Ketika suatu saat kalian memutuskan untuk makan di rumah makan Padang, apa yang biasanya kalian pesan? Rendang daging? Ayam pop? Gulai kepala ikan? Atau beraneka jeroan? Tumpukan samba (lauk) yang menjadi “identitas” itu memang menggugah selera, ya. Tapi, apa kalian nggak bosan makan yang itu-itu saja kalau ke rumah makan Padang langganan?
Sini saya ajarin yang anti mainstream. Sekali-kali, nggak ada salahnya kalian coba tanya-tanya. Siapa tahu di restoran itu ada menu-menu lain yang patut dicoba. Kadang, menu-menu itu tertempel di dinding rumah makan Padang, tapi kadang juga “kasat mata”, alias nggak dipublikasikan. Tapi kalau kalian sudah kenal, sudah tahu ada menu makanan atau minuman tersebut, mungkin bisa ditanyakan langsung ke uda-uda yang melayani. Baik di Jakarta maupun di Bukittinggi, saya beberapa kali menemukan menu-menu tersembunyi yang nggak kalah “nendang” dengan masakan siap santap di balik etalase. Berikut beberapa di antaranya.
#1 Mi Rebus
“Masa sudah sampai rumah makan Padang, makannya mi rebus? Ke warmindo aja, atau nunggu gerobak abang nasgor tek-tek lewat.” Mungkin, itu yang ada di benak kalian.
Jangan salah, mi rebus ala rumah makan Padang itu beda dengan mi rebus biasa. Biasanya, digunakan mi kuning (mi tradisional yang konon cuma ada di Sumatra), direbus bersama bumbu-bumbu yang saya jamin rasanya “Padang banget”. Pedas-merah, asin-gurih.
Selain mi kuning, hidangan ini juga berisi potongan daging goreng kering (dendeng) yang biasa dijumpai di sajian soto Padang. Tak lupa digunakan telur yang digoreng ceplok (mata sapi), alih-alih direbus atau dikocok lepas. Sayurannya sendiri nggak kalah spesifik. Mi rebus ini biasanya menggunakan potongan daun selada dan irisan timun. Sayur-sayuran segar ini sungguh menjadi “obat” kala menyeruput kuah mi yang terasa sangat huh-hah!
Sebagai pelengkap kries-kries, topping terakhir yang dimasukkan adalah kerupuk merah. Mi rebus Padang pertama yang saya kenal, malah mengganti kerupuk merah ini dengan emping. Lebih enak, lebih ndoro, dan lebih mahal pastinya.
#2 Ampiang Dadiah
Ampiang dadiah adalah salah satu makanan lokal yang punya cita rasa unik. Ampiang sendiri adalah beras ketan yang dibentuk pipih kecil lonjong seperti cendol, tapi berwarna putih. Sementara dadiah adalah susu kerbau yang telah difermentasi dalam bambu-bambu. Kalau bicara yoghurt lokal ala Bukttinggi, ya dadiah inilah semacam implementasinya.
Penyajian ampiang dadiah ini cukup menggiurkan. Campuran ampiang dan dadiah yang mengental kemudian dibanjiri dengan kuah gula merah cair. Ada yang kemudian menaburinya dengan es serut, ada juga yang tidak. Tergantung selera.
Kalau kebanyakan makanan Padang terasa pedas-asin-gurih, makanan ampiang dadiah memiliki cita rasa yang berbeda. Dominasi rasa asam dadiah, yang “dinetralkan” dengan manisnya kuah gula merah, memberikan cita rasa yang unik dan istimewa. Coba saja.
#3 Sop Daging
Beberapa RM Padang suka menyajikan sop daging bersamaan dengan aneka samba (lauk) yang disajikan. Namun, banyak juga yang tidak menampilkannya. Awalnya saya tidak terlalu “melirik” keberadaan sop daging ini. Ia kalah pamor sama rendang atau ayam pop. Namun, suatu waktu ketika saya iseng mencobanya, wah, sop ini enak sekali!
Isinya sebenarnya minimalis. Potongan daging sapi (kadang banyakan tulangnya, kadang banyakan gajihnya), dan satu atau dua potong kentang dan wortel yang biasanya berukuran besar. Kemudian, potongan daun bawang dan taburan bawang goreng yang memperkuat identitasnya sebagai sebuah hidangan sop.
Yang membuatnya istimewa sebenarnya rasanya. Kuahnya yang cenderung keruh sebenarnya sudah mengindikasikan betapa hidangan ini sangat “kaya” dengan rempah. Sop daging di kota Bukittingi, tempat saya tinggal saat ini, memang memiliki bumbu yang super duper lengkap. Cita rasa kapulaga, serta aroma pala kadang cukup kuat. Bahkan sering juga saya menjumpai bunga lawang dan cengkeh yang berenang-renang di mangkuk sop yang sedang saya santap.
Tadinya saya berpikir, rasa sop daging yang “lengkap” ini hanya saya jumpai di satu tempat, tempat saya mencobanya pertama kali. Tapi ternyata, hampir di setiap tempat makan di Bukittinggi yang menyediakan sop daging, umumnya memiliki cita rasa yang serupa.
Tak heran, menu nasi sop daging di kota ini cukup banyak saya jumpai di kedai-kedai sarapan juga. Sepertinya, ia memang menjadi salah satu signature dish perkulineran di Bukittinggi.
#4 Tomat Top
Saya yakin belum banyak dari kalian yang familier dengan hidangan yang satu ini. Tomat top (ada juga yang menuliskannya “tomatop”) adalah minuman tradisional yang kadang juga menjadi menu tersembunyi di rumah makan Padang. Kalau suatu saat kalian pesan tomat top ke uda-uda yang melayani, bisa saja mereka akan merasa kalian urang awak (orang Minang), atau paling nggak “pernah ke Sumatera Barat”.
Sesuai dengan namanya, minuman ini berbahan dasar buah tomat yang telah dikupas kulitnya, dan direbus sebentar. Kemudian yang istimewa dan mungkin kalian nggak kebayang sebelumnya, ditambahkan telur setengah matang, dan susu kental manis sebagai penguat rasa.
Walaupun ditambahkan susu kental manis, tapi bagi saya, rasa minuman ini tidak terlalu manis. Ia cenderung sedikit masam, tapi segar. Biasanya, ia diminum dalam keadaan hangat. Melihat komposisinya, tomat top menjadi salah satu minuman yang dipercaya berkhasiat untuk menambah stamina. Saran saya, jika ingin menikmati tomat top sebaiknya tidak dilakukan setelah makan “berat”. Sebab, ini berpotensi bikin kekenyangan parah.
#5 Teh atau Kopi Talua
Nah, kalau minuman yang ini saya yakin kalian sudah lebih kenal dibandingkan tomat top. Kata “talua” sendiri dalam bahasa Minang berarti telur. Minuman ini memang merupakan campuran dari teh atau kopi, dengan telur mentah. Bedanya dengan tomat top, minuman ini menggunakan kuning telur saja. Selain itu, bahan lain yang dicampurkan juga lebih beragam. Selain gula pasir, ditambahkan juga jeruk nipis, atau bubuk coklat.
Minuman ini juga menjadi salah satu minuman penambah stamina. Namun, hati-hati buat penderita diabetes, karena menurut saya minuman ini umumnya memiliki rasa yang sangat manis. Nggak heran, karena di beberapa tempat ada juga yang masih menambahkan susu kental manis dalam racikannya.
Walaupun memiliki komposisi yang serupa, tapi setiap kedai atau rumah makan Padang menurut saya memiliki rasa teh atau kopi talua yang berbeda-beda. Hal ini terutama karena beragamnya jenis bahan yang bisa ditambahkan. Selain jeruk nipis atau bubuk coklat seperti yang saya sampaikan sebelumnya, ada juga yang menambahkan kayu manis, buah pinang, gula aren, atau tapai. Kalau kalian pinisirin mau coba berbagai cita rasa teh atau kopi talua ini, bolehlah keliling-keliling kedai seantero Kota Bukittinggi.
#6 Nasi goreng
Sama seperti mi rebus, saya yakin kalian juga galau ketika saya merekomendasikan nasi goreng ketika berkunjung ke RM Padang. Dari segitu banyak lauk yang bikin ngeces, masa nasi goreng yang dipilih?
Jadi begini, ya. Entah mengapa saya perhatikan, warga kota saya ini sepertinya sangat menggemari nasi goreng. Menu ini tidak hanya tersedia di hampir setiap kafe yang baru buka, tapi juga di kedai atau rumah makan Padang.
Awalnya saya pikir, rasa nasi goreng di setiap kafe, rumah makan, maupun kedai itu akan berbeda-beda. Tapi saya khilaf. Cita rasa nasi goreng ala Sumatera ini ternyata serupa, tidak seperti di Jakarta yang banyak sekali ragamnya. Ada nasi goreng kampung yang berwarna coklat dan kadang berterasi. Ada nasi goreng oriental yang agak pucat, bumbunya minimalis, tapi bikin nagih. Atau nasi goreng kambing, yang aroma dan taste-nya khas banget.
Sementara di kota saya ini, penampakan sang “menu sejuta umat” ini lebih berwarna merah, bukan coklat. Kadang, ada juga yang menambahkan bumbu kari di dalamnya. Rasanya cukup “kuat”, kombinasi antara pedas, asin, dan gurih. Sayurannya minimal ada 2 jenis, selada yang dipotong-potong sekitar 1 cm, dan irisan timun. Terakhir, penyajiannya dilengkapi dengan kerupuk merah
Rata-rata, ya seperti itu tampilan nasi goreng di sini. Kalaupun ada yang berbeda, biasanya di materi isian (kadang suka dikasih potongan kecil-kecil dendeng). Ada juga tambahan irisan tomat, kerupuk merah diganti kerupuk putih, atau dari level pedesnya. Semakin merah, biasanya semakin puedesss bikin jontor.
#7 Gado-gado
Menu gado-gado juga menjadi salah satu hidangan yang selalu saya jumpai di berbagai rumah makan Padang. Menu ini kadang langsung dihidangkan bersamaan dengan lauk lainnya, tapi ada juga yang by request.
Sebelas dua belas dengan nasi goreng, menu gado-gado di kota saya ini juga termasuk hidangan yang penampakan dan cita rasanya serupa, di kedai maupun RM Padang manapun seantero kota. Sepiring gado-gado selalu (iya, selalu) berisi mi kuning, potongan daun selada, irisan timun, lobak (kol), kentang, dan dibanjiri dengan bumbu kacang, plus sejumput kerupuk merah.
Cita rasanya sendiri menurut saya tidak jauh berbeda dengan gado-gado di Jawa. Oleh sebab itu, gado-gado di rumah makan Padang ini sebenarnya bisa menjadi alternatif menu yang menarik, terutama bila kalian tiba-tiba bosan melihat sayur gulai bersantan kental terus menerus.
#8 Roti Bakar
Sebagai pamungkas, saya hadirkan menu anti mainstream yang saya temui di salah satu RM Padang ngetop di kota saya, Simpang Raya. Iya, cuma di restoran ini saya menemukan roti bakar sebagai salah satu menunya.
Menu roti bakar ini sepertinya memang disediakan buat kalian yang nggak kepingin “makan”. Fyi, di rumah makan Padang, “makan” di sini artinya kalian makan nasi beserta lauk pauknya. Kalau kalian masuk ke sini dan memesan menu lain seperti mi rebus atau ampiang dadiah, kalian bisa saja dianggap “tidak makan”.
Sebagai menu yang nggak superior, jangan berharap kalian akan menemukan menu roti bakar dengan beragam variasi selai ala-ala roti bakar Bandung itu, ya. Yang tersedia, seingat saya, hanya rasa standar yaitu coklat/meses. Satu tangkap roti tawar diisi meses coklat, dibakar, dan kemudian diberi topping susu kental manis. Walaupun sederhana dan rumahan banget, tapi bagi saya rasanya enak. Pas, tidak terlalu over juga rasa manisnya.
Tapi kalau kalian mau mencoba menu roti bakar dengan cita rasa yang berbeda, bisa dicoba di rumah makan Merdeka. Dari Tribunnews, saya mengetahui bahwa restoran ini juga menyediakan menu roti bakar yang anti mainstream, yaitu roti bakar yang diolesi rendang atau roti kuah gulai. Wah, Padang banget!
Itulah beberapa makanan dan minuman yang saya rekomendasikan untuk dicoba di rumah makan Padang, selain lauk-pauk yang bertumpuk. Jadi, selamat menemukan menu-menu hidden treasure ini, ya.
Penulis: Dessy Liestiyani
Editor: Audian Laili