanaman

ArtikelTerkait

Dibanding Usupso, Miniso Lebih Sering Jadi Destinasi Saat ke Mal terminal mojok.co

Dibanding Usupso, Miniso Lebih Sering Jadi Destinasi Saat ke Mal

13 November 2021
Prima Tossa, Motor Korea yang Awetnya sampai Akhir Zaman

Prima Tossa, Motor Korea yang Awetnya sampai Akhir Zaman

9 September 2023
6 Gaya Rumah Estetik dari Berbagai Negara yang Bisa Kamu Tiru terminal mojok.co

6 Gaya Rumah Estetik dari Berbagai Negara yang Bisa Kamu Tiru

8 Oktober 2021
sejarah arak cina arak pribumi arak eropa mojok

Menyusuri Sejarah Panjang Arak Pribumi, Cina, dan Eropa

11 Juli 2021
Suka Duka Jadi Istri Pria Keturunan Tionghoa, Pernah Dikira Baby Sitter Anak Sendiri terminal mojok.co

Suka Duka Jadi Istri Pria Keturunan Tionghoa, Pernah Dikira Baby Sitter Anak Sendiri

6 Januari 2021
Suka Duka Jadi Istri Pria Keturunan Tionghoa, Pernah Dikira Baby Sitter Anak Sendiri terminal mojok.co

5 Suku Tionghoa Terbesar di Indonesia: Sekilas Sejarah dan Budaya

13 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.