Ada banyak cara menamai suatu daerah. Penamaan bisa bersumber dari kekayaan alam daerah tersebut, tokoh lokal, hingga sejarah yang pernah terjadi di sana. Itu mengapa, istilah-istilah unik, atau bahkan nyeleneh, bisa jadi nama suatu daerah. Terminal Mojok pernah mengangkat beberapa topik soal penamaan unik ini, seperti beberapa jalan yang ada di Malang dan Semarang.
Kali ini saya juga akan mengakat topik serupa. Hanya saja, saya akan fokus pada nama desa dan daerah yang ada di Banyuwangi, daerah tempat tinggal saya yang kian menggeliat di sektor pariwisatanya. Di bawah ini beberapa nama daerah di Banyuwangi yang terdengar aneh unik yang kadang mengundang rasa penasaran.
#1 Desa Licin
Jika berencana mendaki Gunung Ijen via Banyuwangi, Kecamatan Licin adalah salah satu wilayah yang akan dilewati. Dalam bahasa Indonesia, kata licin berarti permukaan yang halus dan berisiko membuat seseorang tergelincir. Begitulah nama desa di Banyuwangi ini. Diyakini, kata licin diberikan pada derah ini karena karakteristik jalanan pegunungan yang curam, sering basah, dan licin akibat curah hujan yang tinggi.
Walau punya kesan yang berbahaya, desa yang berada di kawasan perbukitan membuat daerah ini memiliki tanah yang subur. Itu mengapa kawasan ini menjadi sentra pertanian utama di Banyuwangi. Sebagian besar masyarakat Licin menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan perkebunan.
#2 Desa Bubuk
Desa Bubuk, yang terletak di Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, memiliki nama yang unik. Dalam bahasa Jawa, bubuk berarti tidur. Namun, bukan berarti penduduk desa ini senang bermalas-malasan ya. Dahulu, Desa Bubuk merupakan daerah yang sangat makmur, terutama di sektor pertanian. Berkat tanahnya yang subur, para petani menikmati hasil panen yang melimpah setiap tahunnya. Namun, kemakmuran ini membuat mereka terlena dan lupa bersyukur.
Hingga suatu hari, bencana datang, tanaman tiba-tiba terserang hama. Hama ini berbentuk sangat halus, menyerupai tepung atau serbuk, menghancurkan seluruh hasil pertanian dengan cepat. Desa mengalami gagal panen, menyebabkan krisis pangan yang mengancam kehidupan seluruh warga desa. Sebagai bentuk penyesalan dan pengingat bagi generasi selanjutnya, tetua desa kemudian mengganti nama desa ini menjadi Desa Bubuk. Menariknya, dalam bahasa Indonesia, bubuk juga berarti padatan kering yang terdiri dari partikel halus, mirip dengan bentuk hama yang pernah merusak pertanian warga. Nama ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu bersyukur dan tidak lupa berdoa agar terhindar dari malapetaka.
#3 Desa Bengkak
Desa Bengkak terletak di wilayah Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Jika mendengar namanya, mungkin sebagian orang akan mengira desa ini memiliki kaitan dengan makna bengkak dalam bahasa Indonesia, yaitu pembesaran pada tubuh akibat memar atau cedera. Namun, tentu saja hal tersebut tidak ada hubungannya dengan kondisi masyarakat di sana. Desa Bengkak dikenal sebagai desa pesisir yang memiliki potensi alam yang menjanjikan. Sayangnya, tidak ada catatan pasti mengenai asal-usul nama Bengkak. Sejarah penamaannya masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga kini.
Baca halaman selanjutnya: #4 Kecamatan …