7 Orang yang Sebaiknya Nggak Belanja di H&M

7 Orang yang Sebaiknya Nggak Belanja di H&M Terminal Mojok

7 Orang yang Sebaiknya Nggak Belanja di H&M (Unsplash.com)

Outlet H&M memang mudah ditemukan di pusat perbelanjaan mana saja. Namun, tahukah kalian kalau orang-orang ini sebaiknya nggak usah belanja di H&M?

Tak bisa dimungkiri, gempuran fast fashion di Indonesia sungguh dahsyat. Berbagai merek ternama yang mayoritas berasal dari luar negeri, tampak memenuhi lantai berbagai pusat perbelanjaan, khususnya di sejumlah kota besar. Entah karena memang loyal, mengikuti tren, atau terbersit kebanggaan sendiri berbelanja di merek fast fashion ternama tersebut, pengunjung outlet-outlet label pakaian populer itu terhitung cukup padat.

Salah satu brand fashion yang cukup banyak peminatnya adalah H&M. Merek asal Swedia yang merupakan kependekan dari Hennes & Mauritz tersebut memang memiliki lini produk terbilang variatif. Tak hanya berkutat pada busana orang dewasa, HnM turut memproduksi pakaian anak serta aksesori pelengkap penampilan. Namun, tahukah kalian bahwa ada beberapa tipe orang yang sebaiknya nggak belanja di H&M?

#1 Si paling sustainable fashion

Berbeda dengan salah satu kompetitor utamanya di industri fesyen, H&M memiliki konsep dan komitmen untuk selalu menghadirkan mode fesyen paling kekinian. Mengadaptasi dari tren mode dunia yang disetir oleh sejumlah label high-fashion, H&M mencoba mereplikasi sebagian model baju yang sesuai dengan strategi produk mereka. Tentunya dengan menggunakan material yang lebih murah serta menerapkan prinsip economies of scale dan economies of scope guna menekan biaya produksi.

Nah, dari penjelasan singkat itu saja sudah jelas bahwa H&M memang benar-benar merupakan merek fast fashion yang memiliki siklus produk pendek serta harga yang cukup murah. Isu tentang fast fashion yang kurang enak didengar pun, termasuk kelayakan upah buruh, tak jarang menerpa H&M sebagai sebuah bisnis. Oleh sebab itu jika memang nilai yang dipegang oleh konsumen nggak sejalan dengan proses bisnis HnM, sebaiknya nggak usah belanja di sana. Kalau masih protes tapi tetap beli produknya, namanya hipokrit, dong!

#2 Si anti-ribet

Karena desain yang diusung oleh H&M mengadopsi tren dunia yang dikreasikan oleh label kelas di atasnya, kadang-kadang pakaian yang diciptakan cenderung terlalu stylish alias nggak wearable digunakan sehari-hari. Wajar saja, sebagian model yang diciptakan memang sepertinya hanya cocok untuk dipakai berfoto ala OOTD dan diunggah ke Instagram atau Pinterest. Apalagi kalau dikenakannya di Indonesia yang orangnya hobi ngrasani. Duh, pakai baju agak aneh sedikit saja sudah jadi tontonan bahkan sindiran. Makanya tipe konsumen yang nggak mau ribet menggunakan baju aneh-aneh dan bisa dipakai setiap hari tanpa takut jadi omongan orang, mending cuci mata saja kalau masuk ke outlet resmi H&M.

#3 Si fresh graduate yang lagi jadi job seeker

Mahasiswa yang baru lulus dan cari kerjaan kantoran di tempat yang konvensional seperti BUMN, biasanya masih bingung buat milih baju apa yang mau dikenakan saat mengikuti tes masuk, wawancara, atau justru saat pertama masuk kerja. Bingung sih boleh saja, tapi jangan sampai masuk ke outlet H&M kalau niatnya beli blazer atau pantalon, ygy. Sebab, yang bakalan terjadi justru kalian malah tambah bingung karena nggak menemukan item yang dicari.

Mayoritas produk H&M condong ke arah gaya pakaian kasual. Kalaupun ada kemeja, motifnya kurang sesuai dijadikan pilihan baju bertema resmi. Dengan demikian, jika tempat kerja kalian bukan di industri kreatif atau di start-up yang membebaskan penampilan seseorang saat bekerja, lebih baik kalian belanja di toko lain untuk berburu pakaian kerja yang resmi dan konservatif.

#4 Si pemburu branded thrift clothes

Suka cari barang seken bermerek seperti H&M di toko online? Kalau iya, lebih baik kamu juga nggak usah nekat masuk ke outlet resmi H&M di mall, deh. Bukan gimana-gimana, tapi hal ini dilakukan supaya kalian nggak sakit hati. Pasalnya, demi mempercepat siklus produk, H&M cukup sering mengadakan sale season atau musim diskon.

Pada saat event diskon itu berlangsung, harga yang dipatok untuk sebuah pakaian baru—biasanya t-shirt —harganya terbilang miring. Nggak sedikit pula yang harganya berada di kisaran 69 ribu hingga 100 ribu rupiah saja per potongnya. Padahal sebagaimana rahasia umum yang sudah banyak orang paham, harga baju di thrift store sekarang juga berada di kisaran angka tersebut. Nah, lho, gimana nggak sakit hati kalau tahu harga barunya saja hampir sama dengan harga sekennya?

#5 Si lapar mata

Kalian yang punya kebiasaan lapar mata juga sebaiknya menghindari outlet H&M. Sebab, banyak perintilan lucu yang dipajang di outlet tersebut. Jika diperhatikan dengan cermat, manekin yang dipajang didandani sedemikian rupa agar terlihat fashionable. Nyatanya lagi, mempercantik sebuah patung tak cukup dengan satu item saja melainkan harus dipadukan dengan beberapa item lainnya yang cocok.

Strategi semacam itu mendorong konsumen untuk membeli jumlah pakaian lebih dari satu potong karena mengidentifikasikan dirinya dengan citra manekin yang terpampang. Belum lagi, saat berbaris di meja kasir, ada sejumlah aksesori yang ditempatkan seolah memagari alur antrean menuju kasir. Aksesori yang ditaruh biasanya ikat rambut dan kaos kaki. Tentu saja hal ini juga merupakan salah satu taktik agar kalian yang lapar mata tertarik untuk memasukkan aksesori tersebut ke kantong belanjaan.

#6 Si anti-gerah

Nggak suka pakai baju yang kurang menyerap keringat sehingga badan terasa gerah? Berarti H&M nggak cocok buat kalian, Gaes. Pasalnya, hampir semua baju yang dikeluarkan oleh H&M nggak berbahan alami sepeti katun dan linen. Kebanyakan justru memanfaatkan serat sintetis seperti polyester.

Selain harganya murah, bahan polyester memang nggak mudah kusut dan lebih awet jika hendak dilakukan printing kain sehingga tampak menarik saat digantung di rak pajang. Akan tetapi, bicara soal kenyamanan, tentu serat sintetis nggak sebanding dengan serat alami. Kecuali kalian cari t-shirt atau kardigan yang banyak menggunakan katun di H&M, alangkah baiknya membeli pakaian anti-sumuk di tempat lain.

#7 Si mama muda

Hampir mirip dengan tipe si lapar mata, para mama muda yang memiliki anak usia balita juga sebaiknya mengurungkan diri belanja baju di H&M. Lebih-lebih kalau isi dompetnya cekak. Seperti yang kita tahu, H&M juga memproduksi outfit anak kecil yang gemasnya bukan main. Sialnya, label harganya nggak bersahabat buat kaum proletar atau kaum mendang-mending.

Maksudnya gini. Anak kecil kan masih dalam masa pertumbuhan. Pertambahan ukuran badannya pun cukup cepat dan mempengaruhi baju yang harus dikenakan. Kalau menuruti hawa nafsu belanja baju-baju anak lucu, bisa-bisa masa pakainya cuma sebentar. Apa nggak sayang uang tuh? Jadi kalau untuk anak kecil, lebih bijak jika para orang tua membelikan baju dengan harga yang lebih terjangkau. Beda kalau sudah dewasa dan nggak bakalan nambah tinggi, kecuali nambah lingkar perut, sih. Hehehe.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bandingin Uniqlo, H&M, dan The Executive: Pilih Beli Baju di Mana?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version